Kring....
Ia merapikan buku-bukunya yang berserakan di atas mejanya. Menutupnya kembali kemudian memasukannya ke dalam tas di balik punggungnya. Ia mengeluarkan tangannya dengan sebuah kotak di tangannya. Kotak berwana hijau berisikan sesuatu di dalamnya. Ia meletakan kotak tersebut di atas mejanya.
Bersamaan dengan teman disebelahnya, ia membalikan tubuhnya menghadap belakang bersamaan dengan kursi yang ia putarkan pula. Kemudian tangannya mengambil kotak yang kini berada di balik punggungnya. Ia membuka kotak tersebut bersamaan dengan teman disebelahnya dan dua orang dihadapannya.
Mereka saling membagi dan meminta isi dari kotak makannya. Sambil membicarakan apapun yang bisa mereka bicarakan. Dari yang biasa saja hingga yang sedang panas dikalangan murid-murid disana. Termasuk salah satu teman sekelas mereka yang sedang tidak fokus berlatih saat sedang melakukan kegiatan ekstra kurikulernya.
"Eh, si Dirga, kayanya lagi ada masalah, deh", celetuk Oliv yang duduk bersebelahan dengan Risa.
"Iya! Pas latihan, dia bener-bener ga fokus sama sekali", lanjut Risha menyetujui celetukan Oliv.
"Tumben, tuh anak. Kenapa tuh, Ra. Dia ga cerita sama lo?", tanya Vania pada Arra.
"Gue, gatau apa masalahnya, sih. Tapi, emang dari beberapa hari yang lalu dia emang murung. Gue juga udah tanya. Tapi, dia ga cerita sama gue", jelas Arra.
Mata Arra mencari keberadaan seseorang yang baru saja dibicarakan olehnya dan teman-temannya. Namun, hasilnya nihil. Dirga tidak ada di dalam kelasnya. Kemudian, Arra sedikit berdiri untuk melihat ke luar jendela. Matanya mendapati Dirga yang sedang memainkan gitarnya dengan kedua telinganya yang disumbat alat pendengar musik.
Arra menyudahi kegiatan memakan bekalnya dari rumah. Ia meninggalkan bekalnya begitu saja tanpa ditutup kembali. Tubuhnya beranjak meninggalkan tempat duduknya. Kakinya melangkah keluar kelas menuju kursi panjang di luar kelasnya. Ia menghampiri Dirga disana.
"Woy!", seru Arra sambil menepuk pundak Dirga dari belakang. Dibalas dengan tolehan kepala Dirga secara spontan.
Kemudian, Arra duduk di sisi Dirga. Ia mengambil salah satu benda yang menyumbat telinga Dirga. Menyumbatkan benda tersebut pada telinga sebelah kirinya. Kini benda tersebut seolah menjadi penghubung antara telinga Arra sebelah kiri dengan telinga Dirga sebelah kanan.
Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut mereka. Mereka saling menikmati musik yang mereka dengar bersama. Dilengkapi jemari Dirga yang memetik lembut senar gitar yang ada di pangkuannya.
"Ga, lo kenapa? Kata Risha, kemarin lo ga fokus latihan. Lo lagi ada masalah? Cerita aja sama gue", ucap Arra memecah kenikmatan mereka yang sedang mendengarkan musik.
Dirga mengubah posisi tubuhnya menghadap Arra. Kemudian ia melepaskan benda yang menyumbat telinyanya. Melihat respon Dirga tersebut, Arra beranggapan bahwa Dirga akan bercerita sesuatu padanya. Arra ikut mengubah posisi tubuhnya menghadap Dirga seolah siap mendengarkan apa yang akan Dirga ceritakan. Ia melepaskan benda yang sama dengan Dirga dari telinganya.
"Apa? Lo mau cerita apa? Gue bakal dengerin lo", ucap Arra dengan semangat.
Dirga berdehem melonggarkan kerongkongannya. Kepalanya menunduk seolah bersiap mengeluarkan suatu kalimat dari mulutnya. Kemudian kepalanya mengangkat kembali menghadap wajah Arra. Arra sudah sangat siap untuk mendengarkan cerita milik Dirga.
Siapa sangka. Justru ia mulai memetikan senar pada gitarnya. Arra bingung melihat tingkah Dirga. Bukannya bercerita, Dirga malah menyanyikan sebuah lagu. Lagu yang sebelumnya ia dengarkan bersama melalui alat yang menymbat lubang telinga mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Point (REFISI)
Подростковая литератураCerita ini terinspirasi dari beberapa kisah nyata yang berbeda dan dikemas menjadi satu tokoh. Melalui pertemuan konyol, Arra menjadi jengkel terhadap Arkha. Pertemuan berikutnya justru membuat Arra jatuh hati karena sikap Arkha yang tiba-tiba berub...