CHAPTER 10

8.7K 547 43
                                    

Emosi nggak? Lanjut kuy....

Pengen double up sih tapi cerita ini chapternya nggak banyak,

Nanti jadi cepat end. Hehe..

-
-
-

Hari ini Gala berangkat sekolah dengan wajah sembab, dia baru pulang pagi tadi karena malamnya dihabiskan dengan mabuk-mabukan di club.

Begitulah cara Gala melupakan semua masalahnya meski hanya sesaat. Gala bahkan tidak peduli dengan acaman yang selalu ayahnya ucapkan.

Dulu Gala memiliki keinginan, meraih masa depan cerah dan menikah bersama Naya. Itulah yang membuatnya bertahan meski titik kewarasannya hampir habis. 

Tetapi sekarang semua berubah, Gala bertahan hanya untuk membalas dendam pada Naya. Mungkin jika itu sudah terwujud, Gala akan tersenyum puas meski harus mendekam di penjara seumur hidup.

Setelah memarkirkan motornya di parkiran sekolah, Gala berjalan di koridor, memindai keadaan sekitar. Tujuannya tentu saja mencari keberadaan Naya.

Menemukan Naya, Gala mengawasi setiap gerak gerik gadis itu dari jauh. Lalu dia mengernyit bingung karena Naya terlihat baik-baik saja.

Seharusnya setelah menyiksa Naya kemaren, ada efek yang tertinggal. Memar, luka gores atau yang lebih parah, Naya keguguran karena saat itu wajahnya sudah terlihat pucat pasi.

"Apa dia bohong tentang kehamilan?"

Lalu Gala menggeleng, "Nggak, gue udah cek kemaren? Atau dia menutupi lukanya dengan make up, berpura-pura baik-baik aja?" Gala bergumam, memikirkan segala macam hal yang mungkin saja terjadi.

Gala tetap tidak menemukan jawaban. Biasanya setelah Gala mengamuk, Naya akan berjalan pelan dan terus menerus meringis, memakai sweater untuk menutupi pergelangan tangannya yang memar.

Tetapi saat ini Naya tidak memakai sweater dan tidak ada memar dimanapun. Padahal kemaren ikatan tali itu sangat kencang, pemberontakan Naya bisa membuat pergelangan tangannya terluka dan berdarah.

Ekspresi Naya juga seolah kemarin tidak terjadi apapun. Terlihat  santai dan biasa tanpa beban. Lalu semua pemikiran Gala langsung buyar ketika Nino datang mengampiri Naya.

"Naya." Nino langsung merangkul pundak Naya dan tersenyum.

"Sialan!" geram Gala karena Naya membalas senyuman Nino dengan sangat manis. Gala tidak terima senyuman yang selalu Naya berikan untuknya kini diberikan pada Nino.

Gala bergegas mendekat lalu tanpa permisi dia menarik Naya dengan paksa dan menatap Nino tajam.

"Mau apa lo?" tanya Nino, dia ikut menarik tangan Naya, membalas tatapan itu tidak kalah tajam.

"Lepasin tangan dia!" sinis Gala.

"Lo aja sih, kenapa harus gue?!"

"Lepasin, sebelum gue hajar!" ucap Gala penuh penekanan membuat Nino tersenyum mengejek.

"Nino." lirih Naya, dia menatap Nino sembari menggeleng lalu melepaskan genggaman tangan Nino perlahan.

Nino menatap kecewa, dia terpaksa melepaskan dan membiarkan Gala membawa Naya pergi.

"Gala mau ke mana?" tanya Naya tetapi Gala tidak menjawab dan terus menarik Naya, menaiki anak tangga hingga akhirnya mereka sampai di rooftop.

Gala melepaskan genggamannya, dia duduk di lantai rooftop dengan tatapan datar dan lurus ke depan. Saat ini dia enggan menatap Naya tetapi juga tidak ingin Naya jauh dari pandangannya.

Naya terlihat bingung karena Gala hanya diam, lalu Naya memilih duduk tidak terlalu jauh dari Gala dan juga menatap lurus ke depan.

Naya maupun Gala tidak tau harus berbicara apa, banyak hal yang kedua insan itu pikirkan dan mungkin sekarang diam itu lebih baik karena jika berbicara, memulai sebuah kata pasti akan berakhir menyakitkan.

14 DAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang