❍ Bintang arah (Scorpio)

118 49 10
                                    


    Fana berjalan tertatih, luka di kakinya belum sembuh. Netranya menangkap sosok Scorpio yang sedang termenung di depan gerbang sekolah.

"Fana." Fana berbalik, dia sudah berusaha mengabaikan gadis itu namun tampaknya justru gadis itu yang memanggilnya.

"Hm?" Fana menaikkan alisnya.

"Boleh gue jalan bareng Lo kekelas?"

"Tumben nggak bareng Aries," ucap Fana.

    Pio nampak terdiam membuat Fana merasa sedikit bersalah, entah apa yang sebenarnya terjadi di antara kedua kekasih itu.

"Mood Aries kayaknya lagi nggak bagus," jawab Pio ragu.

      Fana sedikit memperhatikan mata Pio yang bengkak, tampaknya gadis itu menangis semalaman, tapi itu bukan urusannya.

    Fana hanya mengangguk lalu berjalan mendahului Pio. Dia juga tak ingin mencampuri urusan Pio, mereka baru saja kenal tidak mungkin gadis itu langsung sok akrab.

"Fan," panggil Pio.

"Kenapa?" Fana berbalik dan menatap mata Pio.

"Lo kenal sama Aries?"

"Kenal? Gak." Pio meneguk ludah mendengar jawaban dingin Fana.

    Fana memang mengatakan yang sejujurnya, bahkan dengan Pio sendiri mereka tidak saling mengenal. Fana mengabaikan gadis itu lalu melanjutkan langkahnya.

"Aura Lo sama dia mirip banget." Pio menatap punggung Fana dari belakang.

"Mirip?"

Pio mengangguk lalu menjawab, "persis, aura yang kalian keluarin, tatapan mata dingin dan satu lagi."

Fana mengerutkan kening, berusaha tak tertarik dengan ucapan Pio.

"Apa?"

"Ada sesuatu yang rasanya sulit di jelaskan, namun kalian sangat mirip." Pio menjelaskan.

    Fana mengedikkan bahu, merasa tidak ada kemiripan dirinya dengan Aries.

"Perasaan Lo aja kalik, bisa jadi karna Lo kangen dia." Pio tercekat.

    Ucapan Fana memang benar, dia merindukan Aries, sejak kemarin cowok itu tak menghubunginya. Bisa saja ucapannya tadi memang hanya karna dirinya merindukan kehadiran Aries sehingga menganggap Fana mirip dengan Aries.

"Lo mau disitu terus?" tegur Fana saat Pio tak bergerak dari posisinya.

"Maaf."

    Fana melanjutkan langkahnya, diikuti Pio di belakangnya. Tak ada percakapan, Fana yang memang sulit mengakrabkan diri dengan orang lain sedangkan Pio yang terus menatap punggung Fana.

๏๏

"Ries!"

Aries, cowok itu berbalik, dengan ogah-ogahan menatap dingin ke arah gadis yang memanggilnya.

"Aries kamu kenapa?" Pio menatap Aries yang diam saja tak berniat menjawab pertanyaan Pio.

   Tangan Aries terselip di kantong celananya, hoodie tebal menutupi tubuh cowok itu, rambut acak-acakan dan kantong mata hitam melengkapi wajah tampannya. Pio tau, kekasihnya sedang tidak baik-baik saja.

"Aries," lirih Pio berusaha keras menahan air matanya.

"Apa?" balas Aries dingin.

"Hiks... Kamu kenapa? Jangan gini dong, ceritain semuanya ke aku. Kalau kamu lagi marah, lampiasin aja amarahmu ke aku Ries." Aries terdiam.

Find Me Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang