Wounds In Marriage
Bab Dua Puluh Delapan
***Hai.
Sebelum membaca cerita ini, alangkah baiknya follow akun saya dulu, ya. Saya berharap sekali bisa mendapatkan 1K followers. Terima kasih^^Selamat Membaca, ya. ❤
Anggya POV
Aku kembali ke persidangan hari ini. Febby menemani diriku. Kami sudah berada di sana sejak tadi pagi. Menunggu pihak lain juga datang. Entah kemana Mas Naufal itu. Sejak tadi dia tidak juga datang ke sini. Febby mengusap bahuku, meminta diriku untuk tetap sabar. Hingga akhirnya Kuasa Hukum lelaki itu datang. Sepertinya Mas Naufal sendiri enggan ke sini. Namun, sayangnya Kuasa Hukum lelaki itu memberikan penolakan akan gugatan cerai diriku. Aku menggertakkan gigi, Mas Naufal sudah benar-benar keterlaluan. Kuasa Hukum lelaki itu menafikan semua bukti perselingkuhan yang aku berikan kepada pihak Pengadilan Agama. Mengatakan bahwa semua itu tidak benar. Meskipun memang akan terjadi perceraian, maka pihak Mas Naufal tidak ingin hak asuh anak jatuh ke tanganku. Dia benar-benar membunuhku secara perlahan!
Ya Allah bagaimana ini? Hamba tidak sanggup untuk membayar pengacara. Tolong bantu hamba-Mu ini ya Allah ....
Bahuku lemas rasanya. Pedih sekali. Mengapa di dalam hidup uang selalu nomor satu? Aku pun memutuskan untuk pulang setelah selesai. Masih akan ada beberapa pertemuan lagi. Aku sangat berharap Mas Naufal datang agar aku bisa mencakar wajah lelaki itu di depan hakim! Dia benar-benar tidak punya hati!
"Anggy, gue bisa bantu lo untuk cari pengacara," kata Febby ketika kami melangkah keluar dari gedung besar itu. "Ini kesempatan lo untuk bisa keluar dari Naufal, kan? Gue akan bantu lo ... "
"Dan membuat lo bertengkar hebat dengan Zayn?" potongku dengan segera. "Suami lo bisa aja dipecat sama Mas Naufal, kan?"
Febby terdiam. Mungkin dia merasa bahwa kata-kataku memang benar. Aku tersenyum kepada Febby, lantas berterima kasih karena dia sudah menemani diriku hari ini. Aku pun memintanya untuk pulang ke rumah. Febby ingin menolak, karena dia merasa aku perlu seseorang sekarang. Namun, aku tetap memaksanya. Lagipula aku akan kembali ke rumah setelah ini. Mengambil beberapa pakaian dan keperluan lain yang aku butuhkan. Bahkan seragam sekolah Latya sebagian besar ada di rumah. Dengan berat hati Febby pun meninggalkan diriku.
Aku menaik taksi seperti biasa. Semakin hari rasanya semakin melelahkan. Perceraianku yang belum jelas, Kak Ajeng yang belum juga ditemukan, serta usaha butik yang belum juga dimulai karena aku masih sibuk dengan kedua urusan yang tadi. Rasanya lelah sekali. Mengapa Mas Naufal sama sekali tidak memikirkan diriku, apakah aku baby blues atau tidak setelah melahirkan? Semua hal ini membuatku merasakan frustasi.
Pak satpam langsung menyambut diriku begitu aku sampai di rumah. Aku bahkan melihat Bibik yang nyaris ingin memeluk diriku. "Bibik kangen banget sama, Non. Rumah ini rasanya sepi." Beliau menatap diriku dengan sendu.
Aku tersenyum. Aku bisa saja membawa serta Bibik ke rumah Papa. Tetapi, aku masih peduli dengan Mas Naufal di rumah. Lelaki itu pasti membutuhkan Bibik. Apalagi sejak kecil Mas Naufal sudah hidup berkecukupan. "Aku ke sini mau ambil beberapa pakaian, Bik." Entah hanya perasaanku atau memang benar, raut wajah wanita itu terlihat sedih.
"Bagaimana dengan kabar Non Ajeng?" Bibik bertanya ketika kami sibuk memasukkan pakaian ke dalam koper.
"Belum ditemukan, Bik," kataku dengan nada lesu.
![](https://img.wattpad.com/cover/294802245-288-k59124.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounds in Marriage
Storie d'amore[18+] Kehancuran rumah tangga adalah salah satu daftar hitam dalam folder otakku. Tidak pernah berpikir bahwa semuanya akan berakhir seperti ini. Perselingkuhan yang dilakukan oleh Mas Naufal benar-benar menarik diriku masuk ke dalam jurang. Ia memp...