.
.
.Ketika tubuh Yeonjun dilempar ke dalam rumah kecil tempat dia berendam dengan darah manusia kala itu, dia misuh misuh karena dia yakin ada beberapa helai rambutnya yang nggak sengaja ketarik dan rontok. Belum juga selesai dia menenangkan emosinya, dia dihadapkan oleh 'Si Tukang Jagal' yang membawa kapak berlumuran darah di tangannya. Tubuhnya jauh lebih gempal ketika Yeonjun melihatnya sedekat ini. Sudut bibir Yeonjun terangkat, ada sedikit keraguan dalam hatinya, sekaligus dia merapalkan kata kata mutiara nya untuk Yohan di dalam hati.
"Mata kau itu Yohan, aku bisa bunuh nih makhluk dengan mudah. Coba kalo kamu disini pasti udah aku injek palamu itu." Kata Yeonjun.
Belum juga itu Yeonjun bangun, si tukang jagal tanpa aba aba langsung memukulnya, membuat Yeonjun dilanda pusing teramat karena pukulan di pipinya barusan. Yeonjun dengan sedikit sempoyongan bangun lalu meludahkan darah yang keluar dari lidahnya yang tak sengaja tergigit.
"Sampe aku mati konyol sama nih makhluk, bakal aku hantuin kamu sampek mati, Han." Batin Yeonjun, dia merogoh saku, mengambil pistol yang memang dia bawa bersamanya itu.
"Apakah itu pistol sungguhan?" Tanya si tukang jagal.
Yeonjun tak menjawab dan hanya menembakkan satu peluru ke arah langit langit, menunjukkan pada pria kekar itu bahwa itu pistol sungguhan. Setelah menunjukkan itu, Yeonjun mengangkat kedua bahunya, menunjukkan kesombongan.
"Mengapa semua anak anak zaman tak tau sopan santun?" Tanyanya.
"Mengapa semua orang dari era mu belum mati juga?" Tanya Yeonjun balik.
Balasan Yeonjun membuat si tukang jagal marah, dia segera mengayunkan kapaknya sambil menghampiri anak itu. Yeonjun tersenyum miring dan ikut maju menghampiri pria itu.
"Ayo, gelut sampek mati kita." Ucap Yeonjun.
.
Yohan lagi sembunyi di gang gang sempit yang tercipta antara rumah di Tunggangalas sekarang, mengawasi pergerakan para warga yang lumayan chaos itu. Gimanapun wajar aja sih, soalnya tetua memilih untuk memajukan jadwal upacara itu hari ini juga. Pria tua itu benar benar berniat untuk membuat Yohan sebagai tumbal agaknya.
Walaupun mukanya Yohan mencerminkan sebuah ketenangan, sebenernya hatinya lagi dag dig dug ser itu, bukan mengkhawatirkan soal keselamatannya, melainkan lebih ke keselamatan anak anaknya terutama Yeonjun. Apakah dia terlalu meremehkan si tukang jagal itu dan tanpa pikir panjang mengirim Yeonjun untuk membunuhnya? Itu bikin dia overthinking.
Merasa jika tempat persembunyiannya sekarang sudah tidak aman karena sempat beberapa kali hampir ketahuan, Yohan segera berpindah. Belum juga mendapatkan tempat persembunyian yang aman, dia mendengar suara langkah kaki mendekat ke sana. Dalan keadaan lumayan panik, Yohan terkejut ketika sebuah tangan menariknya ke dalam semak semak tinggi yang ada di belakangnya.
"Anjir, Sua! Aku kira setan." Kata Yohan lirih, tapi mukanya menunjukkan ekspresi kesal.
Dia lihat Sua belum berias atau mengganti pakaiannya dengan pakaian penari seperti yang tadi tetua perintahkan. Agaknya nih, manusia satu ini memang ada niatan mati dengan membantu Yohan.
"Kamu ngapain disini, hah? Kamu bisa ikutan ditumbalin kalo sampe ada yang liat!" Kata Yohan lagi.
"Kamu tau? Itu lebih baik daripada harus mengenakan ornamen penari menjijikan itu." Balas Sua. "Dan, bukankah memang rencanamu seperti ini? Memaksa tetua untuk mempercepat upacaranya? Lalu apa yang kau harapkan dari itu?"
"Kau tau, Sua? Kau orang kedua yang bertanya itu padaku." Tawa Yohan.
"Siapa yang pertama?" Tanya Sua balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.3 : Kidung Rajah
Fiksi PenggemarWooyoung : "Kode terbaik yang nggak akan lekang oleh zaman adalah nge share lagu yang mewakili perasaan lewat SW." Yohan : "Lingsir Wengi gitu misalnya?" San : "Ayang mu beda alam?" Yeonjun : "Gapapa beda alam daripada nggak punya ayang." Changbin :...