Sementara itu di sudut sebuah kota di Pulau Kalimantan, di sebuah universitas ternama, Raka sedang sibuk menghitung uang di tangannya.
Raka sudah kembali dari liburannya di Kota Bunga dan kembali sibuk dengan kegiatannya antara kuliah dan mencari uang karena ayahnya yang seorang pensiunan pegawai kecil BUMN tidak dapat mencukupi kebutuhan dan biaya kuliahnya saat ini.
Raka yang memiliki tinggi di atas rata-rata orang Asia dengan kulit sawo matang, dan wajah tampannya sebenarnya sangat digandrungi oleh para gadis. Namun karena dia terlalu sibuk kuliah dan bekerja, Raka tidak sempat untuk melihat tatapan memuja dari gadis gadis di sekitarnya. Satu satunya gadis yang sempat menarik perhatiannya itu hanyalah Cinta yang dia temui di Kota Bunga.
Setelah menghitung-hitung uang di tangannya dan merasa cukup untuk makan di kantin, Raka pun melangkahkan kaki menuju kantin kampusnya.
"Hai bro, kemana saja sih kamu? Aku cariin dari tadi nggak ketemu," tegur Setia sambil merangkul bahu Raka dan menarik sahabatnya itu untuk duduk bersama.
Raka hanya tersenyum menanggapi kata-kata sahabatnya itu, Raka dan Setia merupakan sahabat sejak kecil karena rumah mereka yang berdekatan. Bedanya, Setia merupakan anak orang menengah ke atas sedangkan Raka adalah anak orang menengah ke bawah. Namun kondisi itu tidak menghalangi persahabatan mereka, hingga mereka sama-sama memutuskan kuliah di universitas yang sama walau jurusan mereka berbeda.
Berbeda dengan Raka yang cenderung cool, kalem dan tidak banyak bicara, Setia merupakan pribadi yang ramah dan banyak bicara. Mungkin itu yang menyebabkan persahabatan mereka langgeng karena mereka berdua saling mengisi kekosongan antara satu dan lainnya.
"Begini bro, aku punya kerjaan buat kamu, entah kamu ada waktu atau tidak," kata setia dengan ekspresi serius.
Namun keseriusannya langsung terpecah ketika pelayan kantin menyodorkan daftar menu. Raka mengambil daftar menu dan mencatat pesanannya lalu pemuda itu menyerahkan kepada Setia, sahabat Raka itu langsung menulis pesanannya juga.
"Kerjaan apa?" tanya Raka santai sambil bertopang dagu menatap sahabatnya yang sedang menulis pesanannya.
Raka menggelengkan kepalanya melihat pesanan Setia yang berderet deret, entah bagaimana sahabatnya ini bisa memiliki nafsu makan yang besar tapi tidak juga bertambah berat badannya.
"Anak relasi papah aku, dia ingin masuk universitas ini dan butuh bimbingan agar bisa lolos tes masuk," jelas Setia sambil memberikan catatan pesanannya kepada pelayan kantin.
Pelayan kantin itu pun berlalu ke dapur kantin untuk menyampaikan pesanan Raka dan Setia.
Setia mengalihkan pandangannya dari pelayan kantin itu kepada sahabatnya yang menatapnya dengan tatapan jahil.
"Kamu naksir dia ya?" tanya Raka terus terang sambil tersenyum menggoda Setia.
Baru kali ini Raka melihat sahabat kecilnya menatap seorang gadis dengan begitu intens, sebagaimana yang dilakukannya sekarang.
"Sssttt...!!! Jangan keras-keras nanti dia kabur duluan sebelum aku dekati," kata Setia sambil menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya sendiri, mengingatkan Raka.
"...." Raka terkekeh melihat sahabatnya itu salah tingkah, Raka menatap gadis pelayan kantin dengan rasa ingin tahu. Pemuda itu melihat gadis pelayan kantin tersebut memang cantik dan memiliki bentuk tubuh yang proporsional, tapi tetap saja tidak dapat mengalahkan sosok dan wajah Cinta di dalam hatinya.
"Hey! Jangan lihatin dia terus! Nanti kamu naksir juga aku yang repot, masa aku harus bersaing dengan sahabat aku sendiri!" Kata Setia tegas.
Raka tersenyum simpul, "Masih jauh dari gadis yang aku taksir," katanya dengan sikap acuh tak acuh.
"Sejak kapan kamu naksir seorang gadis?" cibir Setia heran.
"Apa maksud kamu? Aku laki-laki normal, wajar kan kalau aku naksir seorang gadis?" tanya Raka sambil menendang kaki Setia yang ada di depannya dengan kesal.
"Ish, bukan itu maksudku, selama ini aku belum pernah lihat kamu naksir seorang gadis pun, wajar kan kalau aku tanya kapan kamu mulai naksir pada seorang gadis," Kata setia sambil nyengir jahil menggoda sahabatnya.
"Tapi kalimat kamu itu berkonotasi negatif! Orang yang mendengarnya bisa aja salah paham, kamu nggak takut gadis yang kamu taksir mendengarnya lalu mengira kamu juga bengkok?" kata Raka pelan sambil melirik ke arah gadis pelayan kantin yang sedang sibuk mengantarkan pesanan pengunjung lain.
"......" Setia melihat ke arah gadis yang ditaksirnya, diam-diam dia bersyukur gadis itu berada jauh darinya dan Raka. Benar kata sahabatnya, bisa gawat kalau gadis itu sampai berpikiran negatif kepadanya.
Raka terkekeh geli melihat ekspresi khawatir di wajah sahabatnya. "Takut?" tanya pemuda itu sambil tersenyum jahil.
"Apa? Kenapa aku harus takut....eh iya bagaimana tawaran aku tadi? Kamu minat nggak?" tanya Setia mengalihkan pembicaraan karena hal tersebut benar-benar telah membuatnya merasa tidak nyaman.
"Sepertinya aku tidak bisa mengambil pekerjaan itu, karena jadwalku benar-benar sudah full antara kuliah dan bekerja di cafe kopi, bahkan untuk menjadi ojek online saja aku harus mencuri-curi waktu di antara jadwal kuliah," kata Raka lebih menyerupai keluhan.
"Kan bisa lewat daring, bro," kata setia sambil tersenyum mendengar keluhan sahabatnya.
"Memangnya yang bersangkutan mau belajar lewat daring?" tanya Raka.
"Dia pasti mau, buat dia yang penting bisa lolos ujian dan masuk universitas ini," kata setia sambil menatap Raka meyakinkan.
"Nah itu yang sulit, walaupun dia ikut bimbingan dengan aku, tapi aku tidak bisa menjanjikan bahwa dia pasti akan dapat diterima di universitas ini," kata Raka serius
"Iya sih, aku juga agak bingung dengan persyaratan seperti itu...jadi kamu tidak bisa ya bro? Kalau memang kamu nggak bisa aku akan melemparkan pekerjaan ini kepada teman kita yang lain," kata Setia berusaha memastikan. Sebenarnya bisa saja dia langsung menawarkan kepada yang lain, tapi Setia berpikir Raka lebih membutuhkan tambahan dibandingkan kawannya yang lain.
"Memangnya dia berani bayar berapa sampai menuntut harus bisa lolos dari ujian di kampus ini?" tanya Raka ingin tahu.
Raka benar-benar merasa aneh dengan permintaan klien yang disebutkan oleh sahabatnya itu, kenapa dia tidak datang langsung saja ke kampus? Mungkin saja kampus memiliki solusi yang lebih baik mengenai hal ini dari pada mereka menyewa guru privat sebagaimana yang mereka lakukan pada saat ini.
"Tujuh juta!" jawab Setia terus terang.
"Wah, besar juga ya," kata Raka heran.
"Iya, makanya aku tawarkan ke kamu dulu, kali saja kamu minat , kan lumayan," kata Setia sambil tersenyum menatap Sahabat baiknya itu.
"Aku sebenarnya minat, hanya saja mendengar persyaratannya harus bisa masuk ke universitas ini aku langsung menyerah, soalnya ini kampus bukan punya aku, hehehe," kata Raka sambil terkekeh merasa geli sendiri.
"...."Setia ikut tertawa mendengar perkataan Iwan.
Sahabatnya itu memang benar, bagaimana mungkin bisa menjamin orang lain masuk kampus ini kalau pada kenyataannya dia sendiri di sini hanya sebagai mahasiswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Cerita Cinta
ChickLitNovel ini menceritakan tentang kisah perjalan hidup seorang gadis bernama Cinta sejak masa remajanya hingga dia dewasa dan mulai mengenal arti kasih sayang yang sesungguhnya antara pria dan wanita. *** Raka muncul tiba-tiba setelah lama menghilang d...