★ Kenangan Keluarga ★

12 2 0
                                    

Ditulis oleh Apriyanti Gunawan

Hai, perkenalkan namaku adalah Arina Bao Annchi orang-orang memanggil aku dengan sebutan Arin. Aku warga asli dari China makanya tidak heran karena dari namaku saja ada chinanya.

Arti namaku sendiri adalah Arina itu kecerdasan, Bao itu permata yang berharga dan annchi itu artinya bidadari yang cantik . Gimana? Bagus tidak namaku? Iya benar bagus karena kedua orang tuaku yang mengasih aku nama secantik itu.

Saat ini aku tinggal di Negara Republik Indonesia tepatnya di Jogjakarta yang panas sejak umurku 12 tahun tidak lama ya, karena sekarang aku baru berumur 15 tahun jalan ke 16 tahun berarti aku tinggal di Indonesia 3 tahunan.

Orang tuaku sendiri ...

"ARIN-! BELIKAN MINYAK NAK." Nah! Itu dia ibuku namanya Liu Jingmi dia adalah sosok yang pernah melahirkanku sampai aku melihat dunia yang kejam ini tapi aku tidak akan menyia-nyiakan ibuku yang telah melahirkan ku susah payah.

"Arin-! Ayah titip beli sampo motor juga ya,nih uangnya." Ini ayahku namanya Alimsyah addinullah, iya ayahku Islam dia orang asli Indonesia dan ibuku orang Hindu tapi karena cinta yang kuat mereka bersatu dengan ibuku masuk Islam, nenek dan kakekku yang di China tidak apa-apa mereka setuju saja dengan ibuku.

"Baik, Ayah ibu ...."

Setelah berbicara seperti itu dan berpamitan aku pun memilih untuk ke warung membeli apa yang ayah dan ibuku suruh.

"Bu Tika, beli." panggilku kepada si pemilik warung.

Bunyi grasak-grusuk pun mulai terdengar di dalam rumah Bu Tika, sudah ku duga keluarga Bu Tika tidak pernah sehari pun kalem.

"Eh iya beli apa Neng?" Huft... akhirnya Bu Tika keluar juga aku kepanasan soalnya.

Sebenarnya aku malas anaknya keluar karena cuaca panas, belum lagi aku engga ada teman sama sekali di dekat komplek perumahan ini, aku lebih akrab dengan teman di sekolahan saja.

"Aku mau beli Kit sampo motor sama minyak sayur ya, Bu." ucapku.

"Siap Neng tunggu ya ibu ambil dulu." balas Bu Tika lalu dia beranjak ke bawah untuk mengambil apa yang aku mau beli tadi.

"Ini Neng jadi empat ribu aja." aku mengasih uang nya ke bu tika lalu mengucapkan 'terima kasih' dan di balas juga oleh Bu Tika.

Sehabis dari warung Bu Tika aku kembali lagi pulang ke rumah iya dong masa engga balik lagi aku mau tidur dimana ehehehe, dan memutuskan untuk belajar hingga hari sudah mulai malam sampai ibu menyuruhku turun ke lantai bawah untuk makan malam bersama.

Di tengah-tengah acara makan malam bersama selalu saja keluarga kami memang tidak sopan ketika makan ada aja candaan yang keluar dari mulut sang ayah.

"Nanti kita liburan ke bali gimana? Pada mau engga nih? Ayah lagi seneng sehabis dapat tingkat jadi manajer di perusahaan." ucap ayah ku dengan senyum selebar nya.

Aku dan ibuku mengangguk riang, siapa yang tidak mau ke bali seumur hidupnya? Dari pas tinggal di indonesia aku belum pernah merasakan hawa bali dikarenakan ayah terlalu sibuk sebagai sekretaris.

Setelah berbincang kapan berangkat ke bali nya, kata ayahku besok kita harus siap-siap pergi.

Hahaha, aku tidak sabar deh besok ke bali mau foto-foto sama keluarga terus di upload ke sosmed deh kek yang lainnya.

Selesai dengan acara makan malam keluarga kita rutin menghabiskan malam dengan menonton tv hingga saat nya jam tidur tiba.

★★★

Keesokkan paginya aku sudah bangun dengan giatnya mandi sampai bersih dan membersihkan kamar sekaligus merapihkan baju yang akan aku bawa untuk di bali nanti.

Aku sekalian bawa boneka pemberian almarhum kakekku yang dari ayah saat berulang tahun yang ke 12 iya aku deket banget sama kakekku yang dari ayah.

"Arin, cepat turun nak! Sekalian bawa turun barang-barangnya." teriak ibu dari bawah.

"IYA BU!" aku pun juga membalasnya

Ayah mengajak aku dan ibu ke bali 2 hari aja padahal aku mau semingguan di bali tapi aku tidak boleh egois bagaimana pun ayah sudah berbaik hati mengajakku jalan-jalan ke bali walau hanya 2 hari saja.

★★★

Tiba lah saatnya keluarga ku berangkat menuju ke bali, tidak lupa ke rest area untuk beristirahat setelah itu melanjutkan kembali perjalanan.

Aku merinding pas melewati jalan paiton yang terkenal itu, dan hampir saja ayah menabrak truk container pengangkut air kalau tidak keluarga ku akan meninggal karena jalanan itu memakan korban jiwa.

Tapi untung saja kami sekeluarga sampai tengah malam hari, tidak ada waktu untuk makan jadi aku, ayah, dan ibu lebih memilih minum susu untuk mengganjal perut. Keluarga kami begitu harmonis sampai tiba saatnya aku tidur ayah dan ibu memasuki kamarku lalu mencium keningku sebagai ucapan

'selamat malam'

Di saat pertengahan tidur aku bermimpi di suatu ruangan yang serba putih namun berabstrak seperti kertas.

Didalam mimpiku aku tidak tau harus apa, tapi tiba-tiba ruangan putih berabstrak seperti buku menggambarkan sebuah mobil dan satu keluarga seperti berjalan-jalan tapi sehabis itu cairan berwarna merah kental dan bau anyir mengalir entah dari mana asalnya.

Seketika aku terbangun dari mimpi dengan nafas terengah-engah dan keringat yang mengucur di pelipis, itu adalah mimpi yang seram menurutku.

Tunggu ...

Kenapa pintu lemari kamarku terbuka lebar dan ada cahaya putih? Karena penasaran yasudah aku menuju ke lemari dan masuk dengan keadaan gemetar dan mata tertutup.

Setelah itu aku membuka mataku, loh?! Kenapa aku tiba-tiba ada di tempat ini? Duh kenapa kepala ku sakit sekali? Oh! Dan kenapa kakiku tidak bisa digerakkan?

"Sudah sadar Rin?! Alhamdulillah." Nenek???

"DOKTER SUSTER CUCU SAYA SUDAH SIUMAN!"

Apa? Siuman? Memangnya aku kenapa?

Nenek mendekati ku dan memelukku erat. Sambil berucap kata syukur sebanyak-banyaknya.

Dokter dan suster pun datang memeriksa ku sehabis itu mereka pergi setelah memberikan resep obat kepada nenek untuk ku minum nanti.

"Nenek? Ayah sama ibu mana?" dapat kulihat raut wajah nenekku berubah menjadi sayu saat aku menanyakan keberadaan kedua orang tuaku.

"Jadi setelah kecelakaan yang kedua kalinya pun kau masih memimpikan mereka hm?"

"Ayah dan ibumu telah meninggal saat umurmu 14 tahun Arin kalau kau lupa itu, dan kau kecelakaan karena tidak melihat jalan yang mengakibatkan kaki mu lumpuh dan koma selama 3 bulan."

Air mataku turun begitu saja ketika nenek menjelaskan semuanya, aku lumpuh dan tadi aku terbawa ke mimpi dalam mimpi sekaligus.

Ternyata kenangan indah di mimpi itu tidak sesuai realita ya, kenyataannya orangtuaku sudah meninggal 1 tahun yang lalu akibat kecelakaan beruntun ketika kami sedang mengadakan liburan ke pantai.

TAMAT

Semesta Punya RealitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang