22

2 0 0
                                    

Arra mengambil bagian daging ayam tersebut. Memakannya bersamaan dengan nasi lengkap dengan saus sambal yang diambil seujung jari telunjuknya. Suapan demi suapan ia masukan ke dalam mulutnya. Begitu juga dengan Arkha yang juga mengikuti cara Arra makan. Sebelum memakan ayam tersebut, Arkha memisahkan bagian krispi dari daging ayam tersebut. Ia juga memulainya dengan memakan bagian dagingnya seperti yang Arra lakukan.


Habis sudah daging ayam beserta nasinya. Tersisa bagian tulang, sisa-sisa saus, beberapa kentang goreng yang belum teraentuh sama sekali, minuman yang tersisa untuk tiga tegukan terakhir, dan beberapa lapis bagian krispi dari daging ayam tersebut. Arra melahap lapis demi lapis bagian krispi dari daging ayam tersebut.

Berbeda dengan Arkha yang lebih memilih memakan kentang goreng yang belum tersentuh sama sekali. Habis sudah bagian krispi milik Arra. Matanya tertuju pada bagian krispi dari daging ayam milik Arkha yang dibiarkan begitu saja. Padahal banyak orang yang lebih menginginkan bagian terlezat tersebut. Ingin rasanya ia membuka mulutnya untuk meminta bagian tersebut dari Arkha. Tapi, mulutnya terasa kerkunci.

Mata mereka seolah berbicara. Mata Arra seolah meminta bagian krispi dari daging ayam milik Arkha. Sedangkan mata Arkha seolah menangkap sinyal tersebut. Mata Arkha memberi sinyal kepada otaknya untuk memberikan bagian terlezat tersebut. Namun, tangannya masih saja mengambil kentang goreng miliknya. Seolah mengabaikan sinyal dari mata Arra.

"Nih, gue tau lu mau ini kan?", ucap Arkha tiba-tiba sambil memberikan bagian krispi dari daging ayam miliknya.

"Kalo mau tuh bilang, jangan diem aja. Ga usah gengsi. Nanti, gue makan malah nyesel. Sama juga kaya perasaan lo. Kalo suka sama gue, ga usah gengsi. Tunjukin aja", lanjut Arkha membuat Arra mengurungkan niatnya untuk mengambil bagian krispi dari daging ayam milik Arkha dan menutupi pipinya yang berubah warna menjadi merah padam.

"Ih, PD banget lo!", elak Arra.

"Ga mau, nih, kulitnya? Kalo ga mau, ya udah. Gue makan aja deh. Dari pada mubazir", ucap Arkha membuat mata Arra terbelalak melihat Arkha ingin memakan bagian krispi tersebut.

"Eh! Tunggu! Mau!", seru Arra berusaha menghentikan kegiatan Arkha yang hampir saja memakan bagian krispi tersebut.

Arkha tertawa kecil melihat tingkah Arra yang menggemaskan baginya. Arkha memberikan bagian krispi dari daging ayam miliknya kepada Arra. Melihat Arkha yang menyodorkan bagian terlezat tersebut, bibirnya menyeringai menunjukan gigi kelincinya. Kemudian ia memakannya tanpa terkecuali.

***

Langkah kaki mereka berjalan beriringan. Tidak hanya
langkah kaki yang saling beriringan. Punggung dari tangan mereka pun saling bersanding. Bahkan lengan atas mereka sesekali bersentuhan. Kalimat demi kalimat keluar dari mulut mereka saling sahut-menyahut. Obrolan yang ada mengiringi langkah kaki mereka.

"Ra, gue mau cari barang, buat cewe", seru Arkha mengejutkan Arra.

"Hah?! Cewe?! Siapa?!", tanya Arra tanpa jeda.

"Iya. Ada deh. Tapi, gue ga tau apa yang cewe suka. Lo bantuin gue pilih barangnya, ya", pinta Arkha.

Langkah kaki Arra terhenti. Seolah jantungnya ikut terhenti. Bahkan ia hanya terdiam. Ia menoleh ke arah Arkha. Menatap sisi wajah Arkha. Hatinya bertanya-tanya. Siapa perempuan yang akan menerima barang pemberian Arkha? Pemberian yang akan Arra pilihkan untuknya. Kenapa? Kenapa harus Arra yang memilih barangnya? Jadi, selama ini, mengapa Arkha mendekati Arra?!

My Last Point (REFISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang