Tawa Yang Sebentar

1.2K 70 6
                                    

Dana <3/?
Terakhir dilihat 08/01/22 08.26

Kami nyariin ruangan kamu, eh ternyata masih di ICU. Betah banget sih, Dan😄
Aku gak dibolehin ketemu kamu, huhu
Cuma bisa lihat dari luar, sama teman-teman yang lain juga tadi.

//Terkirim
11.27

Kalya menumpuk kecewa di dalam hatinya. Saat kedatangan mereka ternyata sudah melebihi waktu kunjungan khusus ruangan ICU. Mereka benar-benar mengira bahwa Dana sudah dipindahkan ke ruangan biasa, namun nyatanya keadaan lelaki itu masih belum memungkinkan untuk berpisah dengan ICU dan segenap alat penunjang medis yang ada di dalamnya.

Dan, tau gak? Sekarang aku jadi suka laut loh. Tapi gak suka rumah sakit🙂
ICU mengerikan, Dana
Aku gak suka lihat kamu disana
Cepat sadar, ya.

//Terkirim
16.02

Pesan itu kembali dikirimkan. Saat Kalya masih berada di tepian sebuah pantai, berdiri disana untuk merasakan desiran ombak yang menyentuh kakinya. Di tengah kesedihan yang melanda, gadis itu membawa dirinya ke tempat yang Dana sukai. Menceritakan segala pilunya pada hamparan laut lepas. Berharap dengan ini semesta ikut menyampaikan kerinduannya kepada sosok yang ia ketahui masih belum sadarkan diri.

Padahal, jauh dari tempatnya berada sekarang. Dana sudah berhasil membuka matanya setelah koma selama kurang lebih dua hari. Selangkah saja setelah kepulangan rombongan Adinata itu, Dana mulai menggerakkan tangannya dan mengundang segenap tim medis untuk langsung memeriksa keadaannya.

Qadarullah, satu jam dari saat itu, Dana sudah bisa dipindahkan ke ruangan biasa karena kondisinya yang sudah benar-benar stabil. Pihak medis pun beranggapan ini layaknya sebuah mukjizat besar, yang mana orang baru keluar dari keadaan kritis, seketika langsung membaik seolah tidak terjadi apa-apa.

Dana kini sedang terduduk di atas brankarnya, menerima suapan demi suapan yang diberikan oleh sang bunda. Tadinya ia diberikan bubur khas rumah sakit yang rasanya begitu hambar. Lelaki itu jelas menolak, membuat Inara dengan baiknya mau kembali ke rumah, untuk membuat bubur dari campuran nasi, kentang, dan wortel. Seperti yang biasa Dana konsumsi ketika sakit.

"Adek Nafaaa," panggil Dana dengan ceria sembari menatap perut bundanya yang kian membesar. Ia kadang kasihan, karena sang Bunda selalu repot mengurusinya.

"Nanti adek pasti makan ini juga, enak loh," sambung Dana lagi sembari memakan buburnya.

"Adek nanti lahirnya bulan tiga kan, Bun? Sama kayak Dana?" Tanyanya dengan perhitungan kasar yang sudah ia lakukan. Saat ini adalah bulan januari, dan usia kandungan Inara sudah tujuh bulan.

"HPL nya masih bulan empat, Dana," jawab Inara menurut hasil pemeriksaan terakhirnya. Perkiraan ini mungkin bisa berubah, bisa lebih cepat atau lambat. Tapi tidak sampai bulan tiga aja.

"Yahh, kenapa lama?" Wajahnya mulai memelas, lucu.

"Yakan nunggu genap 36 minggu, Dan. Kalau kecepatan lahir, prematur dong adekmu. Nanti terganggu kesehatannya," jelas Inara secara perlahan.

"Yee," anak itu meledek. "Kata mama, Dana aja lahir prematur kok. Delapan bulan udah welcome to the world. Sehat-sehat aja tuh."

Inara mendelik begitu saja. Pemikiran Dana sangat-sangat absurd.

"Sehat pas lahir doang sih sebenarnya," sambung Dana dengan suara pelan setelah sadar apa alasannya bisa berada di rumah sakit ini. Mana habis koma.

"Udah bener tuh, Adek Nafa lahirnya bulan April aja. Gapapa lama, yang penting sehat selamanya," pesannya seolah bisa berbicara dengan bayi yang masih berdiam di dalam rahim Inara.

𝐃𝐀𝐍𝐀𝐃𝐘𝐀𝐊𝐒𝐀 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang