34. Menyambut Fajar

2.7K 882 145
                                    

.
.
.

  "MATILAH KAU KHABBAB!" Teriaknya.

     Namun belum juga dia mengayunkan parang itu, sebuah suara keras menarik perhatian setiap orang disana. Dari arah selatan, terdengar suara ledakan beruntun. Oprasi kembang api yang Yohan rencanakan telah terlaksana, artinya bantuan telah tiba. San segera melepaskan tali yang mengikat Yohan dan Sua, lalu membawa dua oramg itu menjauh selagi orang orang fokus dengan suara suara ledakan itu.

    Dari arah berlawanan, massa yang dipimpin oleh Seungyoun datang, bersama dengan suara sirine mobil polisi. Seluruh orang di lapangan itu jelas kalang kabut dan mencoba kabur, namun penataan upacara itu menghambat lebih akses melarikan diri mereka. Membuat mereka lebih dulu ditangkap daripada melarikan diri. Changbin yang ikut dengan rombongan itu segera menghampiri Yohan yang pelipisnya mengeluarkan darah.

  "Bentar aku ambilin kain buat nahan darahnya, Han." Kata San sambi beranjak pergi dengan Changbin.

  "Rencana yang acak acakan banget." Kata Sua.

  "Hanya untuk memberikan bantuan lebih banyak waktu untuk datang? Ya, sedikit berlebihan memang." Balas Yohan, dia lalu mencoba berdiri. Sua yang keadaannya jauh lebih baik dari Yohan coba membantunya, namun hal yang mereka kira telah usai, ternyata masih berlanjut ketika salah satu rumah warga termakan kobaran api, dan orang yang menyulut api itu adalah tetua.

  "Tetua goblok ini, Astagfirullahalazim." Sebut Changbin.

    Kobaran api itu segera menjalar kerumah rumah lainnya yang kemudian tak lama merubuhkan bangunan bangunan itu. Ketika sanggar tari mulai terbakar, semua bala bantuan lantas terjebak di lapangan tempat dilaksanakannya upacara itu. Wooyoung dengan Yeonjun di gendongannya hanya bisa menganga tak percaya dengan kekacauan diluar ekpektasi ini.

  "Oh, astaga." Sebut Wooyoung. Menyadari jika sedikit lagi tak ada jalan untuk keluar dia segera menghampiri para sandera dan memandu mereka semua untuk menuju ke arah jalan keluar desa. Wooyoung meminta kepada siapapun yang masih kuat untuk membopong sandera lain yang tertimpa kemalangan seperti kakinya yang dipotong ataupun mereka yang tengah sekarat. Tak lupa dia membawa buku 'titipan' yang Yohan temukan itu dan majikan San yang sedang dikurung itu bersamanya.

    Wooyoung membiarkan mereka berjalan di depan sementara dia berjalan di belakang mereka. Api mulai melahap pohon pohon di sekitar Tunggangalas, membuat asap itu lumayan menganggu mereka. Namun Wooyoung akan berteriak kencang jika saja ada yang berhenti, perjalanan keluar dari hutan yang mulai terbakar itu akhirnya usai setelah mereka menampakkan kaki di dekat jalur keluar Tunggangalas.

    Setelah membaringkan tubuh Yeonjun di tempat aman, dan meninggalkan buku itu dan Byeol di sana. Wooyoung kembali masuk ke dalam desa, meminta semua orang untuk segera pergi dan membiarkan desa itu terbakar karena jangan sampai satu satunya jembatan yang menghubungkan antara Tunggangalas dengan dunia luar lebih dulu terbakar dan ambruk sebelum mereka sempat pergi dari sana.

     Saat Wooyoung sampai di lapangan, kebakaran hebat itu sudah hampir melahap seluruh rumah yang ada di Tunggangalas. Dia menemukan San dan Changbin tak jauh dari tempatnya berdiri tampak shock dengan apa yang tetua lakukan dengan desa yang menghormatinya itu.

  "Jika aku tak bisa memiliki Tunggangalas maka tak ada seorangpun yang akan bisa!" Teriak tetua.

    Wooyoung berteriak, memberitahu semua orang bahwa ada jalan keluar dari kobaran api ini dan meminta mereka untuk mengikutinya. Dia juga mengatakan bahwa seluruh sandera telah dia giring menuju jalur keluar Tunggangalas, tanpa memikirkan hal lain, seluruh bantuan yang datang segera mengikuti arahan Wooyoung. Semua kendaraan segera pergi keluar dari Tunggangalas, sesaat San menoleh ke belakang dan ternyata ada beberapa warga asli yang memilih untuk tetap tinggal di Tunggangalas, bersama dengan tetua mereka yang agaknya udah gila itu.

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.3 : Kidung RajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang