Nenek Cinta tampak gembira karena sudah selesai menyiapkan makan malam dibantu oleh asisten rumah tangganya, malam ini dia menyiapkan makanan kesukaan Cinta dan iwan, untuk menghibur hati kedua cucunya yang sedang sedih karena hingga saat ini belum juga bisa menghubungi kedua orang tua mereka.
Sedangkan ruslan sedang sibuk mengerjakan urusan pekerjaannya yang dia bawa pulang karena tidak sempat diselesaikan di kantor.
Nenek Cinta memasuki kamar kedua cucunya dan merasa heran ketika melihat keduanya tidak ada di kamarnya.
"Rus!"
Ruslan melongokan kepalanya di pintu kamar mendengar suara sang ibu yang tampak cemas dan khawatir saat memanggil namanya.
"Ada apa mah?" tanya Ruslan sambil menghampiri ibunya.
"Iwan sama Cinta tidak ada di kamarnya."
"Iwan tadi pamit ke rumah Riki, apa mungkin Cinta juga ikut ke sana?"
"Coba kamu telpon Iwan, tanya apakah Cinta ikut ke rumah Riki?"
"Tapi tadi sepertinya Iwan berangkat sendiri....sebentar mah, aku hubungin Iwan dulu," kata Ruslan sambil bergegas ke kamarnya mengambil ponsel dan kembali lagi ke samping ibunya yang tampak cemas dan gemetaran.
"Hallo? Wan, Cinta ikut sama kamu ke rumah Riki?" tanya Ruslan to the point.
"Gak ada paman, bukannya tadi Cinta ada di kamarnya?" jawab Iwan balik bertanya dari sambungan telpon.
"Aduh...." Ruslan menepuk jidatnya. "Kemana anak itu?" tanyanya seolah kepada diri sendiri.
"Mungkin Cinta hanya jalan-jalan ke luar sebentar paman," hibur Iwan kepada Ruslan.
"......." tiba-tiba Ruslan ingat kalau Cinta tadi sore sempat minta izin ingin jalan-jalan ke simpang kota. "Ya sudah, paman tutup dulu telponnya, paman mau cari adik kamu dulu," kata Ruslan sambil mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban dari Iwan.
"Gimana?" tanya nenek Cinta tanpa menyembunyikan rasa cemasnya.
"Cinta tidak ada di sana mah."
"Kemana anak itu?"
"Sebentar Ruslan cari, sepertinya dia jalan-jalan ke simpang, tadi sore Cinta sempat izin ingin ke simpang kota tapi Ruslan larang."
"O iya, sama mamah juga sempat izin tapi mama larang karena takut ada apa-apa, namanya juga anak perempuan, kalau keluar malam sendirian walaupun gak jauh tetap saja bikin mamah khawatir."
"Ya udah mamah tunggu di rumah aja biar Ruslan yang cari nanti kalau udah ketemu langsung Ruslan bawa pulang," kata Ruslan sambil memijit bahu ibu kandungnya yang sudah berusia 65 tahun itu.
"Ya sudah.....sana cari keponakan kamu."
"......" Ruslan langsung bergegas pergi setelah mencium tangan sang mamah dan pamit.
Sementara itu di rumah Riki, Iwan sendiri jadi tidak bisa konsentrasi mengerjakan tugas kampusnya karena memikirkan Cinta yang pergi tanpa pamit.
"Kalau kamu khawatir lebih baik kita cari saja adik kamu itu, percuma juga kita memaksakan mengerjakan tugas kampus kalau pikiran kamu ke mana-mana," ujar Riki sambil bersandar di kursi belajarnya dan menatap serius pada sahabatnya yang sedang galau.
"Maaf, kalau saja aku tahu Cinta akan nekat keluar malam sendiri seperti ini aku lebih baik mengajaknya ke sini sekalian," kata iwan sambil menghela napas.
"Apakah dia sedang ada masalah?" tanya Riki tanpa menyembunyikan rasa ingin tahunya.
"Tidak ada....mungkin dia hanya cemas karena sudah beberapa hari ini tidak bisa menghubungi kedua orang tua kami di pulau besar," jelas Iwan.
"Kenapa tidak bisa dihubungi?"
"Mereka sedang tugas dinas di pedalaman, mungkin sinyal buruk atau apalah, sehingga sulit untuk dihubungi."
"......"
Riki terdiam, dia merasa wajar jika Cinta menjadi galau ketika tidak bisa menggubungi kedua orang tuanya, bagaimana pun antara anak laki-laki dan perempuan pasti memiliki perbedaan dalam menerima setiap perubahan mendadak dalam hal apa pun yang tetjadi di dalam hidupnya.
"Aku minta maaf Ki, sepertinya aku harus pulang lebih awal," kata Iwan penuh penyesalan.
"Gak papa, biar aku aja yang urus tugas kampus ini, kamu cari saja adikmu itu, bagaimana pun dia masih baru di kota ini, jangan sampai dia tersesat," ujar Riki penuh pengertian.
"Thanks," kata Iwan sambil menepuk bahu sahabatnya sambil mengambil jaketnya yang tersampir di sandaran kursi belajar yang sebelumnya dia duduki. "Aku cabut dulu!"
"Ok! Hati-hati!" sahut Riki sambil mengantar sahabatnya ke depan rumah tempat mobil Iwan diparkir.
Iwan melambaikan tangannya kepada Riki sambil menyalakan mesin mobil, setelah mendapat balasan dari sahabatnya itu Iwan pun menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Riki.
Malam hari di simpang kota bunga, tampak gemerlapan oleh lampu kendaraan dan toko-toko di sekitarnya. hal ini membuat Cinta berdecak kagum baru kali ini dia keluar rumah sendirian dan itu malam hari. Cinta tidak ingat kapan dia bisa keluar malam di kota bunga ini karena selalu saja dilarang oleh nenek dan pamannya.
Cinta tahu mereka khawatir, tapi Cinta juga ingin menikmati pemandangan malam kota seperti saat ini yang kata teman-temannya sangat indah dan itu memang benar.
malam ini Cinta diam-diam keluar dari rumah tanpa setahu dan seizin paman dan neneknya, sedangkan kakaknya Iwan sedang keluar dengan Riki untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.
ketika sampai di deretan rumah makan, Cinta menghentikan langkahnya. gadis itu melihat dua orang anak usia delapan tahun berkeliaran di jalan mereka memasuki rumah makan ramai dengan membawa kecrekan.
"Hei! pergi sana jangan ganggu pelanggan saya!" usir pemilik rumah makan.
Dia menghadang kedua anak tersebut di depan pintu masuk rumah makan miliknya, sambil berkacak pinggang dan memelototi kedua anak tersebut.
"Sebentar saja pak, gak lama, buat kami makan pak," kata salah satu anak dengan nada memelas.
"Kalian bisa baca nggak? Di depan sudah saya tulis di sini dilarang ngamen! Sana pergi!" usir pemilik rumah makan itu lagi dengan kesal.
"Ck! pelit banget! cuma sebentar aja padahal," gerutu bocah yang satunya sambil berbalik pergi.
"Hei! dasar bocah nggak diurus! Suruh orangtua kamu yang kerja cari duit! Jangan tahunya bikin anak tapi gak mau ngasih makan! Dari pada ngamen mending belajar!" oceh pemilik rumah makan itu sebal.
Kedua anak tersebut tidak meladeni kemarahan pemilik rumah makan, mereka berdua berjongkok di tanah tidak jauh dari rumah makan dan tampak saling berbicara pelan seolah ada yang mereka diskusikan sambil membuat garis abstrak di tanah dengan jari telunjuknya.
beberapa pengunjung yang sudah selesai makan keluar dan mendekati kedua anak tersebut kemudian memberikan uang receh kepada mereka.
"Kasian banget kamu masih anak-anak sudah disuruh kerja, orang tua kamu benar-benar tega membiarkan anaknya masih kecil keluar malam untuk cari duit, kenapa nggak mereka saja yang cari uang?" kata pengunjung itu simpati sambil menyodorkan uang seribu rupiah ke masing-masing anak sebelum dia meninggalkan tempat itu.
"....." kedua anak tersebut mengambil uang seribu rupiah itu tanpa dilihat lihat lagi dan memasukannya ke dalam kantong.
Cinta mencibirkan bibirnya pada pengunjung itu, walaupun apa yang dikatakan benar, tapi untuk uang seribu rupiah dengan ocehan panjang lebar yang menyakiti hati anak-anak itu dengan menjelek-jelekan orang tua mereka, itu benar-benar tidak sepadan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Cerita Cinta
ChickLitNovel ini menceritakan tentang kisah perjalan hidup seorang gadis bernama Cinta sejak masa remajanya hingga dia dewasa dan mulai mengenal arti kasih sayang yang sesungguhnya antara pria dan wanita. *** Raka muncul tiba-tiba setelah lama menghilang d...