Part 23

318 21 0
                                    

Malam pun tiba semua berjaga ditempatnya masing-masing. Terutama Zian yang sudah bersembunyi di gudang bersama teman-teman Sila dan sahabatnya, tentunya ditemani dengan layar komputer yang tersambung dengan CCTV. Tidak lupa pula Zian menghubungi Oma nya untuk datang kemari.

Flashback on

Selesai makan sore, sahabat Sila dan Zian izin berpamitan kembali ke kamar yang disediakan oleh Sila guna membersihkan diri. Sedangkan Zian dan Sila mengobrol berdua di ruang makan

Sil

Sila yang merasa dipanggil oleh Zian hanya menaikkan alisnya,

“Gue pingin ngundang oma dan keluarga lainnya. Yang udah nuduh lo sebagai pembunuh”

Perkataan Zian membuat Sila sedikit tidak percaya, pasalnya Sila tahu Oma nya tidak akan pernah datang apabila terdapat sangkut pautnya dengan dirinya.

“Emang Oma mau?”

“Gue bakal bujuk dia nantinya, lo tenang aja. Dan gue mohon lo jaga diri”

“Oke”

“Satu lagi, lo wajib bawa ini”

Sila yang melihat suntikan itu pun menaikkan alisnya seraya berpikir sejak kapan Zian punya alat ini dan untuk apa dia menyimpannya. Seakan tahu apa yang mau ditanyakan Sila, Zian menjelaskan

“Semisal Tante Sania macam-macam sama lo, lo tinggal tusuk ini jarum suntik ke bagian tubuh dia. Dan itu suntikan udah gue isi sama obat bius”

Sila yang mendengarkan penjelasan Sila hanya mengangguk saja. Lalu mereka berdua kembali ke kamar masing-masing guna membersihkan diri dirasa tidak ada lagi yang harus dibahas.

Flashback off

Sedangkan ditempat lain, Mommy Aira dan Daddy Arga baru saja menyelesaikan acara pesta bersama koleganya.

“Mas, kenapa tiba-tiba perasaanku ga enak ya” Ujar Mommy Aira seraya mengepalkan tangannya merasa gelisah memikirkan anaknya yang sedang sendirian di rumah bersama Sania.

 “Tenang ya sayang, semoga gak terjadi apa-apa sama Sila dan juga kita”

Setelah selesai dengan acara koleganya, kedua orang tua Sila bergegas pulang. Namun ditengah jalan mereka dihadang oleh seseorang yang tak dikenal. Sehingga mau tak mau Daddy Argan turun untuk menemui mereka.

“Halo Argan, gimana kabarmu”

Argan yang mengenal suara itupun hanya mendatarkan wajahnya saja. Dulu Johan adalah sahabat Argan, hanya karena kesalahpahaman membuat mereka menjadi musuh sekarang. Berulang kali Argan mencoba menjelaskan, hanya saja Johan tidak mau mendengarkan Argan.

“Mau apa kau datang kemari”

Perkataan Argan membuat Johan terbahak, merasa lucu akan pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya ralat mantan sahabat. “Untuk apa lagi kalau bukan untuk menghabisimu” ujar Johan seraya tersenyum devil. Sedangkan di dalam mobil, Aira berusaha meminta bantuan kepada tangan kanan Argan untuk membawa anak buahnya.

“Kasian sekali anakmu harus kau tinggal bersama Sania” ujar Johan dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat alias pura-pura sedih.

Argan yang mendengar perkataan Johan pun terpancing amarahnya. Namun ia tahan, jangan sampai membahayakan dirinya sendiri dan juga Aira tentunya. Tak lama anak buah Argan datang serta tangan kanan Argan, yang mendekati tuannya untuk memberikan senjata berupa pistol. Ada ketegangan yang dirasakan oleh Johan, terlihat dari raut wajahnya yang mulai memucat. Dikarenakan anak buah yang dibawa oleh Argan 3 kali lipat lebih banyak dari pasukannya. Ditambah tangan kanan yang dibawa oleh Argan ada 2 orang yaitu Virgo dan Zito. Zito ditugaskan untuk menjaga Aira sedangkan Virgo membantu tuannya melawan pasukan Johan.

Karena sudah kehilangan anak buah, terpaksa Johan mengeluarkan pistolnya dan menembak Argan, namun sayang sebelum Johan menembaknya pada Argan, Virgo telah menembaknya terlebih dahulu tepat dikepalanya membuat Johan tak bernyawa. Melihat itupun Argan tersenyum puas. Lalu kembali untuk menyusul Aira

Sedangkan Aira, berusaha melawan Tante Sania yang rupanya mengetahui niat Aira untuk membiusnya. Sehingga terjadi pemberontakan. Disaat yang bersamaan, pintu terbuka lebar, memperlihatkan keluarga besar Sila.

'Brakk...'

Sania terkejut melihat ibu mertuanya disini. Oma Sila memandang marah pada Sania, Sania yang melihat itupun lantas menormalkan kembali ekspresinya dan tersenyum devil. Bahkan Zian geram melihat Sania yang mencoba melukai Sila.

"Ups, ketahuan ya hahaha"

"Gimana kejutannya suka ibu" Ujar Sania seraya tersenyum devil memandang sang ibu mertua.

"Dasar jalang!! Lepaskan Sila, Sania!" teriak Oma kepada Sania.

Sila yang melihat Sania sedikit lengah karena fokus dengan Omanya, langsung mengambil pistol yang ada ditangan Sania. Lantas Sania terkejut dan berusaha menarik kembali pistolnya

"Kurang ajar, kau dan ibumu sama-sama perebut! Jalang?!"

Sila yang marah ketika ibunya dikatai jalang oleh Sania. Segera Sila membabi buta menyerang Sania, bahkan ia mampu menyerang bodyguard yang berusaha melindungi Sania. Sepupu Sila yang lainnya berusaha membawa keluarganya, untuk menjauh bersama bodyguard khusus yang dikirimkan Arga untuk Sila. Zian yang melihat Sila diserang beberapa bodyguard tersebut lantas membantu tak lupa, menekan tombol darurat yang ada dijamnya guna memanggil teman-temannya.

Tak berselang lama, datang Vano dan teman-temannya, termasuk kawan Sila. Pertarungan tak terelakkan bahkan Alice tak segan membawa pisau dapur yang ada di rumah Sila untuk melawan puluhan bodyguard Sania. Sania yang merasa pasukannya akan kalah melawan teman-teman Sila pun langsung melarikan diri. Namun saat akan melarikan diri, Sania dihadang oleh Ansel dan Devian. Sania yang melihat itupun langsung mengeluarkan pistol yang diberikan salah satu bodyguard nya dan berusaha untuk menembak keduanya. Dan...

"Dorr..."
"Dor...."

Tembakan tersebut melukai kaki Ansel, Devian dan teman-teman Vano terkejut melihat itu, tak berselang lama Sania pun terkena tembakan Sila, tepat diperut dan dipundaknya. Devian berusaha untuk memanggil ambulan dan  menepuk-nepuk pipi Ansel yang sudah mulai hilang kesadarannya.

"Ansell, bangun!!"

"Ansel?!"

Perkelahian pun usai, pasukan Sania mati ditempat. Melihat kondisi yang sudah kondusif, keluarga besar Sila mencoba mendekati Sila. Tepat saat itu, datanglah Arga dan Aira yang berkaca-kaca melihat kondisi Sila yang ternyata mendapati luka dilengannya. Sila yang melihat itu berucap " Aku gapapa mom" seraya tersenyum.

Oma Sila terdiam dan merasa menyesal karena selama ini telah memfitnah Sila bahkan selalu memandang rendah Sila ketika Sila berusaha mencari perhatiannya. Sungguh kalau waktu bisa diputar dirinya akan menghabiskan waktu dengan Sila. Arga yang menyadari ibunya terdiam pun hanya memandang datar

"Gimana Bu? Sekarang ibu percayakan?"

Rasanya Arga tidak tega melihat ibunya yang sangat menyesal. Bahkan Oma Sila menangis memandang Sila. Sila yang melihat itu, tiba-tiba menitihkan air mata. Padahal Sila berusaha untuk tidak terenyuh melihat Omanya menangis, karena dirasa dirinya tidak berhak untuk ikut merasakan kesedihan yang dialami Sila selama ini. Namun hati berkata lain.

"Brukk..."

Oma Sila lantas memeluk Sila tanpa ijin seraya membisikkan maaf. Sila tidak menolak atas itu, bahkan ia semakin menderaskan tangisannya dan memeluk erat Omanya.

"Brukk"

Sila pingsan dipelukkan omanya. Zian yang melihat itu membantu Omanya yang berusaha menahan badan Sila agar tidak terjatuh ke lantai. Vano yang melihat itupun lantas membantu Zian untuk menggendongnya membawanya ke rumah sakit. Bersamaan dengan munculnya ambulan dan beberapa perawat didalamnya.

 

 

 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arshila or Asyila (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang