❍ Cinta (?)

79 25 0
                                    


"Piantu," panggil Morgan langsung merangkul bahu Pian.

"Piantu apaan? Pintu? Pian hantu? Atau piatu?" Pian menyipitkan matanya curiga.

"Serah sih sebebas Lo aja," jawab Eid terkekeh.

"Muka Lo di tekuk gitu kenapa?" Pian menatap Lintang, lalu mendekat dan memeluk lengan Lintang.

"Tang, tolongin gue."

"Tolongin ape? Lo butuh duit?" Lintang mengerutkan alis bingung.

"Di putusin pacar?" tanya Aries ikut nimbrung.

   Eiden, Pian, Morgan dan Lintang seketika menatap Aries.

"Lo Aries?" panik Morgan histeris.

"Anjir, ini beneran Aries woe. Ariessss astaga!" teriak Pian.

"Prik." Satu kata itu membuat Pian dan Morgan terdiam.

"Kenapa sih kalian? Emang gue kenapa?" Aries memeriksa sekujur tubuhnya.

"Yah Lo kemarin-kemarin tiba-tiba berubah, Pio sampe khawatir banget sama Lo." Lintang menjelaskan, Eiden tak bisa berkata-kata hanya menatap Aries dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Nggak usah natap gue kayak gitu yah nyet." Aries mengusap wajah Eid.

"Anjim, asem banget tangan Lo. Habis makan ikan kering Lo?" Eiden misuh-misuh.

"Terasi!" Eiden menatap Aries shock.

"Sesungguhnya terasi di tangan Aries lebih nikmat daripada luka yang kau tancapkan pada hatiku." Lintang, Morgan dan Eid menatap Pian dengan raut wajah aneh.

"Teman Lo pada kenapa sih Tang?" Lintang mengedikkan bahu, lalu pergi bersama Aries, meninggalkan tiga orang konyol itu.

"Lo habis kebentur Yan?" tanya Eid dengan wajah penasaran.

"Lo disakitin siapa Yan? Ngaku Lo, puitis banget. Sampe nusuk jantung," gurau Morgan.

    Pian menatap keduanya bergantian sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal.

"Ehhh anjir kita di tinggal!" teriak ketiganya menyadari Lintang dan Aries telah meninggalkan mereka pergi.

□ ✧ □

"Lintang," panggil Fana.

    Lintang menoleh, sedikit tersenyum, sangat jarang gadis itu yang menyapanya lebih dahulu.

"Kenapa Fan?"

"Nggak papa sih, manggil doang." Lintang menekuk wajah sedikit kecewa. Fana yang menyaksikan ekspresi itu tertawa.

"Lo nyebelin yah," ketus Lintang lalu mengacak pelan rambut Fana, Fana seketika berhentu tertawa lalu menetralkan wajahnya.

"Eum sory," lirih Lintang menyadari aura berbeda dari Fana.

"Gak, gak papa. Gue yang salah."

   Keduanya saling terdiam, Lintang diam-diam menatap wajah tenang Fana yang mengalihkan pandangan ke arah jendela.

"Fana, Lo itu pintar kan. Apa ada sesuatu yang selalu Lo pelajari tapi sampai sekarang nggak memahami apapun?" Fana seketika menatap Lintang.

    Fana menatap sekeliling, riuh rusuh, beberapa kekantin lalu yang lainnya tidur di belakang bahkan beberapa diam-diam memperhatikan Lintang, kelas sedang kosong guru mata pelajaran tidak masuk.

"Ada?" tanya Lintang sekali lagi, menatap Fana tetap menunggu jawaban.

"Heum mungkin," jawab Fana menyangga kepalanya di atas meja dengan kedua tangan.

Find Me Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang