Ceklek!
Terdengar pintu pagar dibuka dengan suara ringan lantas tergantikan dengan suara keras detik berikutnya.
Braakkk!!
Cinta menghempaskan pintu pagar sebagai pelampiasan rasa, sehingga mengakibatkan teralis pagar bergetar sekilas karena ulahnya.
Cinta kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah neneknya, tempat dia tinggal di Kota Bunga saat ini.
Kriieet!
Suara pintu kamar yang tidak terlumasi dengan baik terdengar menyusup ke telinga Cinta saat dibuka.
Cinta melempar tasnya di kasur, tidak peduli lagi jika benda itu menimbulkan bunyi teredam saat terpantul di atasnya. Dia duduk di tepian tempat tidur dengan wajah cemberut sambil membuka kaos kaki putihnya dan dengan penuh kesengajaan ia melemparkannya ke sembarang arah.
Iwan yang berada di kamar sebelah secara otomatis mengerutkan kening ketika mendengar adiknya menghasilkan keributan kecil.
Dia keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar Cinta, Iwan menggelengkan kepalanya melihat kaos kaki yang tergeletak sembarangan sementara adiknya itu duduk di tepian tempat tidur dengan wajah cemberut.
"Lha kok cemberut de? Emang tadi di sekolah diapain sama panitia lain?" tanya Iwan perhatian, sambil duduk di samping Cinta.
"Gak diapa-apain, kak, Cinta cuma capek aja nunggu angkot gak dapet-dapet," keluh Cinta kesal.
"Kamu sih, mau kakak antar-jemput malah gak mau, coba kalau mau diantar pakai mobil kan enak de, gak kepanasan dan gak harus berlama-lama nungguin angkutan," kata Iwan yang sudah duduk di samping Cinta.
"......" Cinta terdiam, apa yang dikatakan kakaknya memang benar, semua yang dia alami ini akibat kesalahannya sendiri, kalau saja dia tidak menolak untuk diantar jemput oleh kakaknya, dia pasti tidak akan merasakan bagaimana kesalnya menunggu angkot, sebagaimana yang dia alami hari ini.
"Mulai besok, pulang pergi ke sekolah sama kakak aja ya? Kakak takut kamu sakit, nanti papah pasti marahnya ke kakak, karena dianggap papah kak Iwan gak bisa jagain kamu," bujuk Iwan kepada Cinta.
"Kakak kamu benar Cinta, nenek juga khawatir, melihat kamu seperti ini, apa nanti kata papa mamamu?" kata neneknya yang tiba-tiba saja muncul di pintu kamar Cinta.
Ketika Cinta pulang tadi, sang nenek sudah mendengar bagaimana cucu perempuan satu-satunya ini telah berhasil membuat keributan kecil, hanya saja dia sedang repot masak bersama asisten rumah tangganya di dapur, jadi baru sekarang dia bisa melihat Cinta di kamarnya.
"Ada apa? Kenapa dengan keponakanku tersayang?" tanya Ruslan, paman bungsu Cinta yang juga ikut nongol di pintu kamar Cinta.
Ruslan masuk ke kamar Cinta, terlihat kalau dia baru saja pulang kerja dan masih memakai seragam kerjanya, dia saat ini merupakan kepala bagian di sebuah perusahaan swasta terkenal, walau tampan, Ruslan masih betah melajang hingga usianya sekarang ini, yaitu tiga puluh satu tahun.
"Cinta mengeluh lelah, karena terlalu lama menunggu angkutan," jelas sang nenek kepada anak bungsunya.
"Kamu Iwan! Kenapa kamu tidak ajak Cinta naik mobil?! Bagaimana sih kamu ini?! Masa kamu biarkan adik kamu kepanasan, sementara kamu enak-enakan naik mobil," tegur Ruslan galak.
"....." Iwan terdiam, dia paling segan menghadapi paman bungsunya ini, apalagi kalau menyangkut urusan adiknya, Cinta, sebab pasti akan menjadi panjang dan melebar kemana-mana.
"Kamu ini....datang-datang langsung ngomel ke keponakan kamu, bukannya Iwan tidak mau mengantar jemput Cinta, tapi Cintanya sendiri yang tidak mau diantar jemput," jelas sang nenek.
"Oh...eh? Kenapa begitu Cinta? Kenapa kamu gak mau diantar jemput sama kakakmu? Apa Cinta pengen diantar jemput sama paman?" tanya Ruslan dengan penuh rasa percaya diri.
"Paman ih! Memangnya Cinta anak taman kanak-kanak apa, sampai harus diantar jemput begitu," protes Cinta sambil cemberut.
"Memangnya yang diantar jemput cuma anak taman kanak-kanak de? Di sekolah kita juga banyak kok yang diantar jemput," kata Iwan kepada Cinta.
"Iya sih," jawab Cinta.
Memang benar kata Iwan, Cinta sendiri juga melihat banyak teman-temannya yang diantar jemput oleh keluarganya, bahkan ada juga yang diantar jemput sama kekasihnya.
"Nah, sudah diputuskan kalau begitu mulai besok, Cinta pulang-pergi sekolah diantar oleh Iwan!" putus Ruslan tanpa pikir panjang.
"Nenek setuju apa yang dikatakan paman kamu," kata nenek sambil merangkul Cinta erat.
Cinta adalah cucu perempuannya satu-satunya. Kedua anaknya laki-laki semua, yaitu papanya Cinta dan Ruslan, sedangkan cucunya hanya baru dua yaitu Iwan dan Cinta, karena Ruslan sampai sekarang belum juga mau menikah.
Kehadiran Cinta di keluarganya benar-benar seperti embun penyejuk hati bagi sang nenek, yang sudah sejak dulu mendambakan anak perempuan, itu sebabnya sang nenek merasa senang sekali, ketika mendengar Cinta ingin melanjutkan sekolahnya, di Kota Bunga dan tinggal bersama-sama dengan sang nenek.
"Nanti kalau kakak turun pasaran gara-gara antar jemput Cinta, jangan menyalahkan Cinta loh," goda Cinta sambil tersenyum melirik Iwan.
"Memang dia di pasaran laku?" tanya Ruslan dengan ekspresi tidak percaya.
"Mendingan, kalau dibandingkan paman," sela Iwan kalem.
"Hei! Apa maksudnya itu? Kamu ngeledek paman? Sini kamu!" kata Ruslan sambil mengulurkan tangan hendak menjangkau Iwan yang dengan gesitnya menghindar.
Seketika kamar cinta jadi tempat kejar-kejaran antara Iwan dan Ruslan, sampai tempat tidurnya berantakan,
"Ahhh, tempat tidur cinta jadi berantakan! Paman, kakak, udah dong kejar-kejarannya!" Sungut Cinta.
"Gak tau nih, de, paman nih yang kejar kakak duluan!" elak Iwan.
"Bohong! Cinta juga dengar sendiri bagaimana dia ngeledek paman kan?" tanya Ruslan membela diri.
"Aahhh! Cinta gak mau tau pokoknya beresin lagi!" kata Cinta sambil cemberut.
"Kamu sih!" kata Ruslan kepada Iwan kesal.
"Apa? aku gak ngapa-ngapain, paman duluan yang kejar aku!" elak Iwan.
"Tapi kamu duluan yang ledek paman!" kata Ruslan tegas.
"Paman duluan yang mempertanyakan kredibilitas aku sebagai cowok ganteng dan populer!" Kata Iwan sambil bergaya keren di depan pamannya.
"Kamu....."
"Paman, kakak berantem lagi deh! Udah lah Cinta keluar aja!" potong Cinta bersiap mau keluar.
"E-eh, jangan de, sebentar kakak beresin kamarnya," cegah Iwan ketika melihat Cinta ngambek hampir keluar kamar.
"Iya, Cinta, paman juga akan ikut beresin kamar kamu yang berantakan ini, tapi Cinta jangan marah, ok?" kata Ruslan, cepat-cepat membantu Iwan membereskan kamar Cinta.
Ruslan dan Iwan bergegas saling bantu untuk merapihkan tempat tidur dan kamar Cinta yang sempat mereka buat acak-acakan.
Sang nenek hanya tersenyum melihat putra bungsunya dan cucu laki-lakinya bergegas membereskan kamar Cinta ketika melihat Cinta ngambek.
"Kruucuukk!"
Perut cinta tiba-tiba berbunyi nyaring, Cinta memegang perutnya dan teringat kalau dia belum makan, padahal dari sejak nunggu angkot perutnya sudah mulai protes.
"Biarkan paman dan kakak kamu beresin kamar, Cinta ikut nenek makan dulu, sambil menunggu kamar cinta beres," ajak sang nenek kepada cinta.
Cinta mengiyakan neneknya dan mengikutinya ke dapur mengambil makanan.
Perut Cinta langsung berbunyi nyaring dan air liurnya seperti akan menetes ketika melihat aneka hidangan lezat di atas meja, tanpa disuruh dua kali Cinta langsung makan dengan lahapnya.
"Pelan-pelan, tidak ada yang akan merebut makanannya," kata nenek Cinta sambil tersenyum senang.
"....."
Cinta memperlambat makannya, sesuai nasehat dari sang nenek. Tidak lama kemudian Ruslan dan Iwan yang selesai membereskan kamar Cinta pun ikut bergabung di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Cerita Cinta
ChickLitNovel ini menceritakan tentang kisah perjalan hidup seorang gadis bernama Cinta sejak masa remajanya hingga dia dewasa dan mulai mengenal arti kasih sayang yang sesungguhnya antara pria dan wanita. *** Raka muncul tiba-tiba setelah lama menghilang d...