CHAPTER 32

6.9K 475 47
                                    

Gue pastiin cerita ini bakal happy ending, seperti yang kalian inginkan kok...

-
-
-

Nino menghentikan langkah kakinya di depan sebuah bangsal yang dijaga ketat oleh beberapa orang berpakaian jas hitam, dengan ekspresi dingin dan sangat datar dia memberi kode pada salah satu dari mereka untuk membuka pintu itu.

"Mau kabur, hmm?" Seringai mengerikan terukir dari bibir Nino. Dia kembali menutup pintu dan menguncinya lalu melangkah mendekat, menghampiri gadis yang menatapnya ketakutan.

Reva, kekasihnya itu sedang mencoba untuk kabur dengan mengaitkan sprei ke jendela yang bisa dibilang usaha percuma karena bangsal itu berada di lantai paling atas.

"Pergi lo!" Reva melangkah mundur.

"Mau kemana sayang?" tanya Nino, sangat lembut tetapi begitu mengerikan untuk Reva.

"Lepas!" berontak Reva ketika Nino menarik dan mencengkram lengannya.

"Lo itu lagi sakit sayang, nggak boleh keman-mana dulu." Nino tertawa seperti orang yang tidak waras.

"Gue nggak sakit! Lo yang gila! Pergi!" teriak Reva.

Nino tersenyum simpul lalu mencengkram kuat lehernya, "Lo tau gue sakit 'kan? Harusnya lo dukung dong, bukannya lo tinggalin." Lagi, Nino tertawa keras.

"Gue nggak sudi sama orang gila kayak lo!" sarkas Reva.

Jika ditanya siapa yang paling tidak waras di antara Gala, Nino dan Bara maka orang yang mengenal mereka akan menyebutkan nama Nino dengan serempak.

Delusi, dan penyakit mental lainnya. Itulah yang membuat ayahnya menarik Nino ke London untuk menjalani pengobatan.

Sejak awal, Reva menjalin hubungan dengan Nino semua karena paksaan. Mengetahui sisi paling kelam dari Nino membuat Reva tidak bisa mencintainya dan selalu berusaha kabur.

Saat Naya baru pindah ke Jakarta dan mengetahui hanya gadis itu yang bisa mengontrol emosi Nino, Reva sempat meminta tolong agar bisa terlepas, tetapi jawaban Naya kala itu membuat dendam dihatinya muncul.

"Terima aja. Nino cinta sama lo, buat dia bahagia. Maka lo akan aman!"

Naya mengucapkannya dengan senyum misterius, dan sejak saat itu Reva tau jik sifat asli Naya tidak jauh berbeda dengan Nino.

Padahal Reva menganggap Naya teman tetapi ketika Nino memperlakukannya dengan buruk bahkan mengambil mahkotanya, Naya hanya diam dan tidak peduli.

Keberuntungan mungkin datang pada Reva, saat Izza datang mulai memprovokasi semua orang untuk menjauhi Naya disaat Nino tidak ada.

Seperti yang Naya lakukan dulu, dia hanya diam melihat semua kebenaran dan ikut membully Naya, bahkan Reva berniat merebut Gala meski tidak menyukai cowok tempramen itu.

"Lo akan menderita Reva!"

Cengkraman di leher Reva semakin menguat membuatnya kesusahan bernafas, Reva menangis, menatap Nino berharap belas kasihan.

"Le, lepas! Lo bilang cinta sama gue, tapi apa yang lo lakuin selama ini ke gue bukan cinta tapi obsesi, sialan!" umpat Reva dengan sisa tenaganya.

"Cinta gue udah mati sejak lo berkhianat." ucap Nino, ekspresinya sangat tenang tetapi tidak dengan cengkramannya.

"Dari awal, gue nggak cinta sama lo!"

Nino tersenyum, "Apa tidak ada sedikitpun rasa untuk gue di hati lo?" tanya Nino.

"Nggak akan!"

brak

Nino melepaskan Reva lalu mendorongnya ke lantai, "Baiklah, jadi gue tau apa yang harus gue lakuin sama lo." ucap Nino, dia merogoh sesuatu di saku jaketnya.

"Mau apa lo!" tanya Reva, dia takut ketika Nino mengeluarkan alat suntik berisi cairan yang mungkin membuatnya kembali tak berdaya.

"Membalas semua yang udah lo lakuin. Termaksud menipu semua orang, mengabaikan ketulusan cinta gue, dan perbuatan lo ke Naya." jawab Nino santai,

Kehamilan itu, tentu saja bohong. Semua Reva lakukan untuk membalas Naya, gadis yang terlihat bodoh di depan Gala tetapi sebenarnya sangat licik.

"Itu pantas buat kalian yang sama-sama gila!" teriak Reva, dia berusaha kabur tetapi Nino dengan cepat menangkapnya lalu menyuntikan cairan itu.

"Cukup segini, nanti lo sendiri yang akan memilih mati atau hidup." ucap Nino dengan tawa yang memgerikan disisa kesadaran Reva.

"Lo cantik kalo nurut begini." kekeh Nino lalu mencium kening Reva dan menggendongnya. Menaruh Reva di atas brankar, menutupi tubuhnya dengan selimut layaknya orang sakit.

-
-
-

"Eugh." Bibir Gala mengeluarkan lenguhan kecil dan tangannya bergerak perlahan, membuat Nino dan Bara yang sedang menunggu di ruangan itu langsung menghampirnya.

"Gala!" panggil Bara. Melihat pergerakan lagi dari Gala, dia segera menekan tombol darurat.

"La, buka mata lo." ucap Nino sembari menggoyang pelan lengan Gala.

Mata Gala terbuka, dia memperhatikan dua sahabatnya yang sedang menatap khawatir.

"Syukurlah." lega mereka.

"Kalian kenapa?" bingung Gala.

Lalu ketika memperhatikan ruangan yang terasa asing, Gala mengernyit, "Gue di mana?" tanya Gala.

"Lo jangan gerak dulu, Gal." ucap Bara ketika Gala berusaha duduk.

"Gue kenapa? Ini di mana?" tanya Gala lagi.

"Lo di rumah sakit." jawab Nino.

"Kenapa? Kecelakaan apa?" Lagi, Gala mencecar mereka dengan banyak pertanyaan. Lalu setengah kilas balik tentang kecelakaan itu terlintas di otaknya membuat nafas Gala memburu dan sesak.

"Gala, lo istitahat dulu ya." ucap Bara.

Gala menggeleng, sembari mencengkram dadanya, dia menatap Bara, "Naya. Di mana Naya?" tanya Gala.

"Dia baik-baik aja." jawab Nino.

"Anak gue? Anak gue gimana!"

"Gal, lo yang tenang." ucap Bara.

"Argghhhh!" Gala mengerang kesakitan di kepalanya, bertepatan dengan itu dokter datang dan langsung memeriksa Gala.

"Sepetinya Gala masih syock dan ada trauma. Mungkin saat sadar nanti dia akan seperti tadi dan saya harap kalian selali mendampinginya." jelas sang dokter ketika Gala kembali tertidur setelah diberi obat penenang.

"Baik dok."

Nino dan Bara menggela nafas setelah kepergian dokter itu. Mereka mengusap wajahnya kasar, terlihat frustasi dan juga bingung.

Satu jam kemudian, Gala kembali sadar dan yang pertama kali Gala tanyakan adalah Naya.

"Di mana Naya?"

"Lo sembuh dulu, nanti gue bawa ketemu Naya." jawab Nino.

"Gue kenapa sebenarnya? Kemaren gue masih kencan di taman sama Naya. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?" tanya Gala membuat Nino dan Bara saling menatap heran.

"Gal,--."

'Berita Wattpad terkini. Penemuan sepasang tengkorak di taman Villa tulip - Bekasi, tadi pagi oleh pekerja proyek bangunan menggemparkan warga sekitar. Diduga tengkorak itu adalah pasutri pemilik Villa yang 2 tahun lalu dilaporkan hilang rekan terdekatnya'

Mendengar berita itu, Bara dan Nino saling melirik dan tubuh mereka menegang, sedangkan Gala mengernyit seperti sedang mengingat sesuatu.

"Villa keluarga Izza." ucap Gala.

"Kemungkin itu orang tuanya dan mereka dibunuh. Tapi kita belum tau siapa pelakunya." ucap Nino.

"Gue ke lokasi dulu." pamit Bara.

-
-
-

Sampe sini udah paham belum yang gila siapa? Cuma orang gila yang disakiti ngerasa b aja....

Spoiler biasa ya,,, di IG PESONA_CHAN

14 DAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang