Berhati-hatilah dengan ucapan! Terkadang, hanya dengan satu perkataan bisa membuat orang lain terpengaruh. Kabar dari mulut ke mulut dapat membentuk berita yang besar.
Kring....Suara bel berbunyi menandakan kegiatan belajar mengajar hari ini telah berakhir.
"Oke, kerjakan tugas kalian di rumah, minggu depan kita bahas", seru guru mata pelajaran ekonomi dengan suara yang agak lantang karena kondisi kelas yang sudah mulai ramai.
Seisi kelas mulai merapikan semua alat tulis mereka dan memasukannya ke dalam tas mereka bersiap kembali pulang atau mungkin pergi ke suatu tempat bersama teman-temannya.
Untuk mereka yang mempunyai kegiatan ekstra kurikuler terpaksa harus tinggal lebih lama di sekolah. Meskipun ada yang merasa senang dengan kegiatan ini, tetapi tidak semua merasakan hal yang sama. Begitu juga dengan Arra. Berbeda dengan Vania yang merasa senang jika mengikuti ekstra kurikuler.
Arra dan Vania memilih jalur kiri untuk menuruni anak tangga karena tempat mereka ekskul lebih dekat melalui jalur kiri. Sedangkan Risha dan Oliv memilih jalur kanan karena arah parkiran sepeda motor lebih dekat melalui jalur kanan.
Setiap hari Senin merupakan jadwal Arra latihan Ratoh Jaroe atau lebih sering disebut Tari Saman. Sedangkan Vania merupakan anggota dari ektra kurikuler PMR (Palang Merah Remaja) yang posisinya tepat berada di samping ekskul Saman.
Bagaimana dengan Risha dan Oliv? Risha adalah salah satu fokalis band di SMA Pancasila ini. Oliv adalah salah satu dari lima orang anggota futsal putri. Ya, total dari tiga angkatan hanya ada lima orang anggota futsal putri. Jadwal ekskul Risha dan Oliv bertepatan pada hari Kamis.
Awalnya Arra juga ingin memilih ekskul futsal, tetapi ia mengurungkan niatnya takut-takut tidak ada teman seangkatannya yang memilih ekskul tersebut. Ternyata, justru Oliv yang merupakan salah satu teman dekatnya merupakan anggota futsal putri. Arra memang sedikit tidak lebih tomboy dibandingkan Oliv. Bahkan mereka sama-sama menyukai klub bola yang sama, yaitu Real Madrid.
***
Arra berhenti sejenak kala ada suara yang memanggil namanya dan menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Diikuti Vania di sebelahnya yang juga ikut berhenti dan juga menolehkan kepalanya. Itulah latahnya orang-orang Indonesia, nama siapa yang dipanggil, yang lain ikut terpanggil. Atau di negara lain juga seperti itu?
"Ra, Arra!", panggil Ikmal, teman Arra sejak SMP.
"Oh, hai, ada apa, Mal?", sapa Arra sekaligus bertanya bingung.
Tangannya bersedekap, tubuhnya ia sandarkan pada balkon di depan kelasnya. Ikmal tertawa penuh makna saat Arra mendekatinya. Arra semakin bingung sekaligus penasaran dengan tingkah Ikmal. Tidak seperti biasanya ia memanggil Arra sambil tersenyum seperti itu.
Kini, Arra sudah berdiri tepat dihadapan Ikmal. Mereka saling menatap tajam. Tentu saja Arra menatap tajam karena mencurigai senyuman Ikmal. Sedangkan Ikmal, ia mentap tajam seolah akan menginterogasi seorang pencuri.
"Ra, lo suka sama Arkha ya?!", tembak Ikmal sekaligus menginterogasai Arra.
"Apa? Arkha? Lagi-lagi nama itu. Siapa sih dia? Baru tiga hari yang lalu Malik menanyakan pertanyaan yang sama ke gue. Sekarang, lo juga menanyakan hal itu", cecar Arra kesal tapi juga penasaran.
Baru saja Ikmal ingin berucap kembali. Sosok laki-laki bertubuh tinggi berkulit sawo matang dengan proporsi tubuh yang tidak gemuk tapi tidak kurus juga muncul dihadapan mereka. Sosok yang tidak asing bagi Arra. Sosok yang ikut menjadikan sepatunya seperti bola pada tiga hari yang lalu. Sosok yang membuat Arra kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Point (REFISI)
Teen FictionCerita ini terinspirasi dari beberapa kisah nyata yang berbeda dan dikemas menjadi satu tokoh. Melalui pertemuan konyol, Arra menjadi jengkel terhadap Arkha. Pertemuan berikutnya justru membuat Arra jatuh hati karena sikap Arkha yang tiba-tiba berub...