Terbakar

40 11 2
                                    

Lebih baik tidak menaruh harapan lebih terhadap sesuatu atau seseorang. Sesuatu ataupun seseorang dapat berubah kapanpun. Jika tidak sesuai dengan ekspektasi, yang ada hanya kekecewaan. Kekecewaan akibat ekspektasi yang dibuat oleh diri sendiri.

Kondisi kelas saat ini masih sangat sepi. Hanya ada tiga orang di dalam kelas. Termasuk Vania. Vania memang selalu datang sepagi itu. Karena ia diantar oleh Ayahnya yang memang berangkat sepagi itu karena lokasi tempat Ayahnya bekerja cukup jauh. Belum lagi harus melewati jalur-jalur rawan kemacetan.

Satu persatu murid mulai berdatangan. Kini giliran Oliv yang datang dan duduk tapat di depan Vania. Tidak lama, disusul oleh kedatangan Risha yang duduk di sebelah Oliv. Hanya Arra yang belum ada di antara mereka berempat. Entah ia akan masuk sekolah atau tidak sejak kejadian kemarin. Pasalnya Arra benar-benar tidak muncul di grup chat Whats App mereka.

Suasana di kelas semakin ramai. Ditambah lagi obrolan gosip yang sedang hangat-hangatnya untuk diperbincangkan. Ya, gosip mengenai Arra dan Arkha. Hebatnya berita ini lebih ramai dari berita bahwa Arra menyukai Arkha. Berita ini membuat orang-orang meyakini bahwa berita sebelumnya memang benar adanya. Bahkan sepertinya Arkha-lah yang lebih menyukai Arra.

"Van, kemarin gimana ceritanya bisa sampai kaya gitu?", tanya Risha penasaran hingga membuat suasana di kelas menjadi hening. Membuat seisi kelas, terutama perempuan menatap Vania penasaran. Hingga ada salah satu dari mereka menceletuki pertanyaan yang sama dengan Risha.

Dengan terpaksa Vania menceritakan kronologi yang ia tahu hingga Arra diantar pulang oleh Arkha. Sebenarnya Vania merasa takut untuk menceritakannya. Begitu juga Risha dan Oliv. Mereka takut Arra akan marah jika tahu beritanya semakin tersebar luas.

Sedari tadi telinganya terus mendengar gosip yang sama hingga di dalam kelasnya pun membicarakan hal yang sama. Hingga telinganya memanas menyuluti hingga ke seluruh tubuh. Mendengar sesuatu yang membuat tubuhnya memanas.

Dirga sudah tidak sabar untuk menemui orang yang bersangkutan. Nyatanya orang yang bersangkutan tidak ada di dalam kelas. Ia memutuskan untuk menunggunya di luar kelas karena dirinya sudah mulai berapi-api.

***

Buta, lo!....

Terdengar sebuah teriakan kencang dari luar kelas mereka. Semua pasang mata yang awalnya memperhatikan Vania, kini berpaling ke arah sumber suara. Belum juga Vania selesai menceritakan kronologinya, teman-teman sekelasnya pergi keluar kelas untuk melihat apa yang terjadi disana.

Merasa penasaran juga, Vania, Risha, dan Oliv ikut melihat keluar kelas. Tubuh mereka saling berdesakan berusaha untuk menerobos keluar kelas. Setelah berhasil Vania, Risha, dan Oliv terkejut melihat teman dekatnya berada diantara dua cowo yang sedang beradu tatapan. Mereka adalah Arkha dan Dirga.

Mereka tidak ingin melerainya. Karena takut akan membuat suasana bertambah buruk. Kondisinya saat ini, Dirga benar-benar emosi. Jadi, sebaiknya jangan ikut campur. Biasanya seseorang yang sedang emosi bisa bertindak diluar kendali dirinya. Kecuali, ada seseorang yang tidak bisa membuatnya marah. Seperti Arra yang tidak bisa membuat Dirga marah terhadapnya.

Terbukti, Dirga melemahkan suaranya saat Arra membentaknya. Ia tidak melampiaskan kekecewaannya pada Arra tetapi pada Arkha. Bahkan saat Arra meminta Arkha pergi ke kelasnya dengan nada yang lebih rendah, Dirga tidak mencegahnya dan menuruti perkataan Arra untuk ke kelas bersamanya.

My Last Point (REFISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang