(END) Bab 25. Kepergian Cinta.

7 5 0
                                    

Keesokan paginya, Raka mengadakan rapat gabungan. Selama rapat berjalan Cinta hanya menundukan kepalanya, sambil sesekali melemparkan pandangan ke luar ruang rapat, tidak sedikitpun matanya mengarah kepada Raka. Sikap Cinta ini membuat Raka menjadi tidak enak hati, hingga dia bolak balik melirik kekasihnya itu.

Setelah semuanya bubar, Cinta pun dengan tergesa mebninggalkan ruang rapat, Raka mencoba mengejarnya, menarik tangan gadis itu dengan paksa dan membawanya ke ruang rapat kembali. Iwan yang masih duduk di ruang rapat dengan cepat menyingkir keluar untuk memberikan kesempatan kepada Raka dan Cinta berbicara.

"Cinta.....kamu pasti marah, aku tahu kamu pasti marah sama aku," kata Raka putus asa.

"Aku memang marah, tapi aku marah bukan sama kamu tapi aku marah pada diri aku sendiri, karena telah menitipkan hati aku pada orang yang salah," sahut Cinta.

"......"

"Harusnya aku tahu, bukan kamu yang memiliki perusahaan ini tapi perusahaan inilah yang memiliki kamu," kata Cinta lagi tanpa dapat menyembunyikan rasa kecewanya.

Setelah mengatakan hal tersebut, Cinta menepis tangan Raka dan berlalu dari hadapannya, Raka hanya diam mematung, menatap Cinta dengan pandangan tidak berdaya.

Keesokan harinya.....hingga keesokan harinya lagi, Cinta tidak lagi datang ke kantor, ketika Raka menanyakan hal itu kepada Iwan, sahabatnya itu hanya mengangkat bahu sambil menyerahkan memo yang berisi tulisan adiknya, Cinta.

'Kak, aku pergi, salam buat mama papa, nenek dan paman, aku mohon biarkan aku sendiri dulu, jangan mencariku.' (Cinta)

Raka hanya mematung memandangi memo singkat itu.

***
Acara pernikahan Raka dan Nina berlangsung meriah, banyak tokoh-tokoh penting yang hadir di sana.

Selama berlangsungnya acara pesta pernikahan tersebut Raka tidak hentinya membayangkan, alangkah bahagianya kalau wanita yang saat ini duduk di pelaminan bersamanya adalah Cinta.

'Kemana perginya Cinta?' tanya Raka dalam hati sambil menyambut salam dari beberapa tamu yang baru saja datang.

Di sampingnya Nina tampak terlihat Cantik dengan kebaya putih yang membalut tubuh rampingnya, kebaya itu dibuat menjuntai panjang ke belakang hingga menutupi kainnya, hanya bagian depan kebaya saja yang selutut hingga masih memperlihatkan kainnya.

Sementara rambutnya yang panjang disanggul dan ditutup dengan rangkaian melati asli yang menebarkan bau harum wangi ke orang-orang yang berada di sekitarnya.

Setelah selesai akad ke dua mempelai mulai memasuki peraduan, Nina duduk di tepi tempat tidur, dengan ragu dia menatap Raka, sementara yang ditatap terus saja menatap ke luar jendela.

"Apakah ada masalah?" tanya Nina sambil mendekati suaminya.

"Tidak," elak Raka.

"Mengapa kamu murung? Bukankah ibi adalah hari bahagia?"

"......." Raka hanya menatap kosong ke arah Nina.

"Ada apa Raka?" tanya Nina dengan suara ditekan dan serius, dia benar-benar ingin tahu apa yang menjadi keresahan suami yang baru saja dia nbikahi tersebut.

"Aku hanya sedang teringat pada seseorang," jawab Raka pada akhirnya.

"Siapa? Apakah dia kekasihmu?" tanya Nina masam.

"Iya, maafkan aku, dia yang datang lebih dulu dari kamu dan sudah sejak lama berada di dalam hatiku," jawab Raka terus terang.

"Apakah kamu menyesal karena telah menikahi aku?" tanya Nina menyembunyikan air matanya dengan menunduk.

"Tidak, aku rasa semua ini memang sudah takdir Cinta kami."

Nina menarik napas dalam diamnya. 'Maafkan aku Raka, aku benar-benar egois,'
batin Nina sedih.

Keesokan harinya Raka kembali memulai aktifitasnya seperti biasa padahal sebenarnya dia memiliki cuti nikah yang panjang.

"Wow! Pengantin baru bukannya liburan dan bulan madu malah ke kantor," ledek Iwan.

Raka hanya tersenyum kecut menanggapi ledekan dari sahabatnya tersebut. "Adikmu terus menghantui aku," sahut Raka getir.

Iwan duduk di hadapan Raka, dipandanginya wajah sahabatnya itu. Raka memang tidak terlihat seperti sedang berbahagia, sebagaimana kebanyakan pengantin baru, sahabatnya itu malah terlihat lesu dan lecek seperti orang banyak pikiran.

"Lupakan Cinta, Raka," kata Iwan dengan nada simpati, karena dia sungguh tidak sampai hati melihat sahabatnya ini terlihat sangat tersiksa, karena kasihnya yang tidak sampai kepada Cinta.

"Bukannya aku tidak mencoba Wan, sudah beruang kali aku mencoba melupakan adik kamu itu namun, semakin aku ingin melupakan, aku malah semakin tidak bisa melupakannya," keluh Raka sedih.

"Apakah istrimu tahu kalau kamu masih mencintai adikku?" tanya Iwan ingin tahu.

"Dia tahu, aku telah mengatakan yang sebenarnya kepada dia tadi malam."

Iwan mengerutkan alisnya mendengar perkataan Raka. "Aku tahu berada di posisi kamu pasti sulit, tapi berada di posisi istri kamu juga tidak mudah,dia pasti merasa sedih dan tertekan ketika tahu suaminya masih menyimpan wanita lain di dalam hatinya."

"Aku tahu, ini juga tidak mudah bagi dirinya, tapi aku juga tidak ingin membohonginya," sahut Raka membalikan badannya membelakangi Iwan untuk menyembunyikan rasa sedihnya.

Iwan menatap sahabatnya itu prihatin,dia tahu Raka dan Cinta telah lama saling jatuh cinta, Iwan adalah saksinya bagaimana mereka berdua  langsung saling tertarik saat pertama kali mereka bertemu,  saat Raka menyelamatkan Cinta di Bandara. Iwan  kemudian mengampiri Raka yang berdiri membelakanginya perlahan menepuk punggung sahabatnya  dan berdiri di sampingnya.

"Kamu harus bisa melupakan adik aku," saran Iwan.

"Itu terlalu sulit Wan," sahut Raka.

"kamu pasti bisa melupakannya.......lupakan dia Raka! Itu yang terbaik untuk kalian bertiga!"

"......" Raka terdiam.

"Lakukan untuk Cinta, jangan sampai dia di cap sebagai perebut suami orang."

Raka memejamkan matanya untuk menghilangkan kesedihan. 'Iwan benar, aku memang harus melupakannya, ini adalah apa yang telah aku putuskan sendiri dan aku tidak bisa mundur lagi karena semuanya telah terjadi.'

Raka memang bertekad untuk melupakan Cinta namun, hati dan pikirannya sama sekali tidak dapat diajak bekerja sama.

Nina sendiri merasa sedih dan tidak berdaya ketika terus menyaksikan suaminya terus mengigau memanggil nama Cinta. 'Ini sudah untuk kesekian kalinya Raka memanggil nama Cinta di dalam tidurnya......andai aku sebelumnya tidak memotong hubungan mereka, mungkin saat ini keduanya tetap bersama dan bahagia,' batin Nina pahit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(End) Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang