❍ Rubah kecil pencuri

104 46 17
                                    


"Hap!" teriak seorang gadis sambil melompat dari dinding tempatnya duduk tadi.

"Haumea." Gadis itu cengengesan mendengar namanya keluar dari mulut Fana.

"Bolos sekolah lagi?" Fana terus melanjutkan langkahnya tanpa menoleh pada Haumea.

"He'em, sekolah itu sangat membosankan," ungkap Haumea.

   Dia kemudian berjalan mendahului Fana, berjalan mundur agar tetap bisa menatap wajah Fana.

"Ck' sekolah yang benar jangan keseringan bolos," ucap Fana datar.

   Fana memperhatikan Haumea dari ujung rambut sampai ujung kaki, tinggi anak SMP itu sudah hampir sama dengannya. Seragam Haumea berantakan, baju yang di keluarkan dan rok yang hanya sebatas lutut, lalu tas samping yang di sampirkan di atas kepala, gambaran bocah pemberontak.

"Aish Fana, aku nggak sepintar kamu. Jadinya menurutku sekolah itu membosankan. Aku butuh kebebasan," celetuk Haumea merentangkan tangannya.

Pletak....

"Ih sakit Na, dasar menyebalkan!" protesnya saat jentikan tangan Fana mendarat mulus di dahinya.

"Cari cara belajar yang kamu sukai, lalu cintai cara belajarmu."

   Haumea mendesis, dia benci kata belajar. Memangnya sukses bisa di raih hanya dengan belajar? Haumea hanya ingin kebebasan.

"Assalamualaikum, Fana pulang."

"Ibu Alinaaa, Haumea datang yuhuuuu," teriak Haumea.

    Fana memutar bola mata malas, kebiasaan Haumea jika datang kerumahnya, gadis itu anak merusuh seolah rumah Fana taman bermain anak baginya.

"Eh upss, maaf ibu, om hehe." Haumea cengengesan saat menyadari di ruang tamu itu tak hanya ada Alina.

   Alina dan Farez tersenyum simpul, sama sekali tak mempermasalahkan tingkah Haumea.

"Fana, ibu udah masak di dalam. Ajak Haumea makan yah," perintah Alina. Fana hanya mengangguk.

   Fana dan Haumea berjalan ke dapur membiarkan Alina dan Farez.

"Sssht Fana," bisik Haumea.

"Hm?"

"Siapa om tadi? Ganteng buset." Fana bersiap menjentikkan jarinya namun Haumea berhasil menghindar.

"Dih nyebelin! Na jawab dong!"

"Om Farez, teman SMA ibu," jawab Fana ogah-ogahan, Haumea mengangguk-angguk.

"Kayaknya orang kaya." Haumea tersenyum miring, sebuah ide cemerlang terlintas di kepalanya.

Tak....

  Fana meletakkan piring di meja dengan sekali hentakan, Haumea tersentak kaget.

"Jangan coba-coba menjadikan om Farez target kamu Haumea!"

"Aish, orang kaya itu ladang duit buat kita. Mereka ada hanya untuk memuaskan orang miskin seperti kita Fana," ucap Haumea sedikit jengkel.

"Makan!" Haumea menuruti Fana, dengan sigap dan lahap memakan makanannya.

"Masakan ibu selalu yang terbaik," pujinya masih mengunyah.

"Kunyah dulu baru ngomong." Haumea mengangguk lalu menelan makanannya perlahan.
 
  Fana dan Haumea menghabiskan makanannya, mencuci piring kotor mereka lalu beralih ke kamar Fana.

"Hufth, kamar Fana selalu nyaman dan bersih." Haumea menghempaskan dirinya ke atas ranjang Fana.

   Fana membuka gorden membiarkan cahaya matahari masuk. Lalu membuka atap kamarnya, menampakkan langit biru yang cerah di atas sana.

Find Me Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang