Empat Belas

1K 44 8
                                    

Wounds In Marriage
Bab Empat Belas
***

Tasya POV

Aku terbangun pagi itu dengan selimut yang menutupi. Ketika aku membukanya, aku baru sadar bahwa diriku tanpa sehelai benang pun. Hal itu mengingatkan diriku akan kejadian semalam dengan Mas Naufal. Aku tersenyum, membayangkan sentuhan lembutnya semalam benar-benar membuat diriku melayang.

Suara pintu yang dibuka membuat diriku menoleh dan menemukan Mas Naufal di sana. Dia bahkan tersenyum kepadaku. "Hai, cantik sudah bangun?" tanyanya. Wajahnya terlihat segar sekali. Sepertinya lelaki itu baru saja keramas karena rambutnya basah. "Ayo bergegas mandi, Sayang. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita berdua. Aku tunggu di ruang makan, ya."

Oh Dewaku! Benar-benar hari yang membahagiakan rasanya.

Aku segera bergegas membersihkan diri. Lalu mengenakan pakaian serta make-up sebelum pergi menemui Mas Naufal yang kini sudah menunggu di meja makan. Aku tersenyum kepada kekasihku itu. Mas Naufal terlihat tampan sekali hari ini. Membuat jantung yang berada dalam rongga dadaku semakin berdebar tidak karuan. Dan benar dia sudah memesankan sarapan untuk kami berdua.

"Aku merasa bahagia sekali, Mas, hari ini. Dan itu semua karena dirimu," tuturku seraya mengecup pelan pipi kanannya, lalu duduk ke kursi. "Uhmm, perutku sudah memberontak ingin diisi," sambungku.

Mas Naufal tersenyum. "Mas senang kalau kamu juga senang, Sayang." Dia sudah mulai menikmati sarapan.

Namun, kebahagiaan itu tidak bisa berlanjut lebih lama lagi ketika Mas Naufal mengatakan bahwa dirinya akan pergi keluar mengurus pekerjaan setelah ini. Huh, itu berarti aku akan sendirian. Aku akan kembali kebosanan tanpa siapa pun. "Apakah aku boleh ikut, Mas?" tanyaku. Mencoba bernegosiasi dengannya.

Mas Naufal menggeleng. "Tidak, Sayang. Mas tidak mungkin membawa dirimu untuk bertemu dengan mereka. Mereka bisa saja curiga."

Aku mendengus pelan. Ah, selalu saja aku harus diam-diam seperti ini. Kapan sih aku bisa bebas bergandengan dengan Mas Naufal di depan umum? Kapan aku bisa bebas memeluk dirinya di depan banyak orang. Aku capek harus seperti ini terus. Aku lelah terus-menerus bersembunyi. Aku ingin Mas Naufal menjadi milikku seutuhnya. Mengingatnya membuat diriku ingin segera menjauhkan Anggya dari Mas Naufal.

"Aku pasti akan bosan setengah mati, Mas," keluhku.

Dia meraih tisu dan mengelap bibirnya. "Kamu boleh pergi ke mal yang ada di sekitar sini. Atau berjalan-jalan kemana yang kamu mau. Tetapi jangan terlalu jauh dan tolong kamu harus selalu aktifkan ponsel. Oke?" Aku menjadi teringat dengan permintaanku waktu itu yang ingin dibelikan dress terbaru.

Rasanya tidak terlalu buruk. Aku bisa berkeliling di dalam mal, membeli barang yang aku suka dan bahkan bisa juga cuci mata apabila ada lelaki tampan yang mungkin lewat. "Kalau begitu aku mau kamu transfer uang ke aku sekarang. Uang yang kemarin sudah hampir habis, Mas."

Kali ini lelaki itu mengurut pangkal hidung. Mas Naufal menghela napas berat. "Oke," katanya yang terdengar agak terpaksa. "Tapi Mas nggak bisa transfer banyak ke kamu sekarang. Karena ada keperluan lain yang harus Mas urus."

Ah, paling juga biaya persalinan Anggya. Atau uang sekolah Latya. Menyebalkan!

Aku menatap Mas Naufal, lalu mengangguk. "Iya ggak apa-apa, Mas." Senyumku agak terpaksa.

Tetapi saat ini ATM-ku hanya dia. Jadi aku harus bersabar berbagi dengan Anggya. Meskipun rasanya sangat tidak sudi. Aku ingin semua harta yang Mas Naufal miliki menjadi milikku. Aku ingin lelaki itu fokus mencari uang hanya untukku. Lagipula Anggya sendiri tidak pintar mengatur keuangan. Seharusnya dengan jatah uang yang diberikan Mas Naufal selama ini, dia bisa membangun usaha kecil-kecilan. Sepertinya dia sudah terlalu keenakan menjadi ratu yang selalu dilayani. Dasar tidak tahu diri!

Wounds in MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang