Bab 24. Pilihan Yang Sulit

7 6 0
                                    

Raka yang telah menjadi pengusaha multi media, dimintai tolong oleh Riki untuk membeli saham mayoritas miliknya di SRB yang saat ini dia kelola bersama sahabatnya, Iwan. Raka menyetujui untuk membeli saham milik sepupunya itu karena berpikir ini adalah kesempatannya untuk bisa menemui Cinta.

Iwan merasa terkejut saat Raka menjelaskan apa yang menjadi kesepakatan antara dia dengan sepupunya Riki, saat Raka berkunjung ke kantor Iwan di SRB.
Karena saham Riki adalah enam puluh persen, maka otomatis Raka menjadi pemegang saham terbesar di SRB, menggantikan sepupunya Riki.

Kalau sebelumnya Riki menyerahkan segala macam urusan perusahaan kepada Iwan, maka Raka lebih memilih untuk mengambil alih posisi Iwan sebagai Direktur.

Kemunculan Raka yang tiba-tiba menggantikan posisi Iwan membuat staf redaksi merasa gerah namun, tidak dapat berbuat apa-apa, termasuk juga Cinta yang merasa tidak senang karena Raka dengan mudahnya muncul merebut semua yang telah diusahakan oleh kakaknya sejak awal.

Mereka hanya menggerutu di belakang ketika Raka dengan tangan besinya memecat orang lama di perusahaan yang dianggapnya tidak kompeten dan menggantikannya dengan orang-orangnya sendiri.

Cinta yang masih mencintai Raka menjadi sangat kecewa pada sepak terjang Raka hingga membuat gadis itu galau dengan perasaannya sendiri. Sementara Raka sendiri merasa heran melihat sikap dingin dan acuh tak acuh gadis yang sudah lama di taksirnya itu.

Akhirnya Raka Curhat kepada Iwan yang kini merupakan orang kepercayaannya sekaligus juga kakak dari Cinta. Iwan hanya menghela napas mendengar apa yang dikatakan oleh Raka, sepertinya adiknya Cinta telah salah paham dengan semua keputusan yang telah diambil Raka selama ini.

Ketika di rumah, Iwan langsung mengajak adiknya itu berbicara dan menjelaskan bahwa Riki yang telah menjual saham kepada Raka karena dia sedang butuh uang untuk usahanya yang lain.

Sedangkan untuk keputusan mengeluarkan orang- orang tang tidak kompeten itu adalah hasil keputusan bersama antara Raka dengan dirinya, bahkan untuk melindungi Iwan dari perasaan tidak enak kepada bawahan yang telah lama bekerja dengannya itu, Raka telah mengambil tanggung jawab itu di pundaknya sendiri.

Cinta merasa malu karena telah berprasangka buruk kepada Raka dan berjanji kepada dirinya sendiri untuk bersikap lebih baik lagi kepada Raka. Perubahan Drastis sikap Cinta ini membuat Raka heran sekaligus senang.

'Apakah ini artinya aku dapat berharap lebih?' tanya Raka di dalam hati.

Sejujurnya dia memang mengharap dapat lebih dekat dengan gadis pujaannya itu, setidaknya walaupun belum sebagai kekasih, mereka bisa lebih dekat lagi sebagai teman, tidak seperti sikap Cinta kemarin yang tampak acuh tak acuh dan cuek terhadap dirinya.

Kian hari Raka dan Cinta menjadi semakin dekat, mereka terlihat sering bercanda dan bertukar pikiran di taman kantor,hingga tersiar kabar di kantor, bahwa mereka saat ini sedang menjalani hubungan romantis.

Hingga suatu Hari.....

"Bos ada telpon," kata Dian dari sambungan telpon memberitahukan kepada Raka.

"Oke, sambungan."

"Halo?" sapa suara berat dari sebrang telpon yang diperkirakan Raka adalah suara seorang pria paruh baya.

"Halo?" sahut Raka.

"......"

Kemudian Raka tampak terhenyak kaget setelah berbicara selama seperempat jam dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh pria itu. Dia Broto Prayoga, yang merupakan salah satu pengusaha milyuner, ternyata adalah papa kandungnya Nina, gadis yang selalu menunjukan ketertarikannya kepada Raka saat mereka masih kuliah di kampus yang sama.

Raka sama sekali tidak menyangka Nina, gadis yang kelihatannya sederhana itu ternyata anak orang kaya dan memiliki banyak usaha dengan omset mencapai milyaran rupiah.

Broto Prayoga meminta kepada Raka untuk menikahi putrinya, karena putrinya itu tidak ingin menikah dengan pria lain selain Raka. Raka awalnya tidak menyetujui permintaan Papanya Nina itu namun, Broto mengancam akan membalas dengan caranya kalau Raka menolak permintaan pernikahan yang dia sodorkan saat ini.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Raka setelah menerima telpon tersebut.

Tiba-tiba pintu di buka dan Iwan menyembulkan kepalanya. "Aku mengganggu gak bos?" tanya iwan sambil tersenyum.

"Tidak, kamu sama sekali tidak mengganggu, aku malah merasa lega kamu datang ke sini karena ada hal yang ingin aku diskusikan denganmu," jawab Raka cepat.

"O ya? Memangnya ada masalah apa? tanya Iwan heran sambil masuk dan duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Raka.

Raka kemudian menceritakan bagaimana Broto Prayoga menghubunginya dan memberikan pilihan yang teramat sulit untuk Raka putuskan sendiri. "Apa pendapatmu?" tanya Raka kepada Iwan dengan dada berdebar, bagaimana pun Iwan adalah kakak kandung Cinta, apakah dia akan menyuruhnya untuk mengikuti permintaan Broto atau tetap bersama adiknya?

"Sejujurnya aku khawatir pada adikku, tapi aku juga khawatir pada perusahaan dan karyawan perusahaan ini kalau sampai Broto Prayoga yang terkenal sebagai pengusaha kanibal memakan dan menghancurkan perusahaan ini," jawab Iwan dengan kening berkerut.

"Itulah Wan, aku juga bingung memikirkan semua ini, apa yang harus aku lakukan?" tanya Raka sambil meremas rambutnya karena merasa pusing.

"Putuskan saja apa yang menurut kamu keputusan terbaik, kalaupun pada akhirnya kamu memilih untuk meninggalkan adikku Cinta, aku akan berusaha memberikan pengertian kepadanya agar dia mengerti," janji Iwan.

"Apakah kamu memiliki cara lain untuk menghadapi semua ini? Agar aku bisa tetap bersama dengan adikmu?" tanya Raka penuh harap.

"Maaf, aku tidak punya cara."

"......." Raka tertunduk lemas memikirkan cintanya pada gadis yang telah di cintai selama bertahun-tahun harus kandas justru di saat sedang bersemi indah.

(End) Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang