Bab 9. Membantu Menjelaskan

12 7 0
                                    

"Baiklah kalau begitu semua sudah beres, kakak keluar dulu jangan lupa nanti kalau Dwi datang tolong bantu kakakmu yang tampan ini untuk menjelaskan padanya," kata Iwan dengan gaya narsisnya sambil meninggalkan Cinta setelah menepuk sayang kepala adik perempuannya itu.

"....." Cinta terdiam.

Setelah kepergian Iwan ruang UKS kembali menjadi sunyi, tiba-tiba Dwi masuk ke dalam membawa keranjang sampah kosong yang sudah dibersihkan, dan menaruhnya di dekat pintu masuk.

Cinta langsung menegakan tubuhnya dan memasang senyum termanisnya ketika dia melihat Dwi datang mendekat ke arahnya, Dwi membalas senyum Cinta.

"Sudah mendingan?" tanya Dwi ketika berada di dekat Cinta dan melihat wajah Cinta tidak lagi pucat tapi mulai merona merah.

"......" Cinta mengangguk sambil terus memperhatikan kakak panitia di hadapannya itu dengan seksama. Cinta mencoba mencari jejak kemarahan dan kecemburuan dari wajah manis Dwi namun itu tidak dapat dia temukan.

'Apakah dia tidak cemburu, atau terlalu pandai menyembunyikan perasaannya?' Cinta bertanya-tanya di dalam hati melihat Dwi tampak biasa saja dan seperti tidak terganggu.

"Kenapa nasi uduknya tidak dihabiskan?" tanya Dwi heran melihat nasi uduk yang masih tersisa di piring.

"Aku sudah kenyang kak, itu porsinya benar-benar  terlalu banyak....oh iya kak, sepertinya aku sudah bisa kembali lagi mengikuti acara orientasi, karena aku merasa sudah agak baikan," kata Cinta sambil turun dari tempat tidur UKS.

'Benar saja kedatangan pria terkasih memang bisa membangkitkan semangat dan membuat sehat yang sedang sakit,' batin Dwi antara sedih dan ikut berbahagia ketika melihat keberuntungan gadis di hadapannya itu.

"Kamu benar sudah merasa sehat?" tanya Dwi memastikan.

"......" Cinta mengangguk sambil tersenyum.

"Baiklah, kalau terasa pusing lagi cobalah untuk istirahat dan tidak memaksakan diri," nasehat Dwi serius.

"Yakin Kak," kata Cinta sambil kembali menganggukkan kepalanya mendengar nasehat kakak kelasnya yang baik hati itu.

"Itu bagus," kata Dwi sambil tersenyum.

Dwi membereskan makanan yang tidak habis dimakan oleh Cinta, dan merapikan kembali tempat tidur UKS, sementara Cinta hanya berdiri mematung memerhatikan kesibukan kakak kelasnya yang cantik itu.

"Kak, kakak kenal sama kak Iwan?" tanya Cinta berusaha membuka pembicaraan tentang Iwan dengan Dwi.

"Hanya sekadar tahu, tapi tidak akrab," jawab Dwi acuh tak acuh.

Cinta terdiam mendengar jawaban acuh tak acuh Dwi, jujur kalau bukan karena sudah menawarkan diri untuk Ikutan membantu kakaknya menjelaskan hal yang sebenarnya kepada Dwi, Cinta pasti akan lebih memilih untuk  tidak ikut campur dalam masalah ini, mau Dwi salah paham atau tidak itu juga sebenarnya bukan urusannya.

Entah kenapa Cinta tiba-tiba saja merasa menyesal karena sudah menjanjikan kepada kakaknya untuk ikut menjelaskan hal yang sebenarnya kepada Dwi.

"Kak Iwan itu kakak kandung aku, aku kepingin tahu dia sudah punya pacar atau belum?" tanya Cinta pura-pura serius.

"......"

Dwi terkejut mendengar pengakuan Cinta, tadinya dia pikir Cinta adalah kekasihnya Iwan, siapa sangka kalau ternyata gadis ini sebenarnya adalah adik kandungnya Iwan.

"Kenapa kakak diam? Apakah pertanyaan aku sangat sulit untuk dijawab?" tanya Cinta penasaran.

"Kamu benar adik kandungnya Iwan?" tanya Dwi masih tidak percaya.

Bagaimana mungkin Dwi percaya kata-kata Cinta, sebab selama ini yang dia tahu, Iwan sama sekali tidak pernah mengungkapkan kalau dia punya adik perempuan.

Dwi memang tidak pernah dekat dengan Iwan, tapi dia selalu mencari tahu semua hal tentang pria idamannya itu dan Iwan memiliki adik perempuan ini benar-benar berita baru baginya. Dwi yakin yang lain juga pasti tidak ada yang tahu akan kabar ini.

"Iya kak, aku adik perempuan kak Iwan, tadinya aku tinggal sama orangtua aku di pulau Besar, lalu aku pindah ke sini dan tinggal bareng kak Iwan di rumah nenek aku dari papah," jelas Cinta sambil tersenyum.

Dwi bengong melihat cara Cinta tersenyum, itu memang mirip sekali dengan cara Iwan tersenyum. Dwi jadi bersemangat kembali ketika mengetahui bahwa dia masih punya kesempatan untuk mendekati Iwan.

"Aku benar-benar tidak menyangka Iwan memiliki adik perempuan, tadinya aku pikir kalian pacaran," kata Dwi malu-malu.

"Yah, kalau yang lain berpikir seperti itu tidak jadi soal, asal jangan kak Dwi saja," kata Cinta sambil tersenyum.

"Eh? Maksud kamu apa?" tanya Dwi bingung.

"Asal kakak tahu saja, aku disuruh kak Iwan menjelaskan masalah ini ke kak Dwi, supaya kakak tidak salah paham," kata Cinta sambil mengedipkan sebelah matanya disambung dengan senyuman.

"Sungguh?" tanya Dwi tidak percaya.

"Iya, tapi tolong soal hubungan antara aku dan kak Iwan jangan disebar dulu ya kak, nanti di akhir orientasi kami sendiri yang akan menjelaskan secara langsung kepada semuanya," pinta Cinta.

"Tentu," kata Dwi sambil tersenyum.

Dwi berpikir masalah Iwan dan Cinta adalah kakak beradik memang sebaiknya mereka sendiri yang menjelaskan kepada semuanya, walaupun tadi selintas Cinta memberikan sinyal bahwa Iwan menaruh perhatian padanya, Dwi tetap menjaga jarak aman, kecuali Iwan sudah menyatakan cintanya secara langsung.

"Kalau begitu aku keluar dulu kak, aku mau ikut acara orientasi lagi, terimakasih sudah merawat aku tadi," kata Cinta dengan tulus.

"Sama-sama, aku juga mengucapkan terima kasih karena kamu mau  memberitahukan informasi hubungan di antara kalian yang sebenarnya," sahut Dwi dengan riang tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

"....." Cinta hanya menganggukkan kepala dan tersenyum kemudian dia meninggalkan ruang UKS dengan langkah ringan, seolah terbebas dari belenggu yang berat.

'Suruh siapa dia disukai kak Iwan? Kalau tidak kan aku tidak perlu repot-repot untuk menjelaskan soal hubungan kami yang sebenarnya,' kata Cinta dalam hati.

Sesuai dugaan Cinta di sekolah mulai tersiar kabar bahwa Iwan sedang mendekati siswi baru bernama Cinta.

Awalnya Cinta hanya bersikap acuh tak acuh, namun lama kelamaan kabar itu cukup mengganggu juga, terutama di saat Cinta harus menghadapi kecemburuan kakak panitia perempuan yang menaruh hati pada kakaknya.

Sebagaimana yang dialami Cinta saat ini, di kantin dia tanpa sengaja bertemu dengan rombongan kakak panitia perempuan yang naksir Iwan, sikap mereka benar- benar membuat Cinta kesal.

Saat Cinta mau mengambil botol saos, tiba-tiba botol itu sudah diambil duluan oleh kakak panitia itu, ketika Cinta melihat ke arahnya dia malah memperlihatkan wajah judesnya. Cinta terpaksa makan mie polos tanpa kecap, sambel atau pun saos, karena semua itu sudah berpindah tempat sebelum Cinta mengambilnya dan Cinta terlalu malas untuk meminta semua itu ke ibu kantin.

"Huh! Apa sih menariknya anak baru ini sampai dikejar kak Iwan? Cupu, jelek, nggak ada menariknya sama sekali," komentar salah satu kakak panitia itu sinis.

"Punya Semar mesem kali hihihi," cetus yang lain.

Cinta hanya diam saja tidak menanggapi hinaan mereka, dia dengan santai makan mie ayamnya seolah-olah tidak mendengar apa yang mereka suarakan.

(End) Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang