❍ Citrine Family

82 26 2
                                    

"Woi Eid, itu kaki Lo kena muka gue anjir."

    Eid berbalik menatap Morgan tak suka, padahal kakinya berada disana sebelum Morgan.

"Yeh Lo yang sengaja duduk di bawah kaki gue. Dasar bawahan!"

"Diam kalian, gue pusing ngerjain tugasnya kalian malah sibuk berantem!" ketus Pian mengacak rambutnya frustasi.

"Derita Lo!" ejek Morgan dan Eid barengan, Pian mendelik tak suka.

     Aerglo boy sedang berada di rumah Pian sore ini, niatnya ingin mengerjakan tugas namun malah Morgan dan Eid bersantai ria, sedangkan Pian di sibukkan dengan angka dan rumus memabukkan.

     Lintang dan Aries? Jangan tanya, mereka berdua tengah berenang di kolam belakang rumah Pian.

"Aaaas jastul dong!"

"Jastul apaan Yan?" Morgan melempar kulit kuacinya sembarang arah.

"Jasa tulis." Pian semakin frustasi, angka di bukunya itu membuat dirinya lemas tak berdaya.

"Istirahat dulu kalik Yan, sok rajin Lo. Biasanya juga malas-malasan nungguin Aries atau Lintang yang ngerjain." Pian menggaruk tengkuknya.

   Benar kata Eid biasanya dia hanya ikut berleha-leha bersama Morgan dan Eid, masa bodoh dengan tugas, entah bujukan darimana dirinya mau mengotak-atik buku ber-angka itu.

"Sini, gue terima jasa tulis." Pian memicingkan matanya curiga pada Morgan.

"Serius anjir, tapi satu huruf sepuluh ribu yak," ucap Morgan menaik turunkan alisnya.

"Buset mahal bener, Lo berniat ngebantu atau ngerampok sih?"

"Dua-duanya," jawab Morgan santai.

"Ogah, lagian tulisan Lo jelek. Malas gue." Pian meluruskan kakinya, merasakan darahnya mengalir setelah duduk melipat kaki beberapa saat.

"Lo remehin gue?" Eid ikut menatap Morgan tak yakin.

"Emang." Morgan seketika menjitak kepala Eid dan Pian bergantian.

"Sialan. Lagian yah, gue sekalian nulis resep dokter, makanya mahal," ucap Morgan santai

"Pala bapak kau."

"Di dalam tanah," jawab Morgan dan Eid. Pian menggeleng dengan senyum tertekan.

"Gelap."

"Kayak hidup Lo," lirih Morgan dan Eid.

"Kompak bener nge-bully gue."

    Morgan dan Eid saling menatap, lalu menatap Pian dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Soalnya Lo bully able gitu Yan," jawab Eid bertos ria dengan Morgan.

Tok ... Tok ....

"Kayaknya ada yang ngetok pintu deh." Morgan dan Pian mempertajam pendengaran.

"Nggak ada Eid, Lo salah denger kalik."

"Maklum Gan, udah tua," ucap Pian santai berhasil mendapat hadiah lemparan bantal tepat di wajahnya.

Tok ... Tok ....

    Ketukan di pintu semakin keras, membuat Eid yakin dengan pendengarannya, dia malas berurusan dengan kedua mahluk astral di sampingnya lebih memilih beranjak sendiri berinisiatif membukakan pintu.

"Selamat siang apakah tuan Samudra berada di rumah?" Eid menggaruk tengkuknya.

   Matanya menajam, memperhatikan setiap inci pria di hadapannya, berpakaian rapi dengan jas formal ala pegawai kantoran.

Find Me Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang