Ditulis oleh Isti'Anah
'Pandemi Covid-19, Pengusaha di Bali Raup Utang Jutaan Rupiah dari Jualan Daster Online.'
Itulah judul berita yang barusan muncul dalam layar ponsel wartawan. Lihatlah bagaimana masa pandemi mampu menghancurkan masa kejayaan salah satu pengusaha sukses di Pulau Dewata.
Tidak itu hanya sebagian contoh kecil. Bahkan hampir seluruh masyarakat Bali di buat harus mengelus dada dengan dampaknya Covid-19. Kondisi semakin parah saat sistem lockdown diberlakukan. Kondisi pariwisata benar-benar lumpuh, akses penebang internasional telah di tutup otomatis tidak ada kunjungan wisatawan asing yang selama ini mendominasi Pulau
Dewata. Bak kota mati Bali kehilangan tamu utamanya.Selain turis mancanegara kini Bali juga sepi pengunjung turis lokal akibat pembatasan yang berlangsung. Beberapa daftar destinasi wisata favorit yang selalu dipenuhi oleh wisatawan domestik dan mancanegara saat ini terlihat lengang. Para pengusaha yang semula hidup makmur dan tumbuh subur di Bali kini harus menghadapi kebangkrutan bila mana tidak pandai mengatasinya.
Hari ini Mayunda Kartika salah seorang wartawan TV swasta datang langsung bersama tim jauh-jauh dari Jakarta untuk sekedar membuat berita, meliputi kondisi terkini dan mewawancarai salah seorang pedagang. Sangat-sangat merepotkan, lalu mau bagaimana lagi tim khusus berita di Bali semuanya terindikasi positif Corona.
Perjalanan panjang telah mereka tempuh sampai tibalah di Bandara Ngurah Rai yang mampu membuka mata Ayunda bahwa pandemi mematikan pertumbuhan ekonomi. Jika biasanya bandara di penuhi lautan manusia yang hendak berwisata kini sepi jauh dari arti ramai.
"Gila ini bandara jadi serem amat." Sulis menarik koper sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nggak ngerti lagi ini berasa kota mati habis kena wabah zombie terus para manusia punah." ceplos Pandu ikut mengomentari kondisi bandara.
"Hibah mulu. Kerja woi kerja! Ingat ada anak istri di rumah mau makan apa besok!?" sela Ayunda.
Pandu tersenyum tipis, "Kerja pake tangan Nda bukan pake mulut." sanggahnya kemudian curi-curi pandang.
"Gayamu Nda kayak udah nikah aja." imbuh Pandu tidak bisa menyembunyikan lekuk senyumnya.
"Emang belum tapi mau! Kalau situasinya nggak Corona pernikahanku udah di hotel bintang lima di hadiri pejabat-pejabat negara." songongnya.
"Corona nggak salah! Mangkanya nikahnya tahun depan aja. Emang colon suaminya udah ready? Kalau belum aku ada untukmu."
Mata Ayunda membulat sempurna, "Kerja dulu Pa cari cuan yang banyak. Halunya bisa kapan-kapan."
"Panggilannya udah Bunda Papa nih ke Bali berasa honeymoon. Apalah daya yang masih jomblo dari lahir." sela Sulis ditengah perdebatan kecil dalam rombongan.
Candaan mereka terhenti ketika sebuah mobil datang. Dengan segera para kru masuk dan mengistirahatkan tubuh penatnya. Namun mata Ayunda tidak bisa terpejam sepenuhnya. Dalam kepalanya masih terbayang awal tahun 2019 yang sangat mengasyikkan ketika berlibur ke Bali.
Keramahtamahan warga menyambut hangat para wisatawan kini tak terasa lagi. Ayunda tidak bisa membayangkan jika pandemi berlangsung lama. Bali akan benar-benar kehilangan eksistensinya.
★★★
Setelah makan siang para tim segera berdiskusi ulang mengenai progres kerja yang akan dilaksanakan untuk dua hari ke depan. Pandu sebagai ketua koordinator segera saja membagi tugas agar pekerjaan segera selesai.
Ada beberapa daftar destinasi wisata yang akan mereka liput. Pertama ada pura Tanah Lot tempat menikmati keindahan sunset yang tak ada duanya. Kedua ada Pantai Pandawa yang menyuguhkan pantai cantik dari balik bukit batu kapur. Ketiga ada GWK yang memperlihatkan kebesaran patung Garuda Wisnu. Dan yang terakhir ada Pura Ulun Danu Beratan Bedugul yang memberikan sensasi sejuk lantaran pusat pura ada ditengah danau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Punya Realita
Short StorySeperti yang diiginkan semesta. Jika memang harapan ini harus gagal di tengah jalan, maka tak mengapa. Jika memang tak boleh bermimpi terlalu tinggi, maka tak masalah. Akan tetapi, biarkan pemimpi ini mewujudkan bunga tidur seindah-indahnya. Yang re...