Dwi masuk ke dalam ruang UKS dengan membawa nampan berisi lontong dan teh manis hangat. Ketika melihat Iwan, Dwi tidak terlalu banyak berpikir, dia hanya tersenyum, lalu menaruh nampan di meja samping bangsal yang menjadi tempat berbaring Cinta.
"Ada kak Iwan," kata Dwi malu-malu menyapa Iwan.
Dwi sudah lama naksir kakak kelas yang terkenal cool tapi tampan ini. Tidak hanya Dwi bahkan teman-teman satu angkatannya juga banyak yang naksir Iwan, namun karena sikap Iwan yang cool ke semua gadis banyak dari mereka yang lebih memilih untuk mengaguminya dari jauh saja, sebagaimana juga Dwi.
"Eh, Ada Dwi," goda Iwan mengikuti cara berbicara Dwi, membuat gadis itu tersipu malu.
Sungguh Iwan paling senang ketika melihat rona merah wajah malu Dwi seperti yang dia lihat saat ini. Entah kenapa wajah Dwi yang merona merah jauh lebih menarik perhatian Iwan dari pada wajah angkuh yang selalu gadis itu pertontonkan setiap hari, membuat siapa pun yang memiliki minat padanya akan lebih memilih untuk mundur teratur.
Cinta mengangkat alis dan tersenyum terhibur melihat tingkah keduanya, terlepas dari sikap Dwi, baru kali ini Cinta melihat kakaknya menggoda perempuan.
"Ada Cinta yang kurasakan saat kutatap dalam canda..." Cinta bersenandung menyanyikan sebuah lagu yang pernah dia dengar dari ponsel sang mamah ketika dia meminjam ponsel tersebut.
Dwi dan Iwan sontak menoleh ke arah Cinta dan sama-sama tersenyum kikuk. Untuk memecah kekakuan Iwan mendekati Cinta dan merangkul bahu adiknya.
"Apa lagi ini!" kata Iwan sambil mengacak rambut Cinta membuat gadis bermata besar itu cemberut. Melihat adiknya cemberut Iwan terkekeh geli.
"Kebiasaan!" sungut Cinta kesal.
Cinta membenahi rambutnya dengan menyugar rambutnya dan mengikatnya menjadi satu, dia paling kesal kalau kakaknya sudah mulai mengacak-acak rambutnya hingga berantakan.
"Kamu duluan kan? Makanya kalau gak mau dicubit jangan nyubit," kata Iwan sambil tersenyum.
"Kapan Cinta nyubit kakak? Fitnah lebih kejam dari pembunuhan," cibir Cinta.
Cinta menolak untuk mengakui kata-kata kakaknya walaupun dia tahu apa maksud kakaknya tapi dia tetap berpura-pura tidak tahu maksud ucapan kakaknya.
"Lha tadi itu, Cinta nyanyi godain kakak apa nggak sama saja cubit duluan?" tanya Iwan sambil membantu merapikan rambut Cinta.
Cinta menghindari tangan kakaknya, yang ingin membantu merapikan rambutnya yang sudah dia ikat.
"Sejak kapan orang menyanyi dibilang mencubit?" cibir Cinta sambil duduk menjauh.
"Itu pribahasa tahu Dek, bagaimana sih kamu? Nilai bahasa Indonesianya jeblok kali ya?" ledek Iwan.
Iwan tahu Cinta hanya berpura-pura tidak mengerti, padahal sebenarnya adiknya itu mengerti sekali soal pribahasa. Karena adiknya itu sejak di sekolah dasar sudah sering mengirimkan karya tulisnya ke media.
"Enak saja!" sahut Cinta mendelik kesal sambil bersungut-sungut tidak terima. Iwan terkekeh melihat tampang kesal adiknya.
'Mana mungkin, seorang penulis, tidak tahu apa arti pribahasa yang populer dan sering di gunakan oleh masyarakat,' batin Iwan
Sementara itu Dwi yang menyaksikan keakraban keduanya hanya menahan rasa penasarannya di dalam hati, dan dia sibuk menerka-nerka hubungan keduanya namun tidak berani bertanya.
"Kakak sedang apa di sini?" tanya Dwi kepada Iwan tanpa dapat menyembunyikan rasa curiganya, apalagi dia telah melihat sendiri bagaimana akrabnya Iwan dengan Cinta.
'Sepertinya mereka sudah lama saling kenal, pantas tadi pagi ketika ada peserta yang sekarat kak Iwan terlihat panik, mungkin dia mengira peserta itu adalah gadis ini,' pikir Dwi menyimpulkan semuanya.
Walaupun bukan hal yang aneh ketua pelaksana orientasi memantau UKS, tapi tetap tidak pantas bagi Iwan untuk tetap berlama-lama di UKS dengan seorang gadis. Namun Dwi merasa tidak enak untuk mengusir Iwan ke luar dari UKS.
"Aku lagi nungguin dia," kata Iwan sambil merangkul Cinta yang saat ini duduk di sampingnya.
"....." Cinta dan Dwi sama-sama terdiam melihat tingkah Iwan.
Dwi menatap tangan Iwan yang merangkul Cinta dengan nanar, dia menghela napas menghilangkan kepenatan dalam hatinya, melihat semua itu.
Cinta memerhatikan perubahan pada wajah Dwi, di dalam hati gadis itu merasa tidak enak atas ketidakpekaan kakaknya. Cinta yakin sekali kalau Dwi juga memiliki perasaan yang sama dengan Iwan.
"Itu lontong sama teh manis buat siapa?" tanya Iwan merasa aneh.
"Oh itu buat adik ini, tadi ketika sadar dari pingsan perutnya berbunyi karena lapar," jelas Dwi.
Iwan merasa aneh, lalu dia memandang adiknya dengan heran, biasanya Cinta paling nggak mau kalau disuruh sarapan lontong sayur dan teh manis, kenapa ini diam saja dibelikan lontong dan teh manis?
"Sejak kapan kamu suka lontong dan teh manis, Dek?" tanya Iwan heran.
"...." Cinta terdiam, dia lalu menatap Dwi dengan perasaan tidak enak, lalu menatap kakaknya dengan perasaan tidak berdaya.
Bagaimana dia bisa pilih-pilih makanan yang disediakan orang lain, Cinta memang tidak terlalu suka lontong sayur, tapi juga tidak anti pati sebagaimana yang dikatakan kakaknya.
"Apakah adik ini tidak suka lontong dan teh?" tanya Dwi bingung.
Cinta ingin meluruskan tapi tidak enak dengan sang kakak yang dengan penuh keyakinan mengatakan bahwa dia tidak suka lontong sayur.
"Nggak, dia nggak suka lontong sama teh manis, mending dibawa lagi deh makanannya, belikan uduk saja sama air mineral," kata Iwan tegas.
"Maaf ya Kak, jadi merepotkan," kata Cinta malu-malu.
"Tidak apa, ini memang sudah jadi tugas saya, hanya saja kalau tidak suka lontong kenapa tidak bilang dari awal," kata Dwi sambil menghela napas.
"Ini uangnya, tolong ya, Wi, maaf sudah merepotkan kamu," kata Iwan manis membuat Dwi tersipu ketika mendengar Iwan memanggil namanya dengan akrab seperti itu.
Dwi mengambil uang yang disodorkan Iwan tanpa banyak cakap, lalu dia langsung menghilang dari pandangan cinta dan Iwan dengan perasaan yang campur aduk.
Di luar ruang UKS Dwi berulang kali menghela napas sedih dan tidak berdaya. Tadinya dia kira Iwan memang pribadi yang dingin, namun setelah melihat sendiri bagaimana Iwan bersikap hangat dan perhatian dengan Cinta. Dwi jadi sadar bahwa kedinginan sikap itu hanya karena Iwan memang tidak mau terlalu dekat dengan gadis manapun.
"Aku kenapa sih!"gumam Dwi kesal pada diri sendiri.
Ketika Dwi ke luar datang lagi satu orang petugas UKS, namun melihat Iwan yang sedang asik bercengkrama dengan Cinta petugas itu langsung segera ke luar dari ruangan itu.
"Gila, aku punya kabar menghebohkan untuk kalian dengar!" kata petugas itu dengan semangat di depan temannya sesama panitia orientasi.
"Apa? Apa itu?" tanya teman-temannya penuh minat.
Petugas itu pun bercerita panjang lebar tentang apa yang dilihatnya ketika dia di UKS tadi. Dia juga menambahi ceritanya dengan bumbu-bumbu penyedap yang membuat teman-temannya membelalakkan mata tidak percaya.
Apakah mungkin Iwan yang terkenal dingin dengan cewek bisa berbuat sejauh itu???
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Cerita Cinta
ChickLitNovel ini menceritakan tentang kisah perjalan hidup seorang gadis bernama Cinta sejak masa remajanya hingga dia dewasa dan mulai mengenal arti kasih sayang yang sesungguhnya antara pria dan wanita. *** Raka muncul tiba-tiba setelah lama menghilang d...