6

2 0 0
                                    

Arra, Arkha, Artha, dan Bundanya Arkha duduk bersama menghadap makanan yang sudah tersedia. Sarapan yang dibuat oleh Mbok Irah. Sambil berbincang santai mencairkan suasana pagi itu. Sarapan keluarga Arkha kali ini berbeda. Ya, ada Arra yang ikut sarapan bersama keluarga tersebut.

Biasanya mereka hanya sarapan bertiga. Arkha, Bunda, dan Artha. Artha adalah adik Arkha yang hanya berbeda tiga tahun. Oleh sebab itu, wajah mereka sangat mirip.

Bagaimana dengan Ayahnya Arkha? Ayahnya Arkha merupakan seorang tentara. Ia sering keluar kota untuk dinas. Jadi mereka jarang untuk sarapan atau makan malam bersama. Terkadang Ayahnya Arkha masih diperintahkan untuk menjaga perbatasan bahkan menjaga perdamaian dunia.

Sedangkan Bundanya Arkha adalah seorang pebisnis. Ia memiliki sebuah butik yang tidak jauh dari sekolah Artha. Jadi, Artha akan selalu diantar oleh Bundanya. Tetapi, saat pulang sekolah Artha memilih memesan ojek online. Selain harganya lebih murah dibandingkan ojek-ojek yang ada di depan kompleks, Artha tidak perlu naik angkutan umum dan juga ojek pangkalan.

Bagi Arra satu hari yang lalu merupakan hari yang mengejutkan, aneh, dan membingungkan. Untuk pertama kalinya ia menginap di rumah seorang laki-laki. Apalagi di kamarnya, tepat di tempat tidur seorang laki-laki. Ditambah lagi mereka tidur dalam satu kamar. Padahal sebelumnya ia sudah membuat Arra jengkel.

Selain itu, ada satu hal yang aneh. Satu hari yang lalu gosipnya tersebar ke satu sekolah. Entah bagaimana caranya gosip itu bisa tersebar luas. Gosip bahwa ia menyukai cowok bernama Arkha. Cowok yang saat ini duduk di kursi sebelahnya. Cowok yang tidur dalam satu ruangan dengannya.

Dan hal yang membuatnya bingung adalah kenapa dia sampai melakukan hal itu terhadap Arra. Memeluknya saat terkena bola. Membiarkan Arra menginap di rumahnya. Memasakan makanan untuk Arra. Kenapa dia sampai seperti itu. Padahal Arkha tidak perlu sampai seperti itu pun, Arra akan memaafkannya.

Mereka bersiap untuk melakukan aktivitasnya setelah mereka menghabiskan makanan pada piring mereka masing-masing. Artha dan Bundanya pergi bersama menggunakan sepeda motor metik yang lebih rendah dibandingkan milik Arkha.

Arra dan Arkha bersiap untuk pergi ke sekolah mereka. Tak lupa mereka berpamitan kepada Bunda. Arra memegang bahu Arkha mencoba untuk meniki motor Arkha yang terlalu tinggi baginya. Dilanjutkan dengan memakai helm yang kemarin dikenakan oleh Arkha ke kepala Arra.

***

Seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan kulit yang agak terang baru saja memasuki area parkir sepeda motor. Motor sport berwarna merah miliknya diparkirkan sejajar dengan sepeda motor lainnya. Menyandarkan sepeda motornya dengan satu tangkai besi yang biasa disebut standar.

Tangannya membuka helm full face berwarna hitam dan diletakan pada tangki motornya yang memang berada di bagian depan sesuai dengan modelnya. Tubuhnya menuruni motor tersebut dan beranjak keluar area parkir.

Ia berjalan menelusuri koridor sekolah. Menaiki anak tangga hingga sampai di kelasnya yang berada di lantai empat. Baru saja ia duduk, telinganya sudah mendengar kalimat-kalimat yang membuatnya panas. Padahal cuaca saat itu lumayan sejuk karena masih pagi.

Dilepasnya tas berwarna hijau army yang masih menggantung pada bahunya dengan kasar. Matanya memperhatikan seisi kelas. Mencari keberadaan seseorang yang sedang dibicarakan teman-teman sekelasnya.

Hasilnya nihil. Ia tidak mendapati sosok yang dicari-cari. Ia memutuskan untuk menunggunya di luar kelas. Bersandar pada balkon. Menatap ke arah lapangan sekolah. Satu-persatu orang ia lihat. Berharap menemukan sosok yang ada di benaknya.

My Last Point (REFISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang