Sebuah dering di ponselnya berhasil menghentikan semua pikiran Dana. Ia meraih benda pipih itu dan mengecek pesan yang bertengger di sana.
Bunda Inara
Assalamu'alaikum, Dana
Kemarin sudah pembagian rapot, kan?
Gmn hasilnya, Nak?Memilih untuk mengabaikan keberadaan temannya sebentar, Dana pun mulai bersiap untuk mengetikkan balasan.
Wa'alaikumussalam, Bun
Alhamdulillah baik sekaliLelaki yang masih setia dalam posisi duduk itu kembali menggulir layar ponselnya. Mencari beberapa berkas yang akan ia kirimkan sebagai pelengkap akan kalimatnya barusan. File sertifikat juara umum 1, dan transkip nilainya semester ini dengan segera ia kirimkan kepada Inara.
Pesan itu dengan cepat dibaca oleh sang bunda, file tersebut juga tentu sudah dibukanya.
MasyaAllah
Selamat ya, Dana
Jangan cepat berpuas diri, terus meningkat, Sayang!
Bunda bangga sekali sama Dana. Terima kasih untuk kerja kerasnya di semester ini🌹Seumpama hujan yang datang mengguyur setelah kemarau panjang, begitulah damainya hati Dana setelah membaca balasan dari Inara. Ia tampak menghela nafas sejenak, mengulum pelan bibirnya agar senyum bahagia itu bisa sedikit tertahan.
Terima kasih, Bunda❤️
Terima kasih banyak krna selalu ada buat Dana. Tanpa bunda dan Om Faizan mngkin Dana udah gak tau mau gimana lagiSeindah apa pun hal yang baru ia dapat, entah kenapa sebuah kehampaan itu tetap menghantui. Terlebih memori tentang keributan semalam masih sangat membekas di otaknya.
Hush, ngmong apa itu?
Gak usah dibahas, Dan!
Kamu sudah libur, kan?Inilah jagonya Inara, ia bisa dengan cepat mengetahui apa yang terjadi pada keponakannya. Dengan lihai, ia pasti mampu mengalihkan pembicaraan, dan membawanya ke arah yang lebih baik.
Sudah, Bun.
Les dan latihannya juga?
Iya, Bunda
Oke
Nanti datang kesini bisa, Nak? Selama liburan disini aja.
Kebetulan Om Faizan juga mau ngambil cuti, kita liburan bareng, yuk!Simulasi angin syurga kembali bertiup menghampiri dirinya. Akhirnya, ia tak mati bosan karena terus sendirian selama libur panjang ini.
Oke, Bunda
Nanti sore Dana kesanaJawab Dana sebagai penutup pesan di antara mereka. Karena Pandra yang masih ada di rumahnya, membuat ia tak setega itu untuk langsung pergi dan mengharuskan sang teman berlalu begitu saja.
Hingga kini, ditemani dengan jingganya senja, Dana dan Pandra sudah berada di dalam mobil dan sedang dalam perjalanan menuju rumah Pandra. Sesuai dengan apa yang disarankan Dana tadinya, lelaki itu menerimanya dengan baik. Ia pun sudah cukup tenang, sudah lumayan dingin untuk memperbaiki semuanya.
"Lo sendiri rapi-rapi mau kemana?" Pandra berceletuk tiba-tiba karena baru menyadari pakaian Dana. Logika saja, jika hanya sekedar mengantarkannya, pakai kaos oblong dan celana pendek juga bisa. Tidak perlu kemeja dan celana panjang seperti ini.
"Mau ke tempat Bunda."
"Oh, main?"
"Enggak. Kayaknya bakal lama gue disana. Sampai abis liburan," ujar Dana sambil melirik teman yang berada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐀𝐍𝐀𝐃𝐘𝐀𝐊𝐒𝐀 [✓]
Teen FictionPernah merasakan bagaimana rasanya diabaikan? Tidak dianggap ada, atau semacamnya? Pernah melakukan sesuatu yang sudah sangat sesuai dengan apa yang didambakan seseorang, namun tetap tak dipandang olehnya? Jika pernah, itu artinya kita sama. Lelah...