Empat Puluh Lima

1.6K 75 19
                                    

Wounds In Marriage

Bab Empat Puluh Lima
***

Hai.
Sebelum membaca cerita ini, alangkah baiknya follow akun saya dulu, ya. Saya berharap sekali bisa mendapatkan 1K followers. Terima kasih.

Selamat membaca.

***

Anggya POV

Di sudut pesta, Devan mengajak diriku berbicara. Dia lebih banyak menatap, seolah mencari sesuatu dalam bola mataku. Menelaah lebih jauh apa yang tersembunyi di sana. Mungkin saja, Devan memang tengah berusaha menggali apa yang ada dalam pikiranku sekarang. Apakah aku akan berbohong? Sikapnya ini tentu membuatku semakin gugup, sehingga cangkir berisi jus di tanganku bergetar pelan. Bahkan berkali-kali aku melirik Febby yang asyik memakan kue dengan ditemani Arsyia, sang mempelai wanita.

"Anggya, saya sama sekali tidak bermaksud menekan dirimu." Devan memulai pembicaraan kami. "Seharusnya Deana tidak perlu mengatakan semua itu." Ada raut wajah tidak enak di sana.

Aku tersenyum, mencoba memaklumi Devan. "Tidak masalah, Dev. Jangan sungkan seperti itu."

"Tetapi Anggy, saya tidak berbohong bahwa saya mencintai kamu." Devan menatapku dengan serius. Saat ini kami berada jauh dari jangkauan orang-orang yang asyik bercengkrama. "Saya tentu akan menyayangi Latya dan Abimanyu seperti saya menyayangi Ares."

Saat itu, tatapan mata Devan terlihat meyakinkan. Dia mengunci diriku dengan pandangannya. Lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil. Aku menatap isinya ketika Devan membukanya. "Saya membeli cincin ini dari beberapa waktu lalu." Devan bersuara lagi. Entah mengapa dia menjadi banyak berbicara. Tiba-tiba saja Devan berlutut di depanku. Membuat beberapa orang menoleh. Dia mengeluarkan cincin itu dan berkata, "Maukah kamu menikah denganku, Anggya?" Dengan suara yang sepetinya sengaja dibuat keras agar orang lain mendengarnya.

Wajahku pasti sudah bersemu merah sekarang. Bagaimana tidak? Devan berlutut di depanku saat semua pasang mata menyorot ke arah kami. Aku harus meminta maaf kepada Keenan dan Arsyia nanti karena dengan tidak sopan menambahkan kegiatan dalam acara spesial mereka. Sementara itu, Devan masih setia menungguku. Wajahnya lucu sekali. Dia tidak bisa menyembunyikan kilat khawatir di sana. Aku bisa melihatnya.

"Anggya?" Devan bersuara lagi. "Maukah kamu menikah denganku?"

Entah mengapa aku mulai merasa tertarik untuk menggoda dirinya. "Apa yang membuatku harus menerima lamaranmu ini, Dev?" Aku menemukan Devan yang menatapku dengan terkejut.

***

Tasya POV

Aku memutuskan untuk melamar pekerjaan di berbagai tempat yang bisa aku jangkau. Lelah sekali rasanya. Aku benci setiap kali menyadari fakta bahwa sebentar lagi aku harus pergi dari rumah Angkasa. Lalu setelah itu, harus tinggal di mana aku? Bahkan sekarang sudah seharian aku mencari pekerjaan, belum juga mendapatkan.

Di sepanjang perjalanan. Beberapa kali aku menemukan iklan tentang kesuksesan butik yang di kelola oleh Anggya. Bahkan akun Instagram wanita itu baru saja memposting sebuah draft yang katanya proyek baru. Semakin sukses saja dia sekarang, ya? Ingin sekali rasanya aku membanting ponselku, tetapi hanya ini harta yang aku miliki sekarang.

Saat tiba di rumah Angkasa, aku terkejut karena di sana ada sebuah tulisan yang mengatakan bahwa rumah Angkasa di sita. Bukankah polisi mengatakan akan memberiku waktu? Aku masih memiliki satu hari lagi seharusnya. Dengan kesal aku pun mengambil barang-barang yang sudah ada di luar. Lalu memutuskan untuk pergi dari sana. Kembali melangkah tanpa tujuan yang jelas.

Wounds in MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang