PF - 22

291 18 1
                                    

'Kringg'

Sila terbangun dengan mata yang masih menutup, tak urung Sila berjalan dengan sempoyongan menuju ke kamar mandi. Tak lupa membawa handuk dan seragam sekolahnya.

Setelah selesai membersihkan diri, Sila berjalan menuju ke meja rias guna mengoleskan liptint dan bedak bayi nya. Ketika sedang mengoleskan liptint, bunyi notifikasi masuk terdengar ditelinganya. Sehingga Sila bergegas membuka ponselnya dan mengerutkan keningnya melihat nama Vano yang muncul di ponselnya.

Gue udah di depan rumah lo

"Ngapain nih anak di depan rumah gue?" Celetuk Sila seraya membereskan meja riasnya.

"Bonyy, ayo ikut kagak?"

Merasa di panggil oleh nonanya, Bony segera berjalan mendekat dan mengikuti Sila ke luar kamar.

Ketika sampai di ruang tamu, Sila melihat Vano sedang berbicara dengan Tante Sania. Namun yang terlihat di mata Sila, sedari tadi Vano melirik kearahnya dengan pandangan 'ayo gue males ngeladenin Tante Sania' sedangkan Tante Sania yang mendengar suara langkah kaki dari arah tangga tak urung pun menoleh, seraya tersenyum ke Sila, lebih tepatnya senyum terpaksa

"Ayo Sila sini, Vano sudah menunggumu dari tadi. Gak enakkan kalau harus menunggu lebih lama lagi" ujar Tante Sania lembut.

Sedangkan Sila yang mendengar suara tantenya hanya bisa mendatarkan wajahnya.
"Cih menjijikkan sekali, teruslah berakting nenek lampir"

Lalu Sila bergegas masuk ke dalam mobil Vano tak lupa pula Vano berpamitan dengan Tante Sania. Selama diperjalanan Vano merasa gugup, entah mengapa bersama Sila dirinya merasa sangat bahagia disatu sisi juga merasa bingung, harus bagaimana lagi di mengakrabkan diri dengan Sila. Sedangkan Sila bergelung  dengan pikirannya, memikirkan cara bagaimana semuanya harus berakhir agar dirinya bisa terbebas dari kebencian sang Oma.

"Bony" panggil Sila di dalam hatinya

"Ya nona?"

"Gue minta tolong sama lo, buat carikan data seseorang yang telah bekerja sama dengan Tante Sania. Secepatnya"

"Baik nona"

"Sama satu lagi tukerin poin gue sama uang 10 Miliar"

"Untuk apa nona?"

"Buat hancurin Tante Sania. Gue mau dia merasakan kebencian yang amat sangat sama kayak pemilik raga ini"

"Baik nona"

Tak terasa dirinya dan Vano telah tiba di sekolah. Setelah sampai diparkiran, Sila bergegas keluar dari mobil Vano seraya mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Thanks Van"

Saat mau berbalik, tangan Sila dicekal oleh Vano. Sila yang melihat itu mengangkat alisnya tinggi, sedangkan Vano yang melihat itupun segara mengungkapkan niatnya

"Sil, nanti malem lo ada acara gak? Kalau gada, lo mau ikut gue ke pasar malem gak?"

Sila yang mendengar perkataan Vano dibuat heran, pasalnya tumben sekali Vano mengajaknya ke pasar malem. Seingatnya Vano di cerita novel sangat tidak suka berdekatan dengan pemilik raga ini, apalagi sampai ngajak jalan-jalan seperti ini.

Ah ya dia ingat sekarang. Bahwa alir novel yang ia perankan sekarang sudah berubah tentunya bisa saja Vano ini suka sama dirinya. Hanya saja ia bingung, harus bagaimana menanggapinya dan pun dia belum memiliki rasa apapun terhadap Vano. Memang dirinya sering gugup jika Vano terlalu dekat dengannya, tetapi kali ini rasanya benar-benar beda. Tidak ada lagi debaran jantung tang berdetak begitu kuatnya. Hingga ia mengaggap Vano adalah temannya. Sahabat baik dari sepupunya. Namun sekarang dirinya harus menolak ajakan Vani mengingat Silanakan merencanakan acara balas dendamnya terhadap nenek lampir tersebut.

Arshila or Asyila (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang