-
-
-Dua orang pemuda berdiri di samping brankar, menatap pilu sahabatnya yang terbaring tak berdaya dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kepala yang diperban karena luka benturan cukup kuat bahkan dokter harus melakukan operasi besar, lalu alat bantu yang menunjang kehidupannya juga terpasang begitu banyak.
Gala sudah koma selama 14 hari setelah kecelakaan yang menimpanya dan Naya. Kondisi Gala saat ini seperti antara hidup dan mati, dia kritis dan detak jantungnya juga sering kali berhenti mendadak.
Nino dan Bara harus siaga berjaga di sampingnya. Sedangkan Toro--ayah Gala, seolah lepas tangan dengan apa yang tejadi pada putranya.
"Gala pasti sadar 'kan?" gumam Nino.
"Gue yakin Gala pasti sadar. Dia pasti bisa melwati masa kritisnya." timpal Bara.
"Luka ini, akhir dari semuanya." Nino mengusap perutnya, terdapat bekas jaitan dari luka tusukan yang belum kering di sana.
Sehari sebelum kecelakaan itu, Nino kembali ke Indonesia untuk mengakhiri semua kebohongan Reva. Nino berniat untuk menceritakan semuanya pada Gala.
Tetapi Nino kalah cepat dengan kelicikan Reva karena dia sudah lebih dulu menahan dan menyekap Naya di gedung kosong untuk membungkamnya.
Berhasil menolong Naya, Nino malah terluka karena serangan dari gadis yang sangat dia cintai. Reva menusuk Nino tepat di perut membuatnya mengeluarkan banyak darah hingga tidak sadar diri.
Bara menoleh, dia tersenyum miris. Semuanya sedang tidak baik-baik saja, tetapi dia tidak tau apapun karena terlalu sibuk dengan kasus misterius 2 tahun menghilangnya Izza yang mulai memperlihatkan titik terang.
Hal yang selama ini Bara cari tahu ternyata mengalihkan semua fokusnya pada Izza, tanpa dia sadari jika kedua sahabatnya yang lain juga sedang mengalami masalah besar.
Nino duduk di kursi, menatap Gala sangat dalam dan penuh penyesalan. "Ini salah gue, harusnya malam itu gue nyegah Reva." gumam Nino.
Malam dimana semua tragedi itu bermula. Saat itu Nino kabur dari pengawasan sang ayah untuk menemui Reva.
Tetapi ternyata gadis itu sedang bermain di club layaknya seorang jalang yang menjajahkan diri membuat Nino menggeram marah.
Nino menarik Reva ke salah satu kamar yang dia pesan lalu memaksanya berhubungan intim di sana, meski itu bukan pertama kali mereka.
Dengan paksaan, Reva tidak terima dan memutuskan Nino lalu kabur saat Nino masih terlelap dalam tidurnya. Ketika sadar dan ingin mencari Reva, dia melihat kekasih dirangkul keluar club oleh Gala.
"Gue akan tanggung jawab kalo lo hamil. Maaf udah ngelakuin semua itu."
Ucapan Gala dan senyum licik yang terukir dari bibir Reva membuat Nino marah dan mengerti apa yang sedang terjadi.
Nino ingin mengejar Gala dan Reva tetapi sebuah telpon mengurungkan niatnya. Naya sedang membutuhkan bantuan Nino dan menurutnya itu lebih penting dari apapun.
"Sialan! Semua ini salah gue." sesal Nino.
Jika saja dia tidak mengikuti kemauan Naya yang pasrah dengan semuanya, mungkin saja itu tidak akan terjadi.
"Kalo takdir gue sama Gala, pasti dia kembali. Lo, lepaskan aja Reva. Dia nggak pantas buat lo yang terlalu tulus."
"Susah Nay. Kayak kayakinan lo tentang Gala, begitu juga gue ke Reva."
"Kalo gitu, ayo relakan saja." Senyum Naya yang begitu menyayat hati Nino, selamanya tidak akan pernah dia lupakan.
"Bukan salah lo, ini udah takdir." timpal Bara karena Nino terlihat sangat frustasi.
"Gue,--."
tiittttt_____________
Suara nyaring dari monitor ICU yang terpasang di tubuh Gala berbunyi membuat mereka panik.
"Monitor ICU-nya berbunyi." ucap Bara.
"Panggil dokter, Bar!" titah Nino.
Bara memencet tombol darurat beberapa kali sedangkan Nino berusaha memanggil nama Gala terus menerus agar cowok itu tersadar.
"Gala."
"Ayo bangun, Gal. Jangan tidur terus." tangis Nino tetapi Gala merespon lain, tubuhnya mengejang membuat mereka semakin panik.
"Gala, wake up!"
ceklek
"Dokter!" panggil Bara ketika seorang dokter dan beberapa perawat datang.
"Saya periksa dulu." ucap dokter itu.
"Kalian tunggu di luar ya." Lalu Nino dan Bara dibawa keluar oleh seorang suster.
Di dalam ruang ICU, dokter dan para suster tak kalah panik.
"Siapkan alatnya!" titah sang dokter.
Seorang suster menyerahkan sebuah alat untuk memacu detak jantung. Lalu dokter itu menempelkannya di dada Gala.
"123."
deg
"123."
deg
"123."
tiiiittt____________
Sepertinya kali ini keberuntungan kembali berpihak pada mereka, jantung Gala kembali berdetak.
"Syukurlah." ucap sang dokter lalu setelah memeriksa keadaan Gala, dia berjalan keluar menemui Bara dan Nino yang sudah pucat pasi.
"Teman kami gimana dok?" tanya Bara.
"Detak jantungnya kembali normal, keadaannya membaik. Saya sudah menyuntik obat dan satu jam lagi akan saya pantau." jelas dokter.
Nino dan Bara bernafas lega, "Kapan Gala akan sadar dokter?" tanya Nino, mungkin saja pertanyaan itu sudah puluhan kali terlontar dari bibirnya.
"Berdoa saja."
Nino mengusap wajahnya kasar lalu menghela nafas panjang. "Gue mau ke ruang sebelah dulu ya." pamitnya kemudian berjalan dengan langkah gontai.
"Oke." jawab Bara menatap kepergian Nino dengan sendu. Bara yakin Nino belum bisa menerima semua yang terjadi, begitu juga dengannya.
"Setelah lo sadar, kita harus jelasin kayak gimana, Gal?"
-
-
-Hayo ada apa di ruangan sebelah???
Hampir tamat dan sini gue kasih....
Spoiler Naxt Chapter....
'Penemuan sepasang tengkorak di taman Villa tulip tadi pagi oleh pekerja bangunan menggemparkan warga sekitar'
Apa yang terjadi?
Gimana kalo seandainya kisah Gala dan Naya berasal dari khayalan salah satu yang melihat penemuan itu?
Spoiler lengkap di IG pesona_chan
KAMU SEDANG MEMBACA
14 DAYS
Teen Fiction"Hanya kamu yang aku mau di dalam hidupku." -14DAYS Naya mengaku hamil pada Gala, pacarnya. Tetapi Gala merasa tidak pernah menyentuhnya dan memutuskan Naya dengan kejam. Lalu seiring berjalannya waktu Gala mengetahui hal yang selama ini tidak dia k...