Ditulis oleh Hany
Ukiran-ukiran halus terpatri dalam kertas kosong. Ukiran pembentuk kata dalam makna yang tercipta padu di dalamnya.
Gadis pemimpi yang terjebak dalam situasi kelabu. Cahaya yang enggan menyinarinya. Redup tak berkisar.
Dunia ini begitu jahat padanya. Di kala mimpi harus tertahan dengan realita. Di kala harapan terpupus dengan helaan gusar yang begitu pahit.
"Bulan dan matahari. Mereka sama-sama bersinar di atas langit yang sama, namun dengan waktu yang berbeda."
Perkataan itu terngiang-ngiang pada benak kepalanya. Seolah persepektifan diantara keduanya adalah pasti.
"Alea kamu sedang apa?!" tiba-tiba suara ibunya terdengar begitu nyaring pada indra pendeteksi frekuensi-Nya.
"sini Nak makan dulu cepat!" suara ibunya terdengar untuk yang kedua kalinya.
Buru-buru Alea menutup buku diary-nya dan segera bergegas pergi ke meja makan.
"Iya mah." Sahut Alea.
Sesampainya Alea di meja makan. Ia di sambut oleh ibunya dengan senyum hangat yang selalu terpatri di wajah cantik ibunya.
Alea memakan masakan yang telah ibunya siapkan dengan sangat khidmat begitu pula dengan Asya.
"Bagaimana sekolahmu nak?" tanya Asya.
"Entahlah bu. "
"Huuft... " helaan itu keluar dari mulut Alea.
"Aku ingin sekolah, disekolah yang sama dengan teman-temanku namun sepertinya..." ucap Alea.
"Mamah tidak bisa menyekolahkan kamu disekolah itu, mengingat biaya disana sangat mahal Nak. " jawab Asya.
"Tidak apa mah, aku yakin disekolah Negeri yang akan aku tempati juga tidak kalah bagus-nya dengan sekolah swasta. " ucap Alea dengan sedikit senyum di wajahnya agar ibunya tidak terlalu merasa bersalah.
"Nak. Mamah mungkin tidak bisa menyekolahkan-mu di sekolah terbaik. Namun Mamah yakin suatu saat kamu bisa menginterpretasikan kemampuan-mu. " ujar sang ibu tulus.
"Tapi aku tidak tahu potensiku dimana..." Alea menurunkan pandangannya.
"Nak. Kamu harus ingat satu hal ini. Setiap manusia diciptakan dengan porsi keunggulannya yang berbeda-beda." Asya tersenyum hangat kepada Alea.
"Dan yang harus kamu lakukan adalah. Menggali potensi kamu dengan berbagai minat yang kamu mau."
★★★
Mentari bersinar dengan sangat cerah. Pertanda malam sudah sirna. Embun pagi yang sangat sejuk. Mampu menghaturkan kedamaian dalam kalbu.
"Ini hari Pertama-ku kesekolah yang baru. Sudah saatnya aku harus memulai kehidupan-ku yang baru juga." Ucap Alea sambil membuka gorden jendelanya.
Alea bergegas mandi serta memakai seragam putih abunya. Lusa kemarin ia sudah mendaftarkan diri disekolah SMA NEGERI CITRA BANGSA, dan akhirnya ia lolos menjadi calon siswa disana. Tinggal satu tahap lagi yaitu kegiatan MPLS, yang nantinya akan menjadikan dia siswa yang sesungguhnya di SMA tersebut.
"Mamah?" panggil Alea saat dirinya sudah siap dengan seragamnya dan mungkin dengan beberapa perlengkapan MOS, seperti nametag, topi yang terbuat dari kardus, dan pita ungu yang menjadi hiasan rambut kuncir kudanya.
"Iya Nak?" Asya menyambut panggilan Alea dengan hangat.
"Aku pamit ingin berangkat kesekolah Mah. " ujar Alea dan langsung menyalimi punggung tangan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Punya Realita
Short StorySeperti yang diiginkan semesta. Jika memang harapan ini harus gagal di tengah jalan, maka tak mengapa. Jika memang tak boleh bermimpi terlalu tinggi, maka tak masalah. Akan tetapi, biarkan pemimpi ini mewujudkan bunga tidur seindah-indahnya. Yang re...