PF - 20

2.9K 341 7
                                    

Alarm berbunyi dengan nyaringnya membuat Sila terbangun dengan paksa, karena tidak tahan dengan bunyi alarm itu. Sila terduduk seraya menguap dan berusaha mengurangi sakit di kepalanya. Setelah itu Sila bergegas mandi dan tak lupa membawa seragam sekolahnya ke kamar mandi. Sehabis mandi Sila berjalan menuju rak bukunya guna mengambil buku pelajaran dan tak lupa memasukkannya ke dalam tas bersama dengan baju olahraganya. Dilanjut dengan Sila memakai bedak, liptin, dan parfum yang terletak di meja riasnya. Ketika sudah selesai dengan semua itu, Sila mengunci kamarnya dan berjalan menuju garasi bersama Bony untuk mengendarai mobilnya.

Terlihat keadaan rumahnya yang sepi namun hal itu tidak membuat Sila untuk tidak waspada. Mengapa? Karena saat Sila sampai di ruang makan, Sila melihat Dirgantara anak dari mak lampir alias Tante Sania yang sedang memakan sarapannya. Begitu juga dengan Sila yang ingin memakan sarapannya sebelum berangkat ke sekolah. Sila berjalan mendekati meja makan dan langsung  memakan sandwich nya. Ketika sedang menikmati sandwich nya, Dirga mengajak ngobrol Sila menanyakan perihal sekolah.

"Gimana sama sekolah lo?"
"Baik" singkat Sila. Sebenarnya Sila sendiri malas menanggapi cowok yang ada didepannya ini namun dia menghargai Dirga sebagai sepupunya yang bersih akan kriminal beda sekali dengan si Mak lampir.

Setelah itu tidak ada perbincangan lagi diantara keduanya. Sila yang sudah selesai dengan sarapannya pun bergegas mengambil mobilnya dan berangkat menuju ke sekolah nya. Sedangkan Dirga, lelaki itu menatap datar kepergian Sila seraya menyeringai kecil.

"Menarik"

°°°

Saat sampai disekolah, Sila menjadi pusat perhatian, namun sang empu tak memperdulikan itu karena menurutnya sudah biasa akan pandangan memuja yang dilayangkan murid-murid disini.

Ketika sampai di kelas Sila disambut teriakkan Karin si gadis cempreng.

"SILAAAAAA"

Gadis itu langsung menggeret Sila menuju bangku disebelah Karin. Sila yang melihat itu kesal. Namun sebelum mengutarakan kekesalannya. Karin terlebih dahulu mendudukkan Sila dibangku itu yang mana disekitar bangku itu sudah dikelilingi oleh sahabatnya. 'Berasa di interogasi gue' pikir Sila.

"Sil lo harus jujur sama kita-kita ini"

Perkataan Karin sukses membuat Sila bingung dan menaikkan alisnya. Alice yang melihat itu pun peka dan berkata "Di Mading sekolah ada foto lo yang lagi berduaan sama si Vano di taman kota"

Sila yang mendengar itupun terkejut 'pantesan aja dari tadi gue dilihatin mulu pas di koridor, ck' pikir Sila.

"Itu gue lagi bantu si Vano, kebetulan mamanya ulang tahun makanya gue ikut bantu cari kadonya. Aslinya gue juga dipaksa sama nyokap" jelas Sila membuat sahabatnya menganggukkan kepalanya. Hanya saja mereka bingung siapa yang telah menempelkan berita seperti itu.

Tak lama bel berbunyi menandakan pelajaran pertama akan segera dimulai, sehingga membuat semua murid mulai masuk ke kelas dan memulai pelajaran.

°°°°

Ketika sudah memasuki jam istirahat, semua siswa-siswi berbondong-bondong ke kantin. Lain halnya dengan Sila dan sahabatnya yang sedang berada si Lapangan Indoor basket. Sebenarnya hanya Sila dan Anya saja yang dipanggil untuk mengadakan rapat bersama coach mereka, sedangkan Alice dan Karin hanya mengikuti saja. Terutama Karin yang sedang menatap barisan para Vano dan kawan-kawan. Tidak lebih tepatnya Karin yang sedang menatap Satya. Entah kenapa Karin dibuat terpesona oleh kelihaian Satya dalam bermain basket. Ya Vano dan sahabatnya tak luput dalam pemanggilan rapat dadakan itu. Karena bagaimanapun juga mereka anggota inti di turnamen kali ini.

Ketika sedang asyik-asyiknya menatap Satya, handphone Karin berbunyi membuat atensinya teralihkan begitu juga dengan Alice yang ada di sebelah kanan Karin.

Arshila or Asyila (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang