CHAPTER 19

6K 471 24
                                    

-
-
-

"Ada apa di Bandung?"

"Di Bandung ada kebun bunga tulip ungu, lo harus ke sana Gala."

Jawaban Izza semalam yang diselingi galak tawa seperti orang gila membuat Gala kesal. Ada satu hal yang mengganjal dipikiran Gala tetapi dia tidak tau apa itu, semuanya buntu dan terasa abu-abu.

"Sial! Apa gue harus ke sana? Tapi di mana tempatnya." gumam Gala, dia berpikir keras hingga sakit di kepalanya kambuh.

Lalu tiba-tiba Gala menyeringai ketika melihat Naya berjalan sendirian di koridor, dia segera menghampirinya dan menarik Naya dengan paksa.

"Gala." kaget Naya.

"Diam!" bentak Gala karena Naya berusaha melepaskan cengkramannya.

"Mau kemana? Kelas bukan ke arah sini?" protes Naya.

"Lo pikir kita lagi jalan sambil gandengan mesra ke kelas!" cibir Gala. Lalu dia berbelok arah, membawa Naya ke pintu belakang, tempat para murid untuk kabur karena ingin bolos atau terlambat masuk.

"Bukan gitu. Ta,__."

"Bacot lo bisa diam nggak sih!" sela Gala dengan bentakan.

"Gala, gue nggak mau bolos. Ntar lagi ujian, kita harus belajar." ucap Naya lagi ketika Gala mendorongnya masuk ke dalam mobil.

brak

Gala memukul badan mobil lalu menatap Naya tajam, "Persetan dengan semua itu bitch! Hari ini, gue mau bersenang-senang." ucapnya dengan seringai yang menakutkan.

Gala menutup pintu mobil dengan kasar lalu dia mengendarainya sangat kencang seperti orang yang tidak waras.

Wajah Naya terlihat cemas, duduk dengan gelisah sembari meremas ujung rok, pandangannya menatap keluar dan sesekali memperhatikan Gala. Dia seperti tau apa yang nanti cowok itu lakukan padanya.

Perlahan wajah Gala memucat, pandangannya sedikit kabur dan sakit di kepalanya kembali muncul mumbuat Gala meringis sembari memegang kepalanya.

"Kamu kenapa?" tanya Naya ketika melihat keanehan Gala.

"Gue bilang diam! Sialan!" bentak Gala, dia sangat tidak suka jika dikasihani.

Gala memarkirkan mobilnya di basement apartemen. Setelah turun, dia kembali memaksa Naya agar ikut bersamanya dan ketika sampai di dalam unit, Gala langsung membawa Naya ke kamar, melemparnya ke ranjang dengan kasar. 

"Awshh!" Naya meringis kesakitan.

Gala mengambil sesuatu dari laci nakas lalu menarik Naya yang ingin pergi.

"Ini obat baru. Kalo yang kemaren nggak mempan sekarang gue bakal cobain yang ini." ucap Gala sembari mencengkram pipi Naya agar mulutnya terbuka.

"Nggak." tolak Naya, dia menutup mulut dengan rapat dan menggeleng kuat.

Gala mendorong Naya, menindih kaki Naya yang sudah dia rapatkan agar tidak memberontak. Tangan kirinya menahan kedua tangan Naya di atas kepala, lalu tangan kanannya memasukan obat itu ke dalam mulut Naya dengan paksa.

"Buka mulut lo!" titah Gala.

Berhasil, Gala tersenyum puas. Dia melepaskan kukungannya dan berdiri menatap Naya yang sedang terbatuk-batuk.

"Kenapa kamu jahat banget sih, Gal!" isak Naya.

Senyum Gala memudar, tangannya kembali mencengkram di leher Naya, "Lo yang jahat! Lo tau 'kan gue benci pengkhianat! Tapi kenapa harus lo yang ngkhianatin gue, Naya! Kenapa harus lo!" marah Gala, dia kembali mendorang Naya ke ranjang, lalu pergi dari sana.

14 DAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang