10.🍀

41.7K 5.3K 32
                                    

[ S E L A M A T M E M B A C A ]

•••

Setelah kejadian itu, sorenya Areta dilarikan kerumah sakit karena pingsan dan demam tinggi.

Bahkan sampai pagi ini demam Areta belum juga reda.

"Sayang apa yang terjadi?" Tivona sudah menangis dari kemarin saat ia mendapati Areta pingsan di depan pintu masuk kerumah.

Juga Tivona mendapatkan telpon dari pihak sekolah untuk ia datang hari ini kesekolahan.

"Areta bicara, kamu diam saja akan membingungkan kita." Bilar akhirnya membuka suara.

Ia sedikit kesal saat Areta malah memilih bungkam dibandingkan menjelaskannya, ia hanya ingin mendengar dari Areta langsung bukan dari kepala sekolah sialan itu.

"Jika aku berbicara apa kalian akan percaya?" lirihnya menatap keempat orang yang memiliki ekspresi berbeda.

Yah di sana ada Bilar, Tivona, Axiella dan Xavier, tentu saja yang memiliki ekspresi hanya Tivona. Mengingat Bilar dan Axiella adalah manekin yang diberi nyawa terlebih Xavier yang memang hangat hanya pada Axiella doang.

"Kita gak bakal tau kalau lo bungkam terus," Xavier ikut membuka suara, jujur saja ia pengen duduk tapi tak enak dengan calon mertua dan calon istri eh? Haha iyaa, dia sudah menyadari perasaannya saat Axiella melempar bola basket kejidatnya waktu lalu.

Areta menunduk, ia mengepalkan tangannya mencengkram selimut tebal khas rumah sakit.

"Dia ... Dia ... Tidak!! KALIAN SEHARUSNYA MENJAUH DARIKU DAN JANGAN  MENDEKAT!!" pekik Areta tiba-tiba membuat semua terlonjak kaget.

Bahkan Xavier mundur dan berdiri di belakang punggung Axiella yang masih tak bergeming.

"Sa-sayang kenapa? Kenapa kamu seperti ini, ayok cerita Nak. mana mungkin kita menjauh darimu," tangis Tivona pecah memeluk Areta namun segera di dorong oleh Areta.

"ARETA! SAYA TAK MENGAJARKANMU UNTUK KASAR PADA ORANG TUA!!" bentak Bilar memeluk Tivona yang hampir jatuh terjengkang karena dorongan kasar Areta.

"HIKSS KALIAN TAK TAU! KALIAN SEMUA TAK TAU!! DIA!! DIA SIJALANG ITU MENGANCAM KU!! SIALAN ARAGHHH!!" erangnya menjambak rambutnya frustasi, jujur ia stres saat memikirkan itu.

Apa ia sepayah ini sampai tak bisa mengubah alur? Meskipun ia bekerja sekeras itu, Laria adalah Laria dan sepertinya Laria itu palsu jadi kemungkinan Laria akan benar-benar melenyapkan semua keluarganya.

Ia tak mau, lebih baik dirinya yang mati bukan keluarganya, karena di dalam novel juga hanya dirinya yang mati.

"Siapa yang berani mengancam mu Areta?" tanya Bilar dingin.

Areta menatap sang Ayah, ia menangis tersedu tapi lihat Axiella bahkan tak bergeming dan tetap bungkam tak bicara.

"Dia! DIA MENGANCAM KU! DIA MENGANCAM AKAN MELENYAPKAN KELUARGA GIRION! YAH DIA MENGATAKAN ITU SEHINGGA AKU LEPAS KENDALI!!" pekiknya langsung pingsan, trlebih ia masih lemah karna demamnya yang belum juga turun.

Tivona menangis kencang, Bilar tertegun. Axiella memencet tombol merah menyuruh dokter masuk, lalu setelahnya ia keluar dari ruangan itu diikuti Xavier.

"Sayang, apa dia juga jiwa palsu?" tanyanya dengan tak tahu diri dan tempat memakai embel-embel jamet.

Kalian tau pas hari di mana makan ice cream? Yah dari sanalah Antagonis kurbel ini memanggilnya sayang tak tahu tempat dan waktu serta situasi-_-

"Ending, kau berbohong tentang ending," kata Axiella menatap Xavier datar.

"Sepertinya alur berubah, seharusnya dua hari lalu Kakakmu meninggal karena kecelakaan yang dimodifikasi oleh Arseneld, tapi lihat ini sudah lewat tapi sepertinya ada orang yang juga bertransmigrasi ke sini dan i– " Xavier menjeda ucapanya kala sadar akan sesuatu.

"Tunggu? Areta diancam oleh Laria, apa  mungkin Laria juga jiwa yang pals– shit! jika benar wajar saja kau selalu diganggu olehnya, karena mungkin saja dia ingin membalas dendam karena aku lebih memilihmu dari pada dia!"

"Otak udang," sinis Axiella seraya berlalu dari hadapan Xavier.

Xavier terdiam.

Seketika kejeniusannya patut ia pertanyakan sekarang.

Yah ia merasa lebih bodoh jika di depan Axiella entahlah mungkin aura Axiella saja yang membuatnya gugup dan bodoh.

Dan untuk ini, wajah Xavier menegang kala teka-teki yang Axiella ucapkan itu tersusun rapi di kepalanya.

Ia menatap pintu kamar rawat Areta.

"Jadi memastikan se– tunggu apa xiel sudah tau kalo laler itu jiwa palsu? Oh gosh! Pantas saja dia percaya saja saat aku menceritakan semuanya!" dan sekarang.

Ia benar-benar tak menyangkal jika otak jeniusnya benar-benar hilang-_-

Tanpa Xavier tau, memastikan sesuatu dalam artian Axiella itu bukan hanya tertuju pada Laria saja.

  [ T E R I M A K A S I H U D A H B A C A ]

🍀🖤🍀

Hoho kasian Xavier jadi lemot:v

I'M ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang