[ S E L A M A T M E M B A C A ]
•••
Laria menatap benci pada pintu toilet, ia masuk kedalam dan menguncinya lalu menatap gadis yang tengah mencuci tangan.
"Akhh~" ringisnya saat Laria menjambak rambut panjang milik gadis itu.
"Kau! Kenapa kau masih hidup jalang! Alurmu seharusnya sudah selesai kemarin!" sentaknya semakin menjambak keras rambut gadis itu.
"K-kau! Sakit sialan! Kau jiwa palsu?!" teriaknya di sela-sela erangan kesaktiannya.
Laria menyeringai, wajah yang selalu polos dan lemah kini tak ada dan hanya kilatan marah serta seringaiyan khas iblis.
"Kayaknya sekarang bagus buat mengakhiri ending lo, karna kalo lo masih hidup gue gak akan tenang," bisiknya lalu melepaskan jambakkan itu.
Laria membuka sepatunya lalu dilemparkan kearah kaca.
Prang~
Pecahan kaca berserakan di atas wastafel maupun lantai.
"Kau ja-jangan bilang!!" gadis itu menelan salivanya larat-larat kala Laria mengambil satu pecahan kaca.
"Yah, dengan ini ending lo akan sama Areta dev Girion." Areta tertegun, kakinya lemas kala Laria menyayat tangannya memanjang.
Darah segar merembes keluar dan jatuh kelantai, Laria meringis perih. Ini terlalu dalam tapi ia puas.
"See mudah bukan? Setelah lo mati ditangan pacar bodoh gue, maka Adek dan semua keluarga lo akan nyusul, haha ending Antagonis memang harus mati!" tawa Laria menggema di toilet yang sepi.
"DASAR JALANG!! GUE GAK AKAN BIARIN LO MENANG SIALAN!!" teriak Areta tersulut emosi, dengan tak berperasaan Areta menampar dan menjambak Laria.
Membuat Laria mengerang kesakitan, setelahnya Areta membanting tubuh Laria pada wastafel membuat kepala Laria terjedot dan ambruk di pecahan kaca.
Areta kehilangan kendali, dadanya memburu marah namun sebuah dobrakan pintu membuatnya tersadar dari emosinya.
"ARETAA!!" teriakan yang bak dejavu itu, Areta menoleh mendapati beberapa siswa/i dan Arseneld juga sang Adik di sana.
Semua menganga melihat kekacauan itu, Laria yang terbaring lemah di atas serpihan kaca dengan luka di tubuhnya.
Baju dan rambut yang acak-acakan, tak lupa jidat dan tangannya yang mengalirkan darah segar.
Di tangan Areta terdapat beberapa bercak darah, Areta gemetar hebat saat phobianya mulai keluar.
Yah dia phobia darah, dia akan gemetar atau lemas, jika itu parah ia bisa pingsan dan demam berhari-hari.
Nafasnya tersengal kala melihat Laria yang dilumuri darah di sana, Arsen menatap penuh benci dengan hawa membunuh yang mencekam membuat semua terkesiap.
"Kau ini sudah keterlaluan Areta dev Girion!" kata Arsen dengan intonasi penuh penekanan membuat siapapun bergetar takut.
Di sela kesadarannya, Laria menyeringai dalam diam, "A-ars k-kau da-datang ... " lirihnya tersendat-sendat.
Arsen tersadar dan berjalan kearah Laria lalu menggendongnya, "Yaa aku datang sayang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M ANTAGONIS
FantasyIni cerita tentang Axella si diam-diam menghanyutkan Bertransmigrasi ketubuh Axiella sang figuran novel. _________________________________________ START :07/22. END : 12/22 Maret