1. Pendengar Yang Baik

3.9K 1K 192
                                    

.
.
.

    Setelah pertemuan dan pertanyaan ngawur nya pada seorang mahasiswa yang memperkenalkan dirinya sebagai Hongjoong itu, San tetap diam, dia tak berani mengatakan apapun. Apalagi tadi dia udah membuat first impression-nya kayak tokoh fiktif yang tiba tiba nanyain kehidupan sebelumnya. Keduanya kini duduk di kursi sebuah kedai kopi yang berada tak jauh dari TPU itu.
 
 
  "Jadi, nama lu Raden Santoso Widayaka Khabbab, lu asalnya dari desa yang namanya Rejowerno, dan lu ke makamnya Seonghwa karena sering dimimpiin?" Tanya Hongjoong yang sangat terganggu dengan suasana canggung diantara keduanya.

    San mengangguk lalu menatap wajah pemuda itu, namun tak lama dia kembali menunduk karena gejolak aneh dalam dirinya kembali setiap dia melihat muka Hongjoong.

  "Sejujurnya, aku berada di sebuah Klub yang sedang mengalami kesusahan—"

  "Oh, lu dari bagan amal?" Sela Hongjoong.

  "Bukan. Aku dari Klub 513." Jawab San.
 
 
    San kebingungan ketika Hongjoong tak merespon ucapannya, karena itu dia mendongak ke arah Hongjoong. Pemuda itu menatapnya dengan penuh kebencian. Bukankah aneh? Walau sebenarnya dari awal Hongjoong udah masang muka risih dengan keberadaan San, tapi apakah dia punya alasan buat natap San dengan muka yang nyerempet ekspresi jijik kayak gitu?
 
 
  "Mau apa lagi kalian, hah? Gua kira udah cukup kalian bikin Seonghwa mati di ruang Klub kalian dan sekarang kalian nyariin apa?" Pertanyaan Hongjoong jelas membuat San sangat kebingungan, dia lalu teringat tentang cerita Yeosang bahwa Klub 513 nya SMA 13 Laksmada itu tercipta karena Yeosang lihat Klub yang sama di kota. Apa mungkin ini tali merahnya?

  "Nggak, Kak. Um, Maaf, Klub 513 sebenarnya cuma nama ala ala gitu.. iya, jadi gini, emm.. sebelum pindah ke desa, aku sekolah di kota, dan aku sering denger simpang siur yang nyebut Klub 513," bersamaan dengan itu, San memohon agar dosa bohongnya diampuni oleh Yang Maha Kuasa, "kukira itu keren jadi aku buat kayak kumpulan anak desa gitu, namanya Klub 513. Padahal mah, nama aslinya Klub Hati Nurani."

    Hongjoong menatap San tanpa ekspresi dan San pingin transformasi jadi alkali tanah aja rasanya. Dia sadar lagi bohongin mahasiswa, anjir, San takut kuwalat dan disulitkan pas mau nyari Universitas.

  "Oh." Jawab Hongjoong.
 
 
Allahuakbar, oh, doang?" Batin San.
  
 
  "Terus ngapain bagan amal nyariin Seonghwa?" Tanya Hongjoong.

  "Kami bukan bagan amal, Kak. Em, ya udahlah, terserah gimana nyebutinnya. Ngomong ngomong, soal Seonghwa tadi.. um.. dia mati di ruang Klub 513?" Tanya San.

    Hongjoong mengangguk, "sekitar dua tahun lalu."

  "Kok bisa?" Taya San.

    Hongjoong menggeleng tanda tidak tau, "gua aja bahkan nggak tau kalo dia ikutan Klub itu."

    San melebarkan matanya, kalau emang Seonghwa baru meninggal sekitar dua tahun lalu, timeline nya cocok. Yeosang pergi mengantarkan 'buku sampul merah lusuh' ke kota pada kelas sepuluh di semester satu, itu artinya Seonghwa kemungkinan masih hidup dan orang yang menerima buku itu adalah Seonghwa sendiri. Diperkuat juga dengan ucapan Yeosang bahwa 'dialah yang menentukan siapa yang berhak menerimanya', bukankah jelas jika Seonghwa lah pemilik buku itu? Dan Klub 513 yang Yeosang temui adalah Seonghwa dan teman temannya.

  "Klub 513 dari sekolah mana, Kak?" Tanya San.

  "SMA 7 Puncak." Jawab Hongjoong.

    San mengetahui sekolah itu, dia hampir sekolah disana namun nggak jadi karena ada sekolah yang lebih dekat dengan rumahnya dulu. Lalu San memantapkan hati, dia mungkin akan mengetahui sesuatu. Semua yang berkaitan dengan Seonghwa Zahuwirya ataupun Seonghwa Moran sebagaimana yang Yeosang ceritakan selalu tertata dengan rapi, bisa jadi dia menemukan sebuah petunjuk dari masalah yang Klub 513-nya alami sekarang.
 
.

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.3 : Kidung RajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang