"Nama aku Cinta," sambut Cinta hangat.
Cinta merasa senang bisa kembali bertemu lagi dengan Raka yang sudah lama sekali dia impikan.
Sebelumnya Cinta sempat menyesali kenapa mereka tidak sekalian saja saling bertukar alamat dan berkenalan.
"Aku sudah tahu," sahut Raka sambil tersenyum simpul.
Cinta terdiam mengerutkan keningnya ketika mendengar pengakuan jujur Raka yang mengatakan bahwa pria tampan itu sebenarnya sudah mengetahui namanya.
Seingat Cinta ketika mereka bertemu saat sebelumnya, dia sama sekali belum pernah menyebutkan namanya di depan Raka sekalipun kecuali tadi.
"Kamu tahu namaku dari mana?" tanya Cinta menatap Raka dengan heran.
"Tahu dari Iwan, waktu di bandara aku sempat mendengar dia memanggil nama kamu Cinta," jawab Raka jujur.
Cinta ingat saat sedang berbicara dengan Raka di bandara kakaknya memang telah memanggil namanya dan sepertinya nama itu langsung diingat oleh Raka sebagai namanya.
'Daya ingatnya bagus juga,' kata Cinta di dalam hati sambil tersenyum menatap Raka yang juga sedang memandangnya, mereka berdua saling bertukar senyuman.
Iwan menatap Cinta dan Raka dengan perasaan aneh, entah kenapa dia merasa seperti ada yang tidak biasa dengan sikap keduanya, Iwan seperti melihat dua orang yang sedang dimabuk cinta.
'Jangan bilang Cinta naksir Raka dan Raka juga naksir Cinta,' pikir Iwan bingung.
Jelas Iwan merasa bingung pasalnya Cinta dan Raka baru bertemu untuk yang kedua kalinya, bagaimana mungkin mereka jatuh cinta? Iwan merupakan salah satu orang yang tidak mempercayai adanya cinta pada pandangan pertama.
"Sebentar....kamu ngapain di bandara?" tanya Riki kepada Iwan dengan ekspresi tidak dapat menyembunyikan rasa herannya ketika tadi dia mendengarkan pembicaraan Raka dan Cinta.
"Aku jemput dia," jawab Iwan jujur.
Riki terdiam saat mendengarkan jawaban singkat temannya, kalau Iwan menjemput Cinta di bandara berarti....
"Memangnya kamu sudah lama kenal dengan Cinta?" tanya Riki tidak dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya.
"....." Iwan hanya mengangguk dan tidak mau menjawab lebih jauh pertanyaan sahabatnya itu.
Riki pun tidak ingin terlalu banyak ikut campur dalam masalah pribadi sahabatnya itu, kemudian dia kembali mengalihkan pembicaraan mereka kembali ke seputar permasalahan penutupan orientasi yang awalnya sedang mereka bahas.
"Penutupan nanti diadakan upacara kan?" tanya Riki pada Iwan.
"Iya, kenapa?" tanya Iwan santai sambil mengambil kue yang ada di depannya, yang sebelumnya telah dihidangkan bersama minuman oleh adiknya.
"Bagaimana kalau saat itu kita panggil perwakilan dari siswa dan siswi untuk secara simbolis menyerahkan piagam penghargaan karena sudah mengikuti orientasi siswa?" tanya Riki serius.
"Ide kamu bagus juga," puji Iwan senang.
"Jelas, panggil namaku terbalik kalau ide aku tidak bagus," canda Riki sambil mulai meminum teh yang tadi disuguhkan oleh Cinta.
Riki mengerutkan kening meminum teh bikinan Cinta, rasanya enak tidak terlalu manis tapi juga tidak sepat karena kurang gula, Riki pikir ini adalah keberuntungan sahabatnya karena memiliki kekasih yang pandai meracik teh, seperti Cinta.
"Wan, aku sama sepupuku boleh menginap di sini nggak?" tanya Riki malu-malu.
"Boleh, bukannya kamu sudah sering kali menginap di sini? Anggap saja di rumah sendiri," jawab Iwan santai.
Dia sama sekali nggak keberatan sahabat dan orang yang menyelamatkan Cinta menginap di rumah neneknya. Lagi pula kalau pun dia cerita kepada paman dan neneknya soal siapa Raka dan bagaimana Dia sebelumnya telah menyelamatkan Cinta, mereka pasti akan dengan senang hati menerima Raka dan Riki menginap di situ.
Riki merasa lega mendengar jawaban Iwan sementara Raka merasa bahagia karena dia bisa lebih mengenal Cinta dari dekat.
Mereka berbicara dan bersenda gurau hingga malam, dari ruang tamu pindah ke gazebo di halaman rumah, agar tidak mengganggu sang nenek dan pamannya yang butuh istirahat setelah kerja lembur.
Awalnya Riki biasa saja melihat Cinta di situ karena dia pikir gadis itu sedang melakukan pendekatan dengan keluarganya Iwan.
Namun dia mulai curiga ketika sudah jam sepuluh malam dilihatnya Cinta masih saja di situ dan belum juga pulang.
"Kamu nggak pulang? Ini kan sudah malam, jangan bilang kamu juga pengen nginap di sini?" canda Riki sambil tersenyum.
"....." Cinta dan Iwan terdiam dan saling tatap tidak berdaya, sepertinya masalah ini memang sudah tidak bisa disembunyikan lagi dari Riki.
Raka hanya tersenyum simpul melihat Iwan dan Cinta tampak kehabisan kata-kata, Raka sama sekali tidak ingin ikut campur dalam hal ini, karena dia berpikir sepertinya Iwan dan Cinta menyembunyikan hubungannya kepada Riki karena alasan tertentu.
"Kamu mau menginap di sini juga? Memangnya orangtua kamu nggak nyariin?" tanya Riki lagi kepada Cinta.
"Nah kamu sendiri menginap di sini memangnya nggak dicariin sama orangtua kamu?" tanya Iwan kepada Riki setengah meledek.
"Aku beda aku laki-laki, dia perempuan, kalau kamu benar sayang sama Cinta kan harusnya kamu bisa menjaga dia dengan baik. Jangan sampai Cinta jadi gunjingan buruk karena menginap di rumah laki-laki walaupun kalian pacaran, kalian bukan suami istri, jadi tidak pantas jika Cinta ikut menginap di sini," ujar Riki panjang lebar.
Riki salah satu orang yang tidak mendukung dan sangat menentang adanya pergaulan bebas di kalangan anak remaja seusianya, dia tidak akan segan untuk mengingatkan kawan-kawannya agar tidak melakukan hal tersebut, sebagaimana yang saat ini dia lakukan kepada Iwan dan Cinta.
"Oh aku lupa kalau kamu memang tidak pernah dicariin sama orang tua kamu, jadi tidak masalah kamu pulang ke rumah atau nggak," canda Iwan.
"....." Riki terdiam mendengar candaan menyindir dari sahabatnya itu.
"Sudah kak, kasihan kak Riki, kasih tahu saja kebenarannya," kata Cinta sambil melihat Riki dan tersenyum.
"Kebenaran apa?" tanya Riki heran.
"Kamu kan tadi tanya kenapa dia tidak pulang?" tanya Iwan kepada Riki.
"Iya," jawab Riki singkat.
"Dia tidak pulang karena rumahnya memang di sini," kata Iwan dengan wajah serius, dia tidak ingin sahabatnya terus menerus salah paham akan hubungannya dengan Cinta.
"Kalian berdua...."
"Kami saudara kandung," jelas Iwan cepat memotong kata-kata Riki.
"Saudara kandung?" tanya Riki sambil membelalakkan matanya tidak percaya.
"Iya kak Riki aku ini adik kandung kak Iwan, aku baru saja pindah ke sini," kata Cinta ikut menjelaskan kepada Riki.
"Mereka memang kakak beradik," timpal Raka sambil tersenyum melihat sepupunya tampak kebingungan.
"Kamu juga sudah tahu? Kenapa tidak bilang dari awal?" Protes Riki kepada Raka.
"Kamu tidak tanya," sahut Raka kalem.
"Astaga jadi hanya aku yang tidak tahu?" kata Riki merasa aneh sendiri.
"....." Iwan, Cinta dan Raka sama-sama menganggukkan kepalanya memandang Riki sambil tersenyum.
"Tapi di sekolah...."
"Itu hoax!" Sahut Iwan cepat memotong kata-kata sahabatnya itu.
Riki tampak tertawa geli ketika mengingat bagaimana hebohnya gosip yang beredar di sekolah yang membicarakan soal hubungan Iwan dan Cinta.
'Seperti juga aku, mereka semua ternyata telah tertipu dengan berita hoax itu, benar saja apa yang dikatakan pepatah bahwa apa yang terlihat belum tentu menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi,' batin Riki merasa malu sendiri dengan sikapnya kepada Cinta, sebelum dia mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Cerita Cinta
ChickLitNovel ini menceritakan tentang kisah perjalan hidup seorang gadis bernama Cinta sejak masa remajanya hingga dia dewasa dan mulai mengenal arti kasih sayang yang sesungguhnya antara pria dan wanita. *** Raka muncul tiba-tiba setelah lama menghilang d...