Merasa memukul angin akhirnya mereka diam dan melanjutkan makan sambil bergosip riuh, siapa lagi yang digosipkan oleh mereka kalau bukan Iwan, kakaknya Cinta.
Cinta hanya tersenyum mendengar mereka bergosip tentang kakaknya. Ada yang mengaku kalau kakaknya pernah datang ke rumahnya, ada juga yang mengaku kalau kakaknya pernah kasih hadiah ulang tahun. Untuk yang terakhir ini Cinta hampir tersedak makanannya sendiri mendengarnya.
'Serius? Aku saja yang adiknya gak pernah dikasih hadiah ulang tahun, bisa-bisanya kakak kasih hadiah ke Mak Lampir itu, awas saja kalau itu benar!' batin Cinta merasa kesal setelah mendengar kakaknya memberikan hadiah kepada kakak kelas yang mencelanya dengan sebutan cupu dan jelek.
Pulang sekolah Iwan sudah menunggu Cinta di depan sekolah, dia merasa bersemangat karena sikap Dwi sudah tidak acuh tak acuh lagi padanya. Iwan tadinya ingin secara langsung mengucapkan terimakasih kepada Cinta namun melihat adiknya murung dia jadi lupa akan niat awalnya.
"Kok Cemberut Dek? Ada apa?" tanya Iwan heran.
"Apa benar kakak kasih hadiah ulang tahun kepada kakak panitia perempuan bagian keamanan itu?" tanya Cinta to the point.
"Siapa? Yessi? Dih kapan kakak kasih hadiah ulang tahun sama dia? Sama kamu saja kakak sering lupa kasih hadiah ulang tahun, apa lagi sama Yessi. Memangnya kamu dapet kabar dari mana?" tanya Iwan heran.
"Kakak benaran nggak kasih hadiah sama dia?" tanya Cinta tidak percaya.
"Beneran Dek! Sumpah demi apa juga kakak berani! Sejak kapan sih kakak bohong untuk urusan sepele seperti itu!" kata Iwan kesal.
'Jadi kakak panitia itu yang bohong? Ha! Benar-benar lucu, aku nggak bisa bayangin kalau dia tahu aku ini adiknya kak Iwan,' pikir Cinta merasa geli sendiri.
"Kok malah senyum-senyum sendiri? Kamu belum jawab dari mana dapat kabar bohong seperti itu?" tanya Iwan.
"Dari Mak Lampir!" sahut Cinta sambil mengitari Iwan masuk ke dalam mobil lalu duduk dengan manis di kursi penumpang.
"Mak Lampir? Siapa itu?" tanya Iwan sambil ikut masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi.
"Rahasia!" kata Cinta sambil tersenyum lebar sampai matanya menyipit.
"Ck! Bikin penasaran saja sih! Dah lah kalau nggak mau kasih tahu, kita diam saja di sini nggak usah dijalankan mobilnya!" ancam Iwan.
"Kalau begitu Cinta naik angkot saja!" balas Cinta sambil bersiap-siap mau turun dari mobil.
Klik!
Iwan dengan cepat mengunci pintu mobil dari kunci sentral, dia tersenyum terhibur melihat wajah dongkol sang adik.
"Buka nggak?!" kata Cinta galak.
"Nggak! Kasih tahu dulu siapa Mak Lampir yang kamu bilang itu?" kata Iwan masih bersikeras ingin tahu.
Cinta menatap kakaknya rumit, dia ingin memberitahukan yang sebenarnya, tapi takut kakaknya marah.
"Kalau Cinta kasih tahu, janji kakak nggak akan marah kepada kakak panitia itu?" tanya Cinta was-was.
"Yakin!" jawab Iwan tegas.
Setelah mendengar jawaban Iwan lalu Cinta mulai menceritakan semua pengalamannya di kantin ketika waktu istirahat tadi. Iwan mendengarkan cerita adiknya dengan tangan terkepal karena geram, bisa-bisanya adiknya yang manis dan imut dibilang cupu dan jelek, ini soal gen! Kalau adiknya dianggap seperti itu bagaimana dengan dia?
"Kurang ajar!" kata Iwan setelah Cinta selesai bercerita.
"Kakak sudah janji nggak akan marah!" Ingat Cinta.
"Tapi apa yang mereka lakukan kepada kamu itu benar-benar sudah keterlaluan!" Kata Iwan geram.
"Aku juga awalnya marah tapi aku tiba-tiba ingat suatu hal. Aku ingin tahu bagaimana wajah mereka kalau tahu aku adiknya kakak, ini pasti lebih seru dari pada aku marah kepada mereka," kata Cinta sambil tersenyum jahil.
"Kalau begitu ayo kita umumkan saja bahwa kita sebenarnya kakak beradik!" Kata Iwan memutuskan.
"Jangan dulu kak! Nanti jadi tidak seru lagi, biarkan mereka merasa di atas angin dulu, biarkan mereka senang, agar ketika mereka mendapati kenyataan yang sebenarnya mereka akan merasa malu hingga tidak dapat mengangkat wajah mereka sendiri," kata Cinta sambil tersenyum jahil.
"Kamu ini makin pintar saja!" puji Iwan sambil tersenyum.
"Iya dong 'kan aku adiknya kakak," kata Cinta sambil terkekeh.
"Ya sudah kalau maunya Cinta seperti itu, kakak ikut saja, tapi kalau mereka mulai menyerang secara keterlaluan Cinta harus bilang sama kakak," pesan Iwan khawatir.
"Oke! Siap komandan!" sahut Cinta ceria.
Iwan hanya tersenyum sambil mulai menjalankan mobilnya pada kecepatan rata-rata mengemudi di dalam kota.
###
Keesokan harinya seperti biasa Cinta berangkat sekolah dengan Iwan, tadinya mereka pulang dan pergi bersama ke sekolah secara sembunyi-sembunyi, tapi sekarang Cinta dan Iwan memutuskan untuk memperlihatkan kebersamaan mereka, agar kakak panitia perempuan yang naksir Iwan berhenti mengganggu Cinta.
Cara tersebut memang ampuh, kakak panitia yang naksir Iwan walaupun dengki tidak berani lagi mengganggu Cinta secara terang-terangan karena takut dimarahi oleh Iwan. Mereka hanya berani mencibirkan bibirnya ketika mereka melihat Cinta dan bertemu dengan Cinta.
"Uweek!" kata Yessi menirukan suara dan raut wajah orang mau muntah ketika berpapasan dengan Cinta.
"Bau apa ini, ya ampun, bau sekali seperti bau selokan, pantas saja Yessi jadi pengen muntah!" kata salah seorang panitia di kelompok Yessi, disambut tawa riuh yang lainnya.
"......"
Cinta memilih untuk tidak ambil pusing dengan apa yang mereka lakukan, karena Cinta merasa akan sangat membuang-buang waktu dan tenaga kalau dia melayani orang orang yang hatinya dipenuhi sifat iri dan dengki.
'Ha! Jarak antara aku dan mulut mereka ke hidung milik mereka jelas lebih dekat mulut mereka, siapa yang tahu kalau bau selokan itu asalnya dari mulut mereka sendiri yang suka berbicara buruk tentang orang lain,' cibir Cinta dalam hati sambil melangkahkan kaki meninggalkan kelompok Yessi yang sangat menyebalkan.
Cinta yakin kalau mereka tahu dia adalah adik perempuan pria yang mereka sukai, mereka pasti akan merasa malu dan sangat menyesal.
"Oke, semangat Cinta! Jagoan menangnya memang selalu di akhir!" gumam Cinta menyemangati dirinya sendiri.
Iwan tidak hanya menunjukan bagaimana dia dengan setia mengantar jemput Cinta saat pergi dan pulang sekolah tapi dia juga kerap mengunjungi Cinta di ruang kelasnya dengan berbagai alasan.
Kebersamaan mereka ini mulai menjadi pusat perhatian baik dari panitia maupun dari para peserta orientasi siswa baru.
Cinta juga mulai mendapatkan perlakuan istimewa dari para panitia, sampai-sampai apel pagi hari Cinta dilarang untuk ikut karena mereka khawatir Cinta akan jatuh pingsan lagi. Tapi, bukan Cinta namanya kalau tidak memaksa ingin ikut upacara pagi dan tidak memedulikan bagaimana khawatirnya pihak panitia."Santai saja kak, aku nggak akan pingsan kok, soalnya aku sarapan banyak tadi pagi," kata Cinta kepada kakak panitia yang melarang dia untuk ikut upacara.
"....." Panitia itu hanya mengangkat bahu tidak berdaya, yang penting dia sudah mengingatkan Cinta mewakili panitia lain. Jadi kalau ada apa-apa Iwan tidak bisa menyalahkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Cerita Cinta
ChickLitNovel ini menceritakan tentang kisah perjalan hidup seorang gadis bernama Cinta sejak masa remajanya hingga dia dewasa dan mulai mengenal arti kasih sayang yang sesungguhnya antara pria dan wanita. *** Raka muncul tiba-tiba setelah lama menghilang d...