❍ Ketulusan

90 30 18
                                    


"Fana!" Fana berbalik, di sana ada Lintang, Zora dan Eid sedang tersenyum.

"Kekelas bareng yok," ajak Lintang, Fana tetap terdiam di posisinya dengan tatapan datar yang tak pernah berubah.

"Fana, kucing aku kamu yang temuin?" Fana menggeleng.

"Haumea."

"Haumea? Itu mantra atau doa-doa, kok gue baru denger." Lintang memukul kepala Eid.

"Nama orang," jawab Fana singkat, pagi ini dia malas membuka mulut walau hanya sekedar menyapa seseorang, namun sialnya dia harus bertemu dengan mereka.

"Oh makanya kalau ngomong tuh yang jelas." Eid menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Udah jelas, Lo aja yang nggak ngerti," balas Fana cuek.

"Terima kasih yah Fana, akhirnya Shou bisa barengan sama Zenith lagi," lirih Zora.

Fana menatap Zora, wajah manis gadis itu tampak masih lembab, matanya bengkak, pasti semalam cukup lama menangis karna kucing bernama Shou itu.

'Ck' dasar Haumea!' batin Fana mengumpati Haumea, jika saja Haumea benar-benar membawa pulang kucing abu-abu itu, pasti Zora masih histeris mencarinya.

"Fana, kamu nggak mau mempertimbangkan ulang ajakan aku waktu itu?" bisik Zora, Fana mengingat sejenak kejadian di kantin waktu itu.

Fana berjalan di depan sejajar dengan Zora, sedangkan Lintang dan Eid di belakang mereka. Hal itu tentu saja mendatangkan tatapan tak suka terkhusus untuk Fana.

"Nggak," tolak Fana mentah-mentah.

"Ih, padahal banyak yang mau masuk Aerglo, tapi kok kamu nggak mau sih." Zora cemberut.

"Yaudah ajak mereka aja, gue nggak mau." Fana tetap berjalan dengan tatapan datarnya.

Zora menghela napas lelah, namun dia tak ingin menyerah. Kali ini dia benar-benar bertekad mengajak Fana, gadis itu menarik baginya.

"Yaudah sampai bertemu lagi nanti yah Fana." Zora melambaikan tangannya.

Fana mengangguk singkat, lalu memasuki kelas dengan tenang. Lintang terlebih dahulu mengantar Zora kekelasnya.

Bruk....

Baru saja Fana duduk, seorang gadis sudah menyambutnya dengan gebrakan di meja.

"Apa?" Fana mengangkat alis, masih pagi sudah ada saja yang berani menganggu kedamaiannya.

"Jadi ini cewek suram yang berani dekatin Lintang dan Aerglo?"

Fana menutup mata, tatkala air dingin membasahi rambutnya, dengan tenang Fana mengusap wajahnya yang basah.

Gadis itu menatap Fana dengan senyuman miring di wajahnya. Fana benci itu, dia berjanji akan menghilangkan senyuman yang sombong dari gadis menyebalkan di hadapannya.

"Mau Lo apa?" tanya Fana.

Fana memicingkan mata, memperhatikan nama yang tertera di name tag gadis di hadapannya ini.

"Giza Devandra, itu nama Lo kan?" gadis itu melotot menutupi name tagnya.

"Jawab gue, apa mau Lo?!"

"Lo yang seharusnya jawab." Fana berdiri menatap tajam mata Giza.

"Gue punya hak untuk nggak menjawab!" sentak Fana tersenyum miring.

Giza meneguk saliva kasar, entah mengapa aura dingin yang di keluarkan Fana cukup membuatnya merinding ketakutan.

Fana menarik tangan Giza ke arah jendela, mendorong gadis itu lalu memegang kepalanya melihat ke arah bawah.

Find Me Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang