"Sepertinya mereka salah sangka," kata Cinta kepada Iwan, setelah melihat kakak panitia yang masuk ke ruang UKS dengan terburu-buru ke luar kembali dari ruangan itu, karena melihat Cinta dan Iwan.
"Biar saja lah," kata Iwan acuh tak acuh.
Iwan memang tidak peduli dengan apa yang dipikirkan panitia lain, fokusnya sekarang hanyalah bagaimana caranya menjaga Cinta agar tetap sehat Jangan sampai jatuh sakit, soalnya Cinta dari kecil fisiknya lemah.
'Bisa-bisa papah marah kalau Cinta sampai jatuh sakit,' pikir Iwan risau, walau pun papa nya jarang sekali berbicara, tapi entah kenapa Iwan dari kecil paling takut sama papa nya, yang terutama sekali takut akan mengecewakan papa nya.
"Tapi kak Dwi juga sepertinya salah paham, kakak tidak takut dia kabur ke pria lain?" tanya Cinta khawatir.
Cinta tidak habis pikir dengan sikap tenang kakaknya itu, padahal Cinta yakin kalau Iwan sebenarnya naksir Dwi, tapi entah kenapa bukannya panik karena melihat teman-temannya salah paham dia malah bersikap santai dan cuek, sebagaimana yang dia perlihatkan saat ini.
"Nggak tuh," sahut Iwan, dia berpikir kalau Dwi memang benar-benar naksir sama dia pasti gadis itu tidak akan dengan mudah memindahkan perasaannya ke laki-laki lain.
'Yang bener?" Goda Cinta sambil tersenyum mengedip-ngedipkan matanya ke arah sang kakak.
Cinta tidak percaya jika Iwan sama sekali tidak cemas kalau Dwi sampai berpaling kepada laki-laki lain, karena yang Cinta tahu dari cerita beberapa orang temannya yang sudah terikat oleh pertunangan, tunangan temannya itu sangat cemburuan sekali dan katanya hampir semua laki-laki memang kebanyakan seperti itu, Cinta pikir Iwan juga pasti begitu.
"Benar Dek, kakak pikir kalau dia ke pria lain artinya kita berdua memang tidak berjodoh," jawab Iwan diplomatis.
"Mantab! Kakak keren sekali," kata Cinta sambil mengacungkan kedua jempolnya ke arah Iwan.
Iwan terkekeh dan mengacak-acak rambut Cinta kembali, membuat adiknya mendelik kesal.
"Cari pacar sana! Biar jangan rambut Cinta saja yang diacak-acak,"kata Cinta sambil memajukan mulutnya, cemberut.
Baru juga tadi diberesin, rambutnya sudah kembali acak-acakan lagi karena keisengan sang kakak. Iwan tertawa geli saat melihat wajah kesal adiknya itu.
"Bibir tuh maju begitu, sudah seperti tokoh Suneo di Doraemon saja," ledek Iwan.
"......" Cinta diam saja disamakan dengan tokoh kartun anak-anak di televisi.
Tadi ada berapa orang panitia yang kabur dari sini karena melihat kita?" tanya Iwan meredakan suasana.
"Sepertinya dua, kenapa? Mulai cemas ya?" tanya Cinta sambil merapikan rambutnya kembali.
"Nggak lah, ngapain cemas," sahut Iwan cuek sambil berdiri meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
"Terus kenapa nanya?" sahut Cinta dengan rasa penasaran.
"Iseng saja," jawab Iwan santai.
"Bohong, kakak telunjuk lurus kelingking berkait," cibir Cinta.
"Apaan lagi itu? Kelingking kakak nggak ada kaitnya kok," canda Iwan.
"Lain di mulut lain di hati!" cetus Cinta.
"Tahu dari mana? Kalau nggak bener jatuhnya fitnah tuh," kata Iwan sambil ingin kembali mengacak rambut Cinta lagi, namun Cinta dengan gesit menghindarinya.
"Kakak tidak takut turun pasaran?" tanya Cinta lagi.
"Apaan? Memangnya barang dagangan?" Sahut Iwan sambil kembali duduk santai di tepi tempat tidur UKS.
Tidak lama kemudian Dwi datang ke UKS dengan membawa nampan berisi nasi uduk dan air mineral pesanan Iwan untuk Cinta.
"Ini Dek, nasi uduk sama air mineralnya, cepat dimakan, mumpung masih hangat," kata Dwi sambil tersenyum.
"Dwi sendiri sudah makan belum?" tanya Iwan perhatian.
"Sudah kak,' jawab Dwi singkat.
Walaupun dia naksir Iwan tapi sekarang dia tidak mau terlalu banyak berharap lagi, karena Iwan sudah tertarik pada adik kelas bernama Cinta yang ada di hadapannya dan kelihatannya Iwan benar serius mengejar Cinta, hingga belain nungguin di UKS ketika Cinta masuk UKS.
"....." Iwan dan Cinta saling pandang, Iwan merasa sikap Dwi benar-benar dingin, dan acuh tak acuh, tidak seperti sebelumnya yang sangat antusias ketika melihatnya.
'Apakah perempuan begitu cepat berubah perasaannya hanya karena laki-laki yang dia taksir kelihatan bersama perempuan lain?' tanya Iwan dalam hati sambil memandang Dwi dengan tatapan rumit.
Cinta tersenyum terhibur melihat kakaknya yang mulai terlihat galau ketika dicuekin oleh Dwi. Iwan saat ini sama sekali tidak memedulikan bagaimana pandangan adiknya, Cinta. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya memberitahukan hubungan yang sebenarnya kepada Dwi, bahwa dia dan Cinta adalah kakak beradik.
"Katanya nggak khawatir, tapinya kok galau?" ledek Cinta kepada Iwan, ketika melihat Dwi keluar ruangan untuk membuang sampah dari ruang UKS.
"......" Iwan terdiam.
Iwan mengakui kalau sekarang hatinya memang galau melihat perubahan sikap drastis dari Dwi. Tadinya Iwan berharap bahwa gadis itu akan menunjukan sikap cemburunya, namun ternyata dia malah menunjukan sikap terasing dan menjauh.
Sikap Dwi saat ini benar-benar jauh di luar perkiraan Iwan. Saat ini Iwan benar-benar merasa mati kutu karena sama sekali tidak memiliki cara untuk menjelaskan kepada Dwi bagaimana sebenarnya hubungan antara dia dan Cinta.
"Sebaiknya kakak jelaskan saja, dari pada nanti kak Dwi jadi menghindar terus dari kakak," saran Cinta sambil tersenyum.
"....." Iwan bimbang memikirkan apakah sebaiknya dia melakukan sebagaimana yang disarankan adiknya atau tidak.
"Nanti kakak pasti akan menyesali ketika semuanya sudah terlambat," kata Cinta mengingatkan.
"....." Iwan menunduk mempertimbangkan kembali untung dan ruginya dia kalau tidak menjelaskan apa-apa pada Dwi.
"Kakak takut?" tebak Cinta.
"Sembarangan! Tidak ada kata takut dalam kamus kakak, yang membuat kakak risau itu bagaimana cara menjelaskannya kepada Dwi. Karena antara dia dan kakak sama sekali tidak ada hubungan apa-apa," kata Iwan sambil mengerutkan kening.
Dia memang sedang berusaha mencari cara untuk menjelaskan kepada Dwi tanpa melukai egonya sebagai laki-laki, dia takut Dwi pada akhirnya akan mentertawakan dirinya dan menganggap Iwan aneh karena menjelaskan hal-hal yang tidak seharusnya dijelaskan kepada gadis yang tidak memiliki hubungan apa pun dengannya.
"Bagaimana kalau aku bantu kakak untuk menjelaskan kepada kak Dwi?" tawar Cinta.
"Bagaimana caranya?" tanya Iwan tertarik.
"Kakak keluar saja dulu nanti kalau kak Dwi masuk ke sini, biar Cinta yang jelasin ke kak Dwi bahwa kita sebenarnya kakak beradik," kata Cinta mencoba menenangkan Iwan.
"Iya juga, kenapa tidak terpikirkan olehku cara seperti itu," kata Iwan sambil menepuk keningnya.
"Kakak panik, itu sebabnya kakak tidak bisa berpikir dengan jernih," cibir Cinta sambil tersenyum simpul.
"Kamu benar, kakak memang bingung, memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk menjelaskan kepada Dwi tentang hubungan kita tanpa harus ditertawakan," jelas Iwan.
"Kenapa harus ditertawakan?" tanya Cinta heran.
"Sekarang begini, Cinta kenal sama pria tidak punya hubungan apa-apa tapi Cinta suka sama pria itu dan ingin menjelaskan kepadanya bahwa kita adalah saudara kandung, bagaimana cara Cinta untuk menjelaskan kepada pria itu? Apakah Cinta akan langsung menjelaskan? Atau memakai cara memutar, menjelaskan melalui orang lain?" tanya Iwan.
Cinta mengerutkan kening memikirkan pertanyaan kakaknya, kalau dia pribadi tentu tidak akan mau menjelaskan secara langsung kepada pria yang tidak memiliki hubungan apa pun dengannya terkait soal bagaimana hubungan antara dia dengan Iwan.
"Sepertinya aku juga akan memakai cara kedua yaitu meminjam mulut orang lain untuk menjelaskan kebenarannya," jawab Cinta yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Cerita Cinta
ChickLitNovel ini menceritakan tentang kisah perjalan hidup seorang gadis bernama Cinta sejak masa remajanya hingga dia dewasa dan mulai mengenal arti kasih sayang yang sesungguhnya antara pria dan wanita. *** Raka muncul tiba-tiba setelah lama menghilang d...