CHAPTER 23

6.2K 460 53
                                    

Udah dapet clue dari semua misterinya? Kalian yang ikut berpikir bareng gue, hebat! Meski pada salah sih😅😅😅

-
-
-

Gala berangkat sekolah seperti biasa, baju dan penampilannya yang berantakan layaknya berandalan sama sekali tidak menguragi kadar ketampanan yang dia miliki.

Kemana kakinya melangkah, Gala tetap menjadi pusat perhatian semua orang yang memujanya.

Pagi itu mood Gala sangat buruk, dia terus saja memikirkan ucapan Naya dan juga tidak bisa tidur karena suara pengingat yang begitu berisik dari ponselnya.

Sudah berapa kali Gala mencoba menghapus pengingat itu tetapi tidak pernah berhasil dan terus muncul, mengganggu ketenangannya.

Semua yang Gala pikirkan tidak lebih membuatnya bingung dari apa yang dia lihat saat ini.

Nino dan Naya berjalan santai di koridor sembari melempar senyum, tidak ada luka sema sekali di tubuh mereka padahal semalam Nino babak belur karena serangannya dan lutut Naya juga terluka karena terbentur tembok dengan keras.

Luka di wajah Gala, masih tercetak jelas tetapi tidak dengan Nino dan Naya. Penampilan mereka terlihat seperti kemarin tidak ada yang terjadi apapun membuat otaknya semakin tidak waras.

"Woi Gala! Kenapa lo?!" Bara datang menepuk pundak Gala dengan kuat membuatnya meringis dan tersentak kaget.

Gala menoleh, menatap nyalang Bara lalu pergi begitu saja tanpa sepatah katapun karena dia sedang malas menanggapi cowok itu.

Bara selalu saja mengoceh dan menyindirinya, seolah apa yang Gala lakukan selalu salah tanpa tau apa penyebab Gala melakukan semua itu.

"Sialan!" dengus Gala.

"Gala!" panggil Bara.

Mengabaikan Bara, Gala pergi ke rooftop tempat ternyaman untuk menyendiri selain gudang. Tetapi sesampainya di sana, Gala mendengar suara lirih samar-samar seseorang sedang berbicara.

"Iya dok, saya akan secepatnya ke sana."

Izza menelpon dengan ekspresi yang tidak pernah Gala lihat sebelumnya. Sangat datar tetapi juga terlihat terluka, mata gadis itu juga tampak berkaca-kaca dan nafasnya terdengar berat.

"Siapa yang Izza telpon? Dokter?" batin Gala.

Mendengar langkah kaki mendekat, Izza langsung memutuskan sambungan telponnya lalu menoleh, keningnya mengernyit karena Gala menatap dengan ekspresi sangat dingin.

"Gala." panggil Izza.

"Lo lagi apa?" tanya Gala.

"Lagi duduk."

Gala menghela nafas, dia mengambil duduk di samping Izza dan pandangannya tak lepas menatap Izza yang terlihat santai.

"Orang tua lo apa kabar? Gue udah lama nggak ketemu mereka." tanya Gala karena setelah 2 tahun menghilang, semenjak kembali ke Jakarta, Izza tinggal sendiri di apartemen dan kedua orang tuanya tidak pernah terlihat sama sekali.

"Mereka baik-baik aja kok."

"Lo masih sering disiksa sama mereka?" tanya Gala.

Kenangan itu terekam jelas diingatan Gala, ketika gadis berseragam SMP itu selalu datang ke sekolah dengan memar diseluruh tubuh karena penganiayaan yang dilakukan orang tuanya.

Izza tersenyum miris, kenangan itu memang sangat pahit dan menyakitkan untuk diingat tetapi tidak bisa dilupakan dengan mudah.

"Nggak kok." jawab Izza dengan gelengan.

14 DAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang