.
.
.Changbin yang dibilangin gitu ama Yohan cuma memutar matanya malas. Dia mengambil hp di dalam saku celananya dan mulai menghubungi seseorang. Anggota lain kecuali Yohan masih coba mencerna apa yang sebenarnya Yohan rencanakan. Cukup lama panggilan itu hanya berdering sampai kontak tujuan mengangkat panggilan itu.
Setelahnya, Changbin langsung menyalakan speaker.
"Halo. Assalamu'alaikum, Yena." Kata Changbin.
"Wa'alaikumsalam, Bin.. ada apa?" —Terdengar suara perempuan bernama Yena dari telpon itu.
"Langsung aja, aku mau nanya sesuatu ke kamu."
"Nanya apa?"
"Dari desamu ada orang hilang, nggak?"
"Kok kamu tau? Iya, nih.. Tulungrawa lagi nggak kondusif banget pokoknya. Ayahku bahkan nggak boleh keluar desa buat ngirim hasil panen ke desa lain. Seminggu ini udah ada tiga orang yang hilang."
"Hal yang sama dari ketiga orang itu apa?"
"Hah? Pertanyaanmu aneh sih, tapi setahuku, tiga tiganya itu seniman. Satu orang dalang dan dua perempuan si penari ronggeng."
"Mereka semua hilang pas pergi keluar desa buat tanggapan?"
"Iya, bener! Kok kamu tau? Jangan jangan di Rejowerno juga?"
"Disini juga nggak boleh keluar desa. Mereka ngasih tau mau tanggapan dimana, nggak?"
"Nggak. Soalnya mereka juga nggak tau nama tempatnya, setahuku mereka dijemput gitu."
"Oh, ya udah. Makasih ya, Na. Nanti aku telpon lagi kalo ada apa apa. Wassalamu'alaikum."
"Iya, sama sama. Oke. Wa'alaikumsalam."
Setelah panggilan itu tertutup, keempat anak itu lantas menoleh ke arah Yohan yang tersenyum lebar. Yeonjun yang melihat itu menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal, lumayan kesal dengan senyum itu karena setiap Yohan menunjukkannya, maka sudah dipastikan jika Yohan akan memulai rencana gila hasil cocoklogi dan feeling-nya yang lain."Kamu bakal nunggu kabar Bapak pemain gamelan dan kawan kawan mati atau hidup dulu baru bergerak, Han?" Tanya Changbin, yang lain juga mengira bahwa itulah rencana Yohan.
Namun mengejutkan, Yohan menggeleng. "Kita bergerak dari sekarang."
"Njir, kepalamu kepentok apa?" Tanya Changbin.
"Perasaan yang kena lemparan panci maut kemarin Yeonjun, deh. Kok yang kelainan jadi otaknya Yohan?" Tanya Wooyoung menambahi.
Yohan ketawa doang, "kemarin aku ditampar kenyataan ama orang. Masih ada kemungkinan kalo para seniman itu cuma diculik alias nggak langsung dieksekusi, jika seumpama dugaan aku bener, kita punya kesempatan buat selamatin mereka. Makanya lebih cepat lebih baik."
San yang sangat terkejut dengan kesaksian Yohan itu cuma bisa terdiam dengan mulut ternganga. Ini bapaknya satu ditampar siapa kok bisa ada hati nuraninya? Walau agak telat, tapi pemikiran menyelamatkan nyawa orang ditengah obsesinya mengetahui kisah yang Yeosang janjikan rasanya tak akan pernah terjadi. Intinya satu, ini Yohan kenapa?
"Yohan kok jadi baik?" Bisik Changbin ke San.
"Kayaknya kita mimpi deh, Bin." Kata San.
"Coba kamu cubit aku, terus aku cubit kamu." Kata Changbin.
Kedua anak itu lantas melakukannya, namun keduanya sama sama merasakan sakit.
"Bukan mimpi." Kata San.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.3 : Kidung Rajah
FanfictionWooyoung : "Kode terbaik yang nggak akan lekang oleh zaman adalah nge share lagu yang mewakili perasaan lewat SW." Yohan : "Lingsir Wengi gitu misalnya?" San : "Ayang mu beda alam?" Yeonjun : "Gapapa beda alam daripada nggak punya ayang." Changbin :...