Semoga akhir bulan, cerita ini bisa tamat n nggak hiastus lagi. Hehhe..
-
-
-Tepat jam 7 malam Naya sampai di taman, tempat yang Gala perintahkan untuk datang. Di sana Gala sudah menunggunya dengan tatapan datar dan tanpa ekspresi.
"Datang juga lo?" sinis Gala sembari memindai pakaian yang Naya kenakan.
Dress panjang selutut berwarna tosca, dress yang pernah Gala berikan ketika ulang tahun Naya yang ke 18, tepat 3 bulan sebelum mereka putus.
Dress yang selalu membuat Gala terpana ketika Naya memakainya. Tetapi saat ini Gala menatap Naya sinis karena berpikir perempuan itu berniat menggodanya.
Tanpa membuang waktu, Gala langsung menarik Naya ke mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka bertemu. Lalu melajukan mobilnya dengan kencang membuat Naya ketakutan.
Gala sengaja melakukannya, dia juga tidak membiarkan Naya memasang seatbelt sehingga ketika Gala mengerem, Naya akan terdorong ke depan. Kepala Naya sesekali terbentur dashboard dan kadang juga mengenai perutnya.
Melihat Naya yang semakin pucat, Gala tersenyum tipis tetapi dia juga kesal karena Naya seperti tidak merasakan kesakitan sama sekali.
"Gala, hati-hati. Jangan ngebut." ucap Naya.
"Lo takut?" cerca Gala.
Naya menggeleng, "Nggak, gue nggak mau lo terluka."
Gala berdecak, "Mending lo ngelukain fisik dari pada hati gue, Naya." Gala muak dengan Naya yang pura-pura baik dan polos di depannya, tetapi di belakang menusuk begitu dalam.
Naya menunduk, memegang kuat dashboard itu agar tidak kembali tersungkur ke depan ketika Gala mengerem karena laju mobilnya saat ini semakin kencang
ckit
brak
Tetapi badan Naya yang mungil tidak kuat menahan lajunya hingga ketika Gala mengerem kepalanya kembali menabrak dasboard dengan kuat.
"Seenggaknya kening lo berdarah, cukup beruntung." ucap Gala ketika Naya meringis, mengusap keningnya yang memerah.
Gala turun dari mobil setelah memarkirkannya, lalu menarik Naya turun dengan paksa.
"Gala, ini__." Wajah Naya langsung pucat ketika menyadari kemana Gala membawanya, rumah sakit.
"Kenapa? Lo nggak berpikir gue bawa ke hotel 'kan?" sinis Gala.
"Bukan gitu, lo mau apa?" Naya sangat khawatir dengan apa yang akan Gala lakukan padanya.
Gala menyeringai, "Menurut lo?" lalu dengan kasar Gala menariknya.
"Gala, aku nggak mau. Please jangan." pinta Naya, air matanya sudah jatuh begitu deras membuat semua orang menatap heran
Gala menghentikkan langkahnya lalu berbalik menatap Naya, "Apa yang lo pikirin?" tanya Gala.
"Lo mau nyuruh gue aborsi?" cicit Naya.
Gala tertawa, "Terus setelah itu kita bisa bersama? Lo pikir gue nerima bekasan!" Gala kembali menarik Naya menuju ruangan spesialis kandungan.
"Buktiin! Kalo lo masih suci gue bakal bersimpuh minta maaf di depan semua orang. Tapi kalo nggak, bersiap aja." ucap Gala dengan nada ancaman lalu mendorong Naya masuk ke dalam ruangan itu.
Lama menunggu dengan gelisah, akhirnya Naya keluar bersama seorang perawat. Setelah itu Gala menerima sebuah surat pernyataan dari dokter tentang Naya.
Gala tersenyum, menatap intens Naya yang menunduk takut sembari meremas ujung dressnya dengan kuat. Lalu tiba-tiba Gala menyeretnya dengan kasar.
Sesampainya di parkiran, Gala langsung mendorong Naya hingga terduduk di aspal. Naya meringis sekaligus menangis terisak, tatapan Gala saat ini seperti ingin membunuhnya.
"Bangsat!"
brak
Emosi Gala semakin tidak terkendali, dia menarik Naya lalu mendorongnya hingga terbentur badan mobil. Setelah itu mencengkram leher Naya dengan sangat kuat.
"Siapa, Nay!? Siapa!?"
Surat itu menyatakan Naya sudah tidak virgin dan sedang mengandung 5 minggu, tepat kepulangan Nino sebulan yang lalu.
Gala semakin yakin jika yang Nino ucapkan adalah kenyataan dan tidak terima karena dengan ekspresi tanpa malu, Naya datang mengaku sedang mengandung anaknya.
"Gala maaf."
"Bilang sama gue, Naya!" teriak Gala lagi tetapi Naya hanya menangis terisak.
Ramai orang di sana sambil berbisik-bisik membuat Gala akhirnya membawa Naya pergi dari sana menuju apartemennya.
Tidak peduli dengan ringisan kesakitan Naya. Ketika sampai di dalam unitnya, Gala mendorong Naya ke tembok lalu mengukungnya, tatapan Gala sangat mengerikan.
"Gala."
Gala hanya diam lalu berbalik menghancurkan semua benda yang berada di dekatnya. Naya beringsut ke lantai memeluk tubuhnya sendiri dan menangis karena takut kena amukan Gala.
"Sakit hati gue, bakal lo rasain juga Naya. Gue bakal buat anak lo mati lebih dulu, Nino dan terakhir lo." ucap Gala kemudian dia pergi dari sana meninggalkan Naya sendiri.
"Gala, jangan pergi!"
-
-
-Pikiran kalut Gala membawanya ke bar, tempat dia biasa bersenang-senang. Tatapan tajam Gala mencari mangsa, perempuan yang sedang menari di dance flor.
"Hai cantik, ayo bermain." ucap Gala.
"Boleh."
Baru beberapa langkah, ponselnya bergetar. Ingin mengabaikan tetapi getaran itu tidak berhenti membuat Gala mendengus kesal.
Pesan dari Reva membuat Gala mengurungkan niatnya, dia terpaksa pergi ke rumah Reva saat itu juga.
"Gala!" teriak Reva ketika Gala mengirim pesan jika dia sudah berada di depan rumahnya.
Gala membawa plastik martabak karena Reva memaksa dengan dalih anaknya yang ingin. Senyum terpaksa, Gala memeluk Reva dan mencium keningnya.
"Makasih ya, Gala." ucap Reva.
"Kenapa nggak minta satpam rumah lo yang beliin?" tanya Gala.
"Anak lo yang pengen." jawab Reva sembari bergelayut manja di lengan Gala.
"Ya udah sana masuk, udah malam." ucap Gala.
"Mampir dulu yuk, orang tua gue nggak ada di rumah." ajak Reva.
"Malah nggak baik gitu, gue pulang." Gala berlalu dengan mobilnya meninggalkan Reva yang kesal.
Gala kembali ke apartemen, hati kecilnya berharap Naya masih berada di sana. Sungguh berat menerima kenyataan itu dan melepas Naya dengan mudah adalah hal perkara yang mustahil.
Tetapi rasa kecewa kembali datang, Naya sudah tidak ada di sana. Bahkan apartemennya bersih seperti semula tidak ada pertengkarang.
Mengambil ponselnya, Gala kembali menghubungi Naya, "Datang ke apartemen gue sekarang!"
-
-
-Pusing? Minum latte dulu yuh ☕ biar kagak ngantuk...
KAMU SEDANG MEMBACA
14 DAYS
Teen Fiction"Hanya kamu yang aku mau di dalam hidupku." -14DAYS Naya mengaku hamil pada Gala, pacarnya. Tetapi Gala merasa tidak pernah menyentuhnya dan memutuskan Naya dengan kejam. Lalu seiring berjalannya waktu Gala mengetahui hal yang selama ini tidak dia k...