20.🍀

35.2K 5K 94
                                    

[ S E L A M A T M E M B A C A ]

•••

"SAYANG/PENGHIANAT!!." teriak Xavier dan Arsen berbarengan.

Bugh!

Xavier memukul rahang kalndra marah dengan ekspresi dinginnya, lalu berlari memeluk Axiella yang terbatuk memegangi lehernya

"Sayang kamu gapapa kan? Kenapa? Di apakan sama si setan itu?" tanyanya khawatir sembari mengelus leher Axiella yang memerah.

"Kau belum pergi?" Axiella malah balik bertanya seraya menidurkan kepalanya ke cruk leher Xavier, ia lemas sekarang.

Xavier kembali memeluk Axiella lebih  erat, "Aku akan pulang jam 11.00 dan sekarang jam 08.00 kita punya waktu 3 jam,"

Meraka sudah pulang. Batinnya teringat waktu kepulangan Fiska dan Areta.

Drtt ... Drtt ... Drtt ...

Ponselnya tiba-tiba bergetar mebuatnya melirk pada nomor itu.

"Mama?" lirihnya menjauhkan tubuhnya dari Xavier.

"Ada ap–

- Sayang Ka-kaka ... Kakak kamu mening- meninggal~ - tangisan pilu terdengar disebrang sana, Axiella menghela nafas berat.

"Aku akan pulang," setelahnya Axiella menutup telpon dan menatap kearah Arsen yang tengah memukuli wajah Kalndra tanpa ampun dibantu dengan dua bodyguardnya.

"Sayang ada apa?" tanya Xavier.

"Ars, Areta meninggal," ucapan Axiella mampu menghentikan kegiatan Arsen.

Deg.

Arsen membeku ditempat.

"Sayang kok bisa?!" tanya Xavier ikut terkejut.

"Ayok," Axiella menarik tangan Xavier untuk membawanya pulang.

Fiska telah membunuh Nadien, karena semalam ternyata Nadien mendengarkan di balik pintu rooftop.

Gadis itu subuh-subuh memberi tahukan padanya jika semua lancar, dua mati 4 kembali.

Akhirnya semua selesai. Batinnya menghela nafas lega.

"Sayang?" panggil Xavier, mereka tengah di jalan menuju mansion Girion.

"Apa?" sahut Axiella akan turun dari mobil di ikuti Xavier.

Mereka berdua masuk kedalam Mansion yang sudah penuh dengan karangan bunga.

Di sana semua berduka, Tivona yang menangis memeluk tubuh kaku Areta dan Bilar yang senantiasa menguatkan.

"Mah," lirih Axiella membuat Tivona menoleh dan langsung menghambur kedalam dekapan sang anak.

"Dia ... Dia pergi Dek, dia pergi, Kakak mu ..." tangis pilu Tivona.

Axiella menatap datar tubuh Areta yang pucat itu, ia tak sedih. Ia tau ini takdir yah takdir.

Meskipun semua berubah, tapi takdir Antagonis sudah tergaris mati maka ia akan tetap mati, seperti Xavier ia akan mati juga.

Untuk Laria, gadis itu mati karena keserakahannya, dan dirinya? Entahlah.

Di dalam alur dirinya tak mati, tapi mengingat akan dendam Kalndra pada keluarga Girion, dirinya juga pasti akan mati sama seperti Areta.

"Mah sudah ini semua takdir," ucapnya menenangkan.

"Benar, kita tak bisa melawan takdir," Bilar menyahut, "Lepaskan dan iklaskan dia," pintanya tersenyum manis namun sorot matanya penuh dengan kesedihan.

"Pa~" Tivona kembali menangis.

•••

Tepat dua jam lewat tiga puluh menit semua selesai, kini Axiella tengah duduk di kursi taman bersama Xavier.

"Sayang kamu gapapa?" khawatir Xavier pasalnya Axiella hanya diam dan datar gadis itu bahkan tak menangis.

"Kamu punya waktu 29 menit lagi kan?" tanyanya menatap lembut Xavier.

Xavier sedikit terkesiap dengan tatapan itu, tapi ia kembali murung.

Jujur saja ia sakit hati saat tau waktunya semakin menipis, "Yah apa kau senang? Jika aku pergi apa kau akan menikah dengan Arsen?" celetuknya membuat Axiella mengerinyit bingung.

"Apa maksudmu bodoh?" heran Axiella, mana mau dia nikah dengan orang dungu seperti Arsen.

"Yaa 'kan aku juga akan mati seperti Areta, aku juga seorang Antagonis yang berending mati di sini!" ketusnya memilin ujung Almamater Axiella.

Yah keduanya masih mengenakan seragam.

Areta melirik kearah ponselnya, 10.58 tersisa 1 menit lagi, Axiella menangkup pipi Xavier dengan kedua tangannya, membuat Xavier otomatis menatap wajah Axiella.

"Hey dengerin, jika kita berjodoh kita akan bertemu lagi jadi sampai jumpa di sana," kata Axiella tersenyum tulus.

Xavier tertegun, ia memeluk Axiella dan menangis di cruk leher Axiella, "Xiel aku sangat mencintaimu, bahkan aku sudah memikirkan jika kita menikah dan punya anak aku akan menamai anak kita xaell, bukankah nama itu bagus? Xavier dan Axiella, diambil dari huruf depan dan tengah nama kita?" tangisnya memeluk erat Axiella.

Axiella tertawa.

"Yah bagus," setelahnya ia mengelus punggung Xavier, " Gabriel, Axella juga sangat mencintaimu~" lirihnya membuat Xavier membeku.

2 detik.

"Aku mencintaimu A– " Tubuh Xavier memberat dipelukan Axiella

Dan Axiella tau semuanya telah pulang, kini hanya ada dirinya sendiri di sini.

"Gabriel bodoh," gumamnya.

END

[ T E R I M A K A S I H U D A H B A C A ]

🍀🖤🍀

HUWAA AKHIRNYA END JUGAAA╥﹏╥
btw btwww kalian suka gakk??

aku bakal kasih boncahp yoo^^

terimakasih buat yang udah voteee dan komennya:^

lopyuu(*^3^)/~♡

I'M ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang