22. Menarget Tumbal

2.7K 923 222
                                    

.
.
.

    Hari Senin ini berlalu cepat seperti kemarin. Karena mereka nggak ngapa-ngapain selain membantu para wanita untuk mengangkat ini itu ke lahan luas yang ada di depan kantor desa itu. Mereka tak menemukan hal yang aneh pada awalnya, yang disajikan pun awalnya biasa biasa aja, kayak upacara adat sewajarnya. Namun ketika mereka kembali mengingat bahwa upacara itu akan dilaksanakan hari Sabtu, muncul kejanggalan dalam hati.

    Sekarang masih Senin dan upacara nya hari Sabtu, bukannya aneh banget ya, itu? Bukannya makanan yang disajikan udah basi? Apalagi ketika mereka diminta mengangkat sebuah meja yang diisi oleh sesuatu yang ditutupi kain ke tengah lapangan, mereka mulai melihat keekstriman upacara di Tunggangalas ini. Gimana, nggak? Ternyata sesuatu dia atas meja yang ditutupi oleh kain itu adalah enam kepala sapi yang udah dipenggal. Mereka yakin kepala kepala itu baru saja dipenggal dari tubuh makhluk itu karena darahnya masih mengucur deras.

    Gitu doang udah ngeri kan, jatohnya, tapi masih belum cukup karena kawan mereka, Ahmad Yeonjun Nugroho nggak berhenti cengengesan sambil ngajakin omong penggalan kepala sapi itu, apa nggak adem panas itu anaknya Yohan yang lain?

    Sebenarnya sama Ibu Ibu udah dilarang ikutan bantu yang bagian kayak gitu, tapi mereka tetap menyanggupi. Soalnya mereka bukan ngeri sama penggalan kepala sapinya, tapi ngeri aja kalo tiba tiba Yeonjun secara randomnya pingin menggal kepala orang.

.
.

  "Kamu besok mau caper gimana, Han?" Tanya Changbin ketika mereka lagi main kartu remi mengelilingi sebuah lampu minyak.

  "Oh, rencananya sebenarnya mudah.. tapi gampang ketahuan kalo kita nggak totalitas." Jawab Yohan.

  "Yang jadi tumbal siapa?" Tanya Yeonjun to the point.

  "Kamu paham rencananya Yohan?!" Tanya Changbin terkejut.

  "Sedikit banyak lahh.. kalo emang rencananya mirip kayak pas kita kelas 10, berarti harus ada tumbal kayak posisinya San pas itu." Jawab Yeonjun.

  "Yohan mau numbalin salah satu dari kita?!" Teriak Wooyoung.

  "Nggak, anjir! Jangan sok tau, deh!" Yohan balik teriak sambil meletakkan kartu remi nya, "kita bakal numbalin orang dan itu bukan salah satu dari kita. Aku rasa upacara ini nggak semata mata buat masyarakat Tunggangalas, doang."

  "Maksudnya?" Tanya San.

    Yohan ketawa, "diliat dari sesembahan dan tatanan upacaranya, kita bisa nebak kalo ini ada kerja sama setan, kan?"

  "Kayak buat pesugihan?" Tanya San lagi.

    Yohan mengangguk. "Mereka coba untuk berkerja sama dengan setan, dan orang orang yang pingin kaya bakal pergi ke Tunggangalas, beda kayak di Rejowerno, kalo orang orang kaya pergi ke Rejowerno itu buat beli cinderamata, kalo ke Tunggangalas, mereka nyari uang dengan instan. Ngeliat kalo manusia yang bakal jadi tumbal, nggak salah lagi kalo mereka beneran mau bikin panitia pesugihan."

  "Panitia pesugihan nggak, tuh?" Kata Changbin.

  "Seenggaknya namanya lebih ada korelasinya sama kegiatannya daripada Klub Hati Nurani yang anggotanya nggak punya hati nurani semua." Komentar Yeonjun.

  "Orang orang yang mau kaya secara instan itu bakal ke Tunggangalas berarti?" Tanya San.

    Yohan mengangguk, "walau upacara inti nya itu hari Sabtu, mulai Rabu, udah bakal ada upacara upacara kecil di lahan kosong itu. Katanya bakal ada kayak upacara pembakaran mayat untuk menolak bala. Jadi besok sore atau malem mereka seharusnya bakal udah datang di Tunggangalas."

  "Orang orangan sekarang kalo mau kaya bukannya kerja malah datang ke dukun, ya?" Kata Wooyoung.

  "Namanya juga kehidupan." Kata Changbin.

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.3 : Kidung RajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang