CHAPTER 14

7.4K 541 51
                                    

-
-
-

eughh

Gala melenguh panjang ketika kesadarannya sedikit terkumpul. Matanya mulai terbuka, lalu yang pertama kali Gala lihat adalah wajah Naya yang menatap khawatir padanya.

"Gala." lirih Naya terdengar samar-samar di pendengarannya.

Seperkian detik Gala mengumpulkan tenaga lalu tiba-tiba dia bangkit dan menarik Naya ke ranjang kemudian mengukungnya.

brak

"Gala." kaget Naya.

"Siapa lo?"

Dengan menatap intens, Gala masih menanyakan hal yang sama seperti sebelum dia pingsan, Indentitas Naya.

"Aku Naya."

"Bohong!" teriak Gala.

Wajah itu memang milik Naya tetapi semua yang terjadi beberapa hari ini tidak mengatakan jika itu adalah Naya.

Naya mengernyit, "Kamu kenapa? Apa yang sakit?" tanya Naya, dia terlihat bingung dengan pertanyaan Gala.

Tangan Naya ingin mengulur menyentuh kening Gala karena kebiasaan cowok itu saat deman atau adalah ngelantur tidak jelas.

"Jangan sentuh gue!!" bentak Gala.

Naya tersenyum pahit, dia lupa jika Gala tidak pernah mau disentuh olehnya, "Maaf." ucap Naya.

Binar mata itu kembali lemah membuat otak Gala semakin pusing dengan semuanya, "Jawab jujur, siapa lo?" tanya Gala dengan bentakan. Entah mana yang benar tentang Naya, Gala tidak tau.

"Aku Naya."

Gala menggeleng, "Nggak lo bukan Naya!"

"Kalo aku bukan Naya, terus siapa?" tanya Naya.

Gala menggeram frustasi, pikirannya seketika buntu. Lagi, Gala menyingkap baju Naya untuk mengecek tanda lahir bulan sabit di atas pinggang Naya. Tanda yang tidak sengaja Gala lihat ketika Naya berganti baju di kamarnya.

"Shiit!!" Tanda itu masih ada di sana, tetapi Gala merasa yang berada di depannya kini bukanlah Naya. Mereka terlihat seperti dua orang yang berbeda dalam satu waktu.

"Gala, kamu kenapa?" tanya Naya.

Gala sudah tidak mengukung Naya, kini dia duduk di lantai sembari menunduk, memegang kepalanya yang terasa sangat sakit, seperti habis dihantam batu besar.

"Jangan mendekat!" teriak  Gala ketika Naya berusaha mendekat untuk mengecek keadaannya yang terlihat pucat pasi dan syock.

Akhirnya Naya ikut duduk di lantai, dengan memberikan jarak yang jauh sembari memperhatikan ekspresi frustasi Gala.

"Kenapa gue bisa di sini?" tanya Gala setelah lama terdiam, tetapi dia  masih menunduk, enggan melihat wajah Naya.

"Tadi kamu pingsan di parkiran cafe." jawab Naya.

"Terus?"

"Ada yang bantuin bawa kamu ke sini." jelas Naya.

14 DAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang