15.🍀

37.3K 5.1K 32
                                    

[ S E L A M A T M E M B A C A ]

•••

Di rumah sakit.

"Papa gapapa?" tanya Axiella pada Bilar yang baru saja dipindahkan keruang VVIP.

"Gapapa, diamana Kakakmu?" tanyanya, ia masih kaget saat mobil truk yang hampir membuatnya celaka.

"Dia di jalan,"

"Mah sudah dapat?" tanya Axiella saat pintu terbuka.

"Ini sayang,"

"Thanks Mah." Tivona hanya mencium putrinya dan duduk di sisi Bilar saat Axiella pindah kesofa.

Axiella memakan rotinya, jujur saja ia lapar karena dari sekolah ia langsung buru-buru ke rumah sakit.

"Oh ya, Mama tadi nerima telepon dari Xavier dia mau kesin– ucapannya terhenti saat pintu ruangan dibuka dengan kasar.

"Sayang kamu gapapa kan?! Mana yang luka? Kamu tau aku khawatir!!" panik Xavier menelisik setiap celah tubuh Axiella takut kenapa-napa.

"Saya yang sakit di sini!" Bilar menyahut, ia mendengus malas dengan kebucinan Xavier pada anaknya.

Xavier menoleh dan nyengir watados, "Kalo itu aku tau Om, tapi kok bisa sih?Kronologisnya gimana?"

"Saat saya menyebrang tiba-tiba ada mobil, abis itu udah deh mau keserempet tapi gak jadi karena saya menghindar. Tapi ternyata malah nabrak tiang lampu trotoar," jelasnya.

"Oh, tapi Om gapapa kan?"

"Kamu ngarepin saya kenapa-napa?" Bilar memicingkan matanya menatap Xavier.

"E-eh, e-enggak kok! Justru saya berharap Om gak kenapa-napa!"

"Cih bilang aja iya!" sinisnya, Tivona hanya nyengir saja di sisi Bilar.

Brak!

"PAPA!" teriak Areta, "Papa gak apa-apakan? mana yang sakit?!" cercanya bertubi tubi.

"Papa gapapa re," Tivona menjawab.

"Hah syukulah," mereka mengangguk.

•••

Di kafe depan rumah sakit, Areta Axiella dan Xavier tengah duduk di sana.

"Kenapa kejadiannya bisa sama dengan kematian Ibunya Arsen?" bingung Areta.

"Karna pelakunya orang yang sama," sahut Axiella tiba-tiba membuat keduanya menoleh seketika.

"Apa maksudmu Dek?"

"Dia memiliki dendam dan entahlah~" acuh Axiella memberikan rekaman yang juga ia berikan pada Arsen.

Areta dan Xavier mendengarkan rekaman itu hingga selesai, "Dia mengapa suaranya begitu tak asing?" beo Xavier

"Benar, tapi suara itu siapa?" Areta berfikir keras untuk mengingat suara yang sepertinya pernah ia dengar.

"Mengapa suaranya mirip Arsen?" seketika Areta menoleh pada Xavier dengan mata membulat sempurna.

"Jangan bercanda! Keluarga kita tak pernah berselisih dengannya!"

"Tapikan kau waktu itu seperti parasit, mungkin saja dia masih dendam terlebih kau membully inces kesayangannya," sahut logis Xavier sedikit mencubit hati Areta.

Yang kek lintah itu Areta asli sialan!. Batinnya berteriak.

"I-iyakan sekarang aku gak seperti itu!" sangkal Areta tak bisa menolak tapi juga tak mau membenarkan.

Axiella menatap perdebatan itu datar, ia memilih memandangi keluar dari jendela kafe. Matanya menyipit kala di sebrang jalan terlihat seseorang yang juga tengah memperhatikan kearahnya.

Matanya sedikit melebar kala sebuah peluru terbang bak roket kearahnya tapi sayangnya jika mau mengenainya akan mengenai Xavier terlebih dahulu.

Dengan cepat kilat Axiella memeluk Xavier membuat Xavier oleng dan jatuh tertidur di kursi memanjang itu.

Mata Xavier membulat sempurna saat Axiella yang menerjangnya hingga ia terbaring.

Posisi ini begitu ambigau untuk dikatakan normal, Axiella yang berada diatasnya dan memeluk lehernya, ia menegang dengan jantung yang berdegup kencang.

"S-sayang?" gagapnya masih tercengang.

"Kamu aman," bisik Axiella, sedetik kemudian area kafe ricuh kala salah satu  pelanggan terkena tembakan di bagian lengannya.

  [ T E R I M A K A S I H U D A H B A C A ]

🍀🖤🍀

hayoo siapaaa cobaa yang Axiella lihat??

I'M ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang