CHAPTER 07

7.7K 570 37
                                    

Kencengin vote n comentnya, gue bakal up besok kalo rame.

Selamat pusing

-
-
-

"Gala, maaf. Gara-gara gue lo jadi bonyok gini." ucap Izza saat Gala menariknya ke UKS bersama Reva.

"Bukan salah lo. Gue cuma mau belain sahabat gue." ucap Gala sembari menyentuh pergelangan tangan Izza yang memerah karena cengkraman Naya.

Izza tersenyum, "Thanks Gala."

"Sakit?" tanya Gala.

"Iya." jawab Izza dengan anggukan.

Gala beralih menatap Reva yang sedang memperhatikan dengan ekspresi kesal interaksinya bersama Izza, "Rev, obatin Izza." titah Gala kemudian berlalu.

"Lo mau ke mana?" selidik Reva tetapi tidak dihiraukan sama sekali oleh Gala.

"Gala!" teriak Reva.

"Biarin aja, Rev." Izza menarik Reva agar duduk di kursi dan tidak mengejar Gala karena dia yakin cowok dengan sifat temprament itu akan melakukan sesuatu pada Naya.

Gue nggak nyangka bakal liat sisi lain dari Naya." ucap Reva membuat senyum tipis di bibir Izza kembali merekah.

"Gue udah bilang 'kan sama lo, dia itu munafik." ucap Izza.

Reva mengangguk sembari mengoleskan obat di tangan Izza, "Benar kata lo, Za. Gue nyesel pernah sahabatan sama dia yang ternyata sok polos." ucap Reva.

Reva mengingat saat masih akrab dengan Naya. Gadis itu terlihat misterius dan tidak pernah jujur. Apalagi ketika hal yang selalu bersangkutan dengan Gala, selalu mengatakan tidak tertarik padahal mereka berpacaran membuat Reva membencinya.

"Lihat Nay, senua orang benci sama lo." batin Izza senang.

Benar firasat Izza, Gala sedang mencari keberadaan Naya. Begitu menemukannya, Gala langsung menarik Naya dengan paksa. Membawanya ke gudang peralatan yang sudah tidak terpakai.

"Gala." berontak Naya karena lengannya dicengkram begitu kuat.

"Ikut gue." ucap Gala dengan tatapan tajam dan penuh amarah.

"Gue nggak mau. Lepasin!"

"Lepas Gala!" Tetapi percuma saja karena Gala tidak akan pernah mendengarkannya, bahkan para murid yang berpapasan dengan mereka hanya melihat tanpa mau menolong.

"Masuk lo." titah Gala.

"Nggak mau, lepas!" tolak Naya.

Gala membuka pintu lalu menarik Naya masuk. Naya berusaha kabur tetapi dengan cepat Gala kembali menariknya, menutup pintu gudang itu dan menguncinya.

brak

Kemudian dengan kuat Gala mendorongnya hingga terjatuh di sofa usang yang berdebu membuat Naya meringis.

"Aww."

Belum cukup keterkagetan Naya, Gala menendang kursi di sana hingga berantakan, suara nyaring membuat Naya ketakutan apalagi setelah itu Gala mengukungnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu mau apa?" tanya Naya, dia menahan tubuh Gala agar tidak menindihnya terlalu dekat.

Gala menyeringai, "Takut? Bukannya cewek murah kayak lo selalu welcome." ejek Gala membuat tatapan takut Naya berubah tajam.

"Tajam juga tatapan lo, padahal selama ini lo pura-pura lemah di depan gue."

Ucapan Gala sontak membuat Naya memalingkan wajahnya ke samping, berusaha mengatur kembali ekspresinya seperti biasa dan menormalkan detak jantungnya yang berdebar cepat. Naya sakit hati karena ucapan Gala, membuatnya tanpa sadar menatap tajam.

Gala menarik tengkuk Naya dengan paksa, agar gadis itu mau menatapnya. Gala kembali menyeringai sembari menatap wajah cantik yang dulu tidak pernah bosan dia lihat.

Rasa cinta masih ada bahkan sepertinya tidak bisa hilang, tetapi rasa sakit karena pengkhianatan itu membuat Gala begitu muak untuk menatap Naya meski hanya sedetik.

"Minggir." sentak Naya.

Gala menyingkir, mengambil sesuatu dari dalam lemari yang biasa dia gunakan untuk menyimpan barang-barangnya ketika membolos. Lalu Gala melemparkan benda itu pada Naya dan duduk di sampingnya.

"Obatin gue!" titah Gala.

Naya terdiam, dulu Gala tidak pernah mau diobati olehnya. Jika Naya menyentuh Gala sedikit saja, maka Gala akan marah besar. Kemudian berakhir menyiksa fisik dan berkata-kata kasar.

"Cepat!" bentak Gala.

Naya dengan cepat membungkus kotak P3K itu. Mengeluarkan alkohol, obat merah dan kapas. Naya perlahan mengobati wajah Gala yang babak belur dengan hati-hati.

Sesaat mereka merasa hubungan itu masih baik-baik saja. Naya yang sabar menemani Gala meski selalu bersikap temparamen dan memarahinya.

Gala memejamkan mata menikmati setiap sentuhan Naya. Sembari mengingat jika dulu Naya tidak pernah protes dengan segala kekurangannya.

Gala begitu mencintai Naya, dengan caranya dia berusaha menjaga keutuhan Naya sebelum semua itu hancur secara tiba-tiba.

"Maafin Nino udah buat kamu kayak gini." Ucapan Naya kembali membuat Gala meradang.

brak

Gala menendang meja di depannya, sehingga kotak P3K itu ikut terjatuh. Lalu Gala mencengkram dagu Naya, menatap matanya penuh amarah.

"Gala." cicit Naya.

"Jangan sebut nama dia di depan gue, Naya!" peringat Gala.

"Kenapa?"

Gala tertawa penuh luka, "Lo bilang kenapa?! Persahabatan kita hancur dan lo penyebabnya!" sarkas Gala.

"Maaf."

"Jangan bilang maaf terus, Naya! Gue bosen dengernya!" bentak Gala, dia semakin mengeratkan cengkramannya hingga Naya meringis dan memajamkan mata, menahan sakit.

"Tatap gue! Buka mata lo!" bentak Gala lagi.

Ketika Naya membuka mata, air matanya keluar begitu deras, terisak penuh ketakutan dan kesedihan.

"Jangan nangis!" teriak Gala.

"Kurang gue apa sampe lo ngekhianatin gue, Nay!" lirih Gala, air matanya ikut turun membasahi pipi.

"Gala, aku__."

"Lo butuh uang, hah? Gue bisa kasih Naya! Gue bisa kasih." teriak Gala, dia mendorong Naya kemudian berdiri. Mengusap wajahnya kasar lalu menendangi semua barang di sana.

"Arghhhh!!!"

"Sialan!"

"Brengsek!"

"Gala." panggil Naya.

Gala berbalik, lalu mengukunga dan menatap Naya tajam, "Malam ini, jam 7 datang ke taman dekat apartemen gue!" ucap Gala.

"Awas kalo lo nggak datang. Foto itu bakal gue posting di situs sekolah!" ancam Gala.

"Gala, jangan." pinta Naya.

Gala menyeringai, "Lo takut? Gimana kalo itu terjadi? Lo tau 'kan selanjutnya apa?" ucap Gala membuat Naya menggeleng kuat dan menangis.

"Say goodbye sama cita-cita." lanjut Gala.

Gala kemudian berlalu tetapi sebelum membuka pintu gudang, dia kembali berbalik menatap Naya.

"Lo tau 'kan nanti malam gue mau minta apa? Jadi berpakaianlah seperti jalang."

Malam ini, Gala berniat akan membuktikan semuanya dengan cara sendiri.

"Kalo semuanya benar, bersiaplah Naya. Lo, Nino dan janin lo itu akan mati di tangan gue!"

"Gala, maafin aku."

Sepeninggalan Gala, Naya menangis terisak di gudang. Memeluk dirinya sendiri tanpa tau harus berbuat apa dan mengatakan apa.

"Tolong dengerin penjelasan aku, Gala."

-
-
-

Dengan cara apa Gala membuktikan Naya masih virgin atau tidak?

Mari berpikir😍

14 DAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang