.
.
.Sekitar pukul sepuluh lebih lima belas, tiba tiba pintu ruangan dibuka oleh seseorang. Keempat anak yang emang belum tidur untuk menunggu kepulangan Yeonjun serentak menoleh ke arah pintu, dan keempatnya langsung berteriak tanpa suara saking shock nya melihat sosok Yeonjun dengan baju yang bersimbah darah itu sebagai pelaku pembuka pintu.
"Anjing, kamu baru bunuh siapa, anjing?!" Tanya Changbin gelagapan."Kok kayak babi mulutmu, aku nggak bunuh siapa siapa, babi!" Balas Yeonjun.
"Astagfirullahalazim, yang katanya tadi nggak boleh misuh di tempat kayak gini siapa coba..." Kata San.
"Kok bajumu merah semua?" Tanya Wooyoung.
Yeonjun menghela nafas lalu menceritakan asal muasal dia yang awalnya pingin buang air hingga berakhir berenang di kolam darah Tunggangalas itu. Yeonjun juga mengungkapkan kekecewaannya karena dia belum bisa memastikan tempat dimana para seniman dan korban yang disiksa itu berada karena rumah kecil di tengah hutan itu hanyalah tempat para mayat dimutilasi dan diambil darahnya.
"Jadi dari sana?" Tanya Yohan.Yeonjun mengangguk sambil melepas atasannya, "iya, nggak kehitung berapa banyaknya mayat disana, yang pasti mereka melakukan hal ini udah lama banget. Darahnya selain kental banget, baunya kayak campuran darah segar ama darah yang udah lama gitu."
"Tadi kamu bersihin diri di sungai?" Tanya San.
"Iya, soalnya kalo di kamar mandi umum pasti bakal ketahuan, di ruangan ini juga nggak ada air bersih." Balas Yeonjun.
"Ngomongin soal sungai.." Changbin terkekeh, "tadi ada yang zina di semak semak deket sungai, coba aja kamu tau, Yeon."
"Njir?! Beneran?!" Tanya Yeonjun antusias, terlihat dari bagaimana dia segera membereskan acara ganti bajunya dan menghampiri Changbin dengan semangat. "Yang mana orangnya? Besok kasih tau aku ya? Ya? Ya?"
"Sesat betul kamu jadi manusia, Yeon." Komentar Wooyoung.
"Kan, Yeonjun setan, jadi bukan manusia, Yong." Balas Yohan.
"Iya, besok besok aku sesatin jalanmu sampe kawah gunung Merapi." Respon Yeonjun.
"Oh, ya! Kamu gimana kaburnya? Katanya tadi ada algojonya?" Tanya San.
"Jangan bilang kamu bunuh algojonya.." Kata Wooyoung.
"Nggak, kok. Tadi algojonya sempet pergi, ya gitu, deh." Jawab Yeonjun setengah setengah. "Pokoknya aku nggak bunuh dia."
"Kamu udah pastiin nggak ada yang lihat kamu, kan?" Tanya Yohan.
Yeonjun ketawa, "kalo itu, aku nggak bisa pastiin. Kita nggak tau kalo mungkin ada orang yang sembunyi ngawasin kita semua."
"Hari Rabu besok adalah upacara pembakaran mayat," Yohan berucap, "kita nggak tau kayak gimana upacara itu bakal berlangsung dan kita juga masih belum tau gimana caranya dapetin kidung itu, jangankan cara dapetinnya, kita bahkan nggak tau dimana kidung itu disimpan. Kita dalam keadaan goblok banget sekarang.. mulai besok, kita bakal mulai ngelakuin rencana."
Yohan mengeluarkan buku kecil dari tasnya dan menunjukkan kepada anak anaknya, "rencana pertama bakal bahaya banget, terutama buat yang dapet peran. Rencana pertama adalah dapetin kepercayaan tetua dan antek anteknya, jasa kita bantu persiapan upacara sana sini belum cukup untuk jadi bukti kalo kita bisa dipercaya untuk diberitahu sesuatu."
"Gimana cara buat dapetin kepercayaan tetua kalo gitu?" Tanya San.
"Harus ada yang jadi korban jiwa.. kita buat Tunggangalas jadi panggung sandiwara dan secara khusus nggak semua anggota harus dapet kepercayaan itu. Hanya beberapa dari kita udah cukup, dan aku nunjuk Yeonjun jadi yang paling harus dapet kepercayaan itu." Jawaban Yohan mengejutkan keempat anaknya itu. Yeonjun? Kenapa harus dia yang jadi pemilik kepercayaan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.3 : Kidung Rajah
FanfictionWooyoung : "Kode terbaik yang nggak akan lekang oleh zaman adalah nge share lagu yang mewakili perasaan lewat SW." Yohan : "Lingsir Wengi gitu misalnya?" San : "Ayang mu beda alam?" Yeonjun : "Gapapa beda alam daripada nggak punya ayang." Changbin :...