Melalui Hujan

36 8 4
                                    

Teruslah berusaha! Meski api sulit untuk dipadamkan. Jika alam sudah mendukung, ia pun akan membantu memadamkan si jago merah. Kalian ingat? "Hasil tidak akan mengkhianati usaha".


Satu persatu sekolah sudah menampilkan tariannya. Kebetulan sekali hujan mengguyur acara perlombaan tesebut. Membuat hawa yang sebelumnya panas akibat sibuk melakukan kegiatan menjadi dingin akibat angin yang terus berhembus.

Tibalah saatnya jam makan siang. Dalam waktu satu jam kedepan para panitia diberikan waktu istirahat. Pembawa acarapun sudah memberitahukan pada seluruh pengunjung yang hadir. Serta merupakan waktu bagi para juri untuk mendiskusikan pemenangnya.

Kakinya berjalan dari area perlombaan menuju beberapa stan makanan yang sudah terjajar rapi. Hanya ada satu makanan yang ada dipikirannya saat ini. Dicuaca sedingin ini, tidak lain dan tidak bukan adalah mie kuah hangat.

Ia sudah berdiri di depan stan tersebut. Stan yang menjual mie kuah dalam bentuk cup. Mie yang porsinya lebih sedikit dibandingkan dengan mie tidak dalam bentuk cup. Tentu harganya mencapai tiga kali lipat saat dijual dalam situasi seperti ini.

Tetapi, kekhawatiran tentang harga akan terkalahkan dengan rasa lapar yang sudah meronta-ronta untuk dimasuki sesuatu ke dalam perutnya. Jadi, ia memutuskan untuk membelinya. Khawatir ia tidak akan sanggup menahan laparnya hingga sore nanti. Ditambah lagi, perutnya kosong sejak tadi pagi karena dikeluarkan akibat perutnya yang mendadak sakit.

Satu cup mie kuah dengan sampul berwarna kuning sudah berada di tangannya. Kemudian ia mencari tempat yang nyaman untuk memakan makanan yang cocok dicuaca sedingin ini.

Matanya mendapati sebuah tempat yang cukup sepi di depan ruang OSIS lengkap dengan kursi panjang di koridor sekolahnya. Dibukanya penutup mie tersebut membuat kebulan asap mengepul mengenai wajah Arra. Menghirup asap harum tersebut sambil memejamkan matanya.

***

Kondisinya sudah tidak memungkinkan jika tanpa pengeras suara. Karena hujan yang silih berganti berjatuhan ke bumi. Belum lagi petir yang saling menyambar. Terpaksa mereka harus menyudahi pengarahan singkat yang mereka lakukan.

Cuaca dingin juga membuat perut mereka terasa lapar. Seharusnya mereka sudah sarapan. Karena mereka datang ke sekolah pukul setengah sepuluh pagi. Mereka memutuskan untuk mendatangi stan-stan yang sudah berjajar rapi.

Menghampiri salah satu stan yang menjual mie kuah dalam bentuk cup. Memesan rasa yang sesuai dengan seleranya. Ricuh sudah pasti. Justru itulah yang disukai para penjual. Tetapi, jangan harap kalian memakannya tanpa membayar. Karena mereka sangat peka akan hal tersebut.

Ditangannya sudah tersedia mie rebus cup dengan sampul berwarna hijau. Menghampiri teman-teman yang lainnya di tempat mereka melakukan pengarahan singkat. Ia berjalan melalui koridor sekolahnya.

Langkahnya terhenti saat matanya mendapati seseorang yang tengah menikmati sesuatu dihadapannya. Sesuatu yang sama seperti yang ia pegang. Bibirnya tersenyum tipis memandang seseorang tersebut dari kejauhan.

***

"Wah.... Mie kuah hangat dicuaca yang dingin tanpa ada seorang pun yang mengganggu", ujarnya pada dirinya sendiri menikmati makanan yang tidak seberapa namun nikmatnya luar biasa.

Tangan kanannya mengaduk-aduk mie tersebut menggunakan garpu lipat berwarna putih susu. Diangkatnya beberapa helai mie yang sudah tersangkut pada sela-sela garpu tersebut.

Mengerucutkan bibirnya untuk mengeluarkan udara dari dalam mulutnya. Berharap mie tersebut tidak sepanas sebelumnya. Setelah dirasa sudah tidak terlalu panas, ia memasukan mie tersebut ke dalam mulutnya.

My Last Point (REFISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang